KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik Dan
juga kami berterima kasih pada seluruh rekan dan semua yang ikut berkontribusi
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Asuhan Antenatal Care Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata
yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seorang
inu hamil membutuhkan informasi tentang kehamilannya itu baik ibu yang
mengandung dan janin yang ada dalam kandungannya. Maka perlunya pengawasan dan
pendidikan yang diberikan oleh seorang petugas kesehatan kepada ibu hamil.
Petugas kesehatan ini kemudian dijadikan sebuah program yang disebut Antenatal
Care. Program ini sebuah program untuk
menharahkan dan memberikan informasi tentang hal-hal yang harus
dilakukan seorang ibu agar janinnya tetap sehat dan terjadi kelahiran normal
bagi bayi.
Pemeriksaan
kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat.
Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh
para ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan
atau bidan dengan minimal pemeriksaan 3 kali selama kehamilan yaitu pada usia
kehamilan trimester pertama, trimester kedua dan pada kehamilan trimester ke
tiga, itupun jika kehamilan normal. Namun ada baiknya pemeriksaan kehamilan
dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan, sebulan dua kali pada usia 7 - 8
bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan
kehamilan atau ante natal care (ANC) sangat disarankan bagi para ibu hamil
untuk memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan
adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal
kehamilan hingga proses persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar
tercapai kehamilan yang optimal.
Asuhan
Antenatal Care meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan
informasi kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyakit
kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko
kehamilan (resiko tinggi, resiko
meragukan, resiko rendah). (Manuaba, 2008).
Menurut
World health organizations (WHO) tahun 2008, menyatakan bahwa masih tingginya
mortalitas dan morbilitas pada ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. di Negara miskin berkisar 25 – 30% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
Kehamilan
adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan
ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997).
Sementara menurut manuaba (2005), kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan
janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan. menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (sarwono, 2008).
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan dan untuk melaksanakan asuhan
kebidanan langsung kepada pasien secara optimal dan mental ibu dan anak selama
dalam kehamilan, persalinan, sehingga didapat ibu dan anak yang sehat.
1.2.2
Tujuan Khusus
Menetapkan
dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan kebidanan
serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan penulis
diharapkan mampu :
1.
Melaksanakan pengkajian data.
2.
Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
3.
Menentukan antisispasi masalah potensial.
4.
Mengidentifikasi kebutuhan segera
5.
Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas
masalah.
6.
Melaksanakan rencana asuhan dengan masalah.
7.
Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Antenatal Care (ANC)
Antenatal
Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau
dokter kepada ibu selama masa kehamilan
untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Juga mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan
secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi
kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, 2009).
2.2
Tujuan Antenatal Care (ANC)
1.
Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
sosial ibu dan bayi.
3.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6.
Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bagi bayi.
7.
Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang
terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
8.
Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas.
9.
Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
10.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal. (Manuaba, I.B.G, 1998)
2.3
Manfaat Antenatal Care (ANC)
Manfaat
pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk memperoleh gambaran dasar
mengenai perubahan fisiologik yang terjadi selama kehamilan dan berbagai
kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan
dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya (Manuaba,
2009). Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara
lain:
1.
Bagi ibu
a.
Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi
kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b.
Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
c.
Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk
dapat memberikan ASI.
d.
Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi
(Manuaba, 1999).
2.
Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara
kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan
kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia (Manuaba, 1999).
2.4
Kebijakan Antenatal Care (ANC)
1. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit empat kali selama kehamilan. Yaitu :
a.
Satu kali pada triwulan pertama
b.
Satu kali pada triwulan kedua
c.
Dua kali pada triwulan ketiga
d.
Standar Pelayanan ANC
2.5
Standar Antenatal Care
1. Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2.
Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS / infeksi HIV, memberikan pelayanan iminusasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya
untuk tindakan selanjutnya.
3.
Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila
kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala
janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu.
4.
Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5.
Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan
tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre eklampsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat serta merujuknya.
6.
Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar Pelayanan Kebidanan. DepKes
RI. 2000).
7.
Frekwensi Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu
hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Menurut Dep Kes RI (2003) dalam pelaksanaan ANC terdapat
kesepakatan adanya standar adanya minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali
selama kehamilan sebagai berikut : 1). Minimal satu kali pada trimester I (
0-13 minggu) 2). Minimal satu kali pada trimester II (14-28minggu) 3). Minimal
dua kali pada trimester III (29-36 minggu).
8.
Cakupan Antenatal Care
Cakupan pelayanan Antenatal care dapat di
pantau melalui kunjungan baru ibu hamil kunjungan pertama (K1) atau disebut
juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali
dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua, dan dua
kali pada triwulan ketiga dan keempat untuk melihat kwalitas. Cakupan kunjungan
ibu hamil keempat (K4) adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal care 4 kali sesuai standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Pemerintah menetapkan cakupan ANC > 95% (Peranginangin, 2006).
9.
Pelayanan Anatenatal Care
Menurut Ari, (2009) bahwa dalam penerapan
praktek sering dipakai standart minimal pelayanan antenatal care yang disebut
7T yaitu: (Timbang) berat badan dan tinggi badan, Ukur (Tekanan) darah. Ukur
(Tinggi) fundus uteri, Pemberian imunisasi TT lengkap, Pemberian Tablet zat
besi minimum 90 tablet selama hamil, Tes terhadap penyakit seksual menular,
Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
10. Pelaksanaan Antenatal Care
Menurut Kusmiyati, Wahyuningsi &
Sujiyatini (2008) bahwa pemeriksaan yang sering dilakukan dirumah sakit atau
puskesmas yaitu:
a.
Inspeksi
Muka : Adalah
kloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah, udem, lidah dan gigi.
Leher : Apakah
ada bendungan vena di leher, kelenjar gondok membesar
atau kelenjar limfe membengkak.
Dada : Bentuk
buah dada, pigmentasi putting susu dan gelanggang
susu, keadaan putting susu, kolustrum.
Perut : Perut
membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat,
pigmentasi linea alba, nampakkah gerakan anak atau
kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas
luka
Vulva : Keadaan
perineum, varises, tanda Chadwick, kondylomata,
fluor.
Anggota
bawah : adalah varises, edema, luka dan sikatris pada lipatan paha
b.
Palpasi
Untuk menentukan besarnya rahim, konsistensinya
Bagian-bagian janin, letak, presentasi
Gerakan janin
Cara palpasi menurut Leopold (Prawiroharjo & Wiknjosastro, 2005)
yaitu:
Leopold I Tujuan untuk menentukan tinggi
fundud uteri dan untuk menemukan - presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus.
Leopold II Tujuan untuk menentukan batas
samping rahim kiri-kanan dan untuk menentukan letak punggung janin dan letak
bagian-bagian kecil.
Caranya : Letakkan kedua tangan pada sisi
uterus, dan tentukan dimanakan bagian terkecil bayi .(Hidayat, A.Aziz Alimul,
2008).
Leopold III Tujuan untuk menentukan bagian
terbawah sudah atau belum terpegang pada pintu atas panggul.
Caranya :
Tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan secara
lembut dan masuk kedalam abdomen pasien diatas simpisis pubis.
Kemudian peganglah begian presentasi bayi,
lalu bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut. (Hidayat, A.Aziz Alimul,
2008).
Caranya :
1)
Letakkan kedua tangan disis bawah uterus lalu
2)
Tekan kedalam dan gerakkan jari-jari kearah romgga
panggul, dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk .
Pemeriksaan ini dilakukan bila kepala masih
tinggi, pemeriksaan leopold lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar,
kira-kira bulan ke VI le atas. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008)
Leopold IV Tujuan untuk menentukan bagian
terbawah janin apa dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul.
c.
Auskultasi
Uliyah dan Hidayat (2008) mengindikasikan
bahwa auskultasi dilakukan menggunakan stetoskop monoaural untuk mendengarkan:
1)
Denyut jantung janin
2)
Bising tali pusat, bising rahim, bising usus
3)
Gerakan dan tendangan janin
Menurut Saifuddin,B.A. 2006, pelayanan /
asuhan standar minimal ”7 T” adalah sebagai berikut :
1)
Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per
minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil
muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing – masing bertambah 5
kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 – 12 kg. Bila ada
kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko
seperti bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2)
Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi
bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut
menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat (Depkes,
1997).
3)
Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari
diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan
antara symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi
pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas
pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan
antara Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4)
Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek
perlindungan apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval
minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada
kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu
kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas.
Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a)
Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau
meragukan diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal
dua minggu.
b)
Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan
suntikan ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes
RI, 1997).
5)
Pemberian tablet zat besi
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi
dimulai dengan pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang.
Tiap
tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal
90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau teh karena
akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum
bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa
ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal
tersebut adalah normal (Depkes, 1997).
6)
Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes
terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal
tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila
ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani.
7)
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena
kematian ibu dan bayi disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan
antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak
dapat dilakukan oleh dukun bayi.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan
meliputi komponen-komponen (Saifudin, 2006) sebagai berikut:
1)
Informasi yang dapat diberikan
Kegiatan
fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia
harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina. Pemilihan
makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat. Pemakian obat harus
dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya. Wanita perokok
atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi
pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.
2)
Anamnesis
Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga
hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat
ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan
menggunakan rumus Naegele.
Bila
ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk
primigravida gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan
multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
Tanyakan
riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang
pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti
penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat
menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor
risiko yang mungkin ada pada ibu
3)
Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali
lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai
ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma
gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung,
paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4)
Pemeriksaan Obstetri
Terdiri
dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan
kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan
dilakukan di sisi kanan ibu.
5)
Pemeriksaan luar
Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak.
Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat
diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat
perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa
digosokkan dahulu.
Cara
pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu,
sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan
tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara
anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan
usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu,
tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda keras
dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
Dengan
pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada
bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold
III menentukan bagian janin yang berada di bawah.
Leopold IV selain menentukan bagian janin
yang berada di bawah, juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul
(PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin
dengan stetoskop monoaural atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ
terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada
kehamilan 12 minggu.
Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa
usia kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi janin, serta taksiran
berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan
rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana
persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus
uteri (dalam cm) – N) X 155.
N = 13 bila kepala belum melewati PAP
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina
iskiadika
N = 11 bila kepala masih berada di bawah
spina iskiadika.
6)
Pemeriksaan dalam
Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu
bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva
dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan
sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan
jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina.
Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan
ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan
servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
Ukuran uterus wanita yang tidak hamil
kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12
minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang
dewasa.
7)
Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia
kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga
tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam liang
vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya. Bila
teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri
linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba.
Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan
menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah
dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari
tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis
kiri dan kanan.
8)
Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar
hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa
beta-hCG, protein, dan glukosa.
2.6
Dampak Ibu tidak Antenatal Care (ANC)
1.
Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu
2.
Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan.
3.
Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak
dapat dideteksi secara dini.
2.7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontak Ibu
Hamil Dengan Tenaga Kesehatan (K1)
(Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan
antenatal care)
1.
Faktor internal
a.
Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai
pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali
dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b.
Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan
seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir
seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih
berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
kehamilan.
2.
Faktor eksternal
a.
Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan.
b.
Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan
kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC.
Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil
terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c.
Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap
kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga
dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan
protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan
kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d.
Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak
mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku
keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan
kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang
lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan
terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat
terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan
ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e.
Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap
pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan
kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat
terpencil.
f.
Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya
melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi
tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media
elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal
care.
g.
Dukungan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang
berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang
berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan
ulang.
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan
oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri,
mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk
keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan
(Harymawan, 2007).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama
masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care adalah
perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan
pelaksanaan
h.
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Kasus
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan
usia kehamilan 16 minggu datang ke BPM dengan keluhan nyeri pada kepala dan
pandangan berkunang-kunang sejak 3 hari yang lalu. Dari hasil pemeriksaan
ditemukan TD: 130/90 mmHg, nadi dan pernapasan dalam batas normal. TFU
pertengahan pusat dan simpisis, DJJ sudah terdengar. 4 jam kemudian dilakukan
lagi pemeriksaan TD, hasilnya tetap sama yaitu 130/90 mmHg. Proteinurine
negatif, tidak ada oedema.
Data Fokus
Data Subjektif:
1.
Ibu mengatakan tidak datang haid sejak ± 4 bulan yang
lalu
2.
HPHT :
14 mei 2013
3.
Ibu mengatakan nyeri pada kepala dan pandangan
berkunang-kunang sejak 3 hari yang lalu
Data Objektif:
1.
Tanda-tanda vital
TD
: 130/90 mmHg
P : 20x/i
N :
79x/i
2.
Pemeriksaan Fisik
abdomen
: TFU pertengahan pusat dan simpisis
DJJ : 137x/mnt, teratur,kuat
Ekstremitas :
Tidak ada oedema
3.
Pemeriksaan Labolatorium
proteinurine : (-)
Diagnosa
Ibu hamil G3P2A0H2, usia kehamilan 16 minggu,
janin hidup, intaruterine, keadaan jalan lahir normal, KU janin baik dan ibu
kurang baik dengan hipertensi.
Dasar :
1.
Ibu mengatakan tidak datang haid sejak ± 4 bulan yang
lalu dan ibu merasakan pergerakan janin.
2.
Ibu mengatakan ini kehamilan ke 3
3.
HPHT : 14 mei
2013
4.
DJJ : 137x/mnt, teratur, kuat
5.
Saat pemeriksaan palpasi ibu tidak merasa nyeri
6.
Keadaan jalan lahir normal berdasarkan persalinan yang
lalu.
7.
DJJ :
137x/mnt
Tanda-tanda vital
TD :
130/90 mmHg
P : 20x/i
N : 79x/i
8.
Ibu mengatakan nyeri pada kepala dan pandangan
berkunang-kunang sejak 3 hari yang lalu
3.2 Analisis Masalah
Diagnosa : Ibu Hamil G3P2A0H2, usia kehamilan 16 minggu,
janin hidup, intaruterine, keadaan
jalan lahir normal, KU janin baik.
Masalah : Ibu kurang baik dengan hipertensi
Kebutuhan
: kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian dosis obat
Rencana Asuhan
Menganjurkan ibu untuk tidak banyak
pikiran agar keadaan ibu stabil dan menganjurkan keluarga untuk memberi
dukungan sosial, moral pada ibu Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
jangan terlalu banyak aktifitas agar kerja jantung tidak berat Menganjurkan ibu
untuk mnegurangi asupan natrium seperti asin-asinan, garam Menganjurkan ibu
untuk mengurangu asupan kalium seperti buah-buahan: semangka, alpukat, melon.
Sayur-sayuran: buah parelabu, siam, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang
putih, dll Menganjurkan ibu untuk bedrest total karena akan membantu penurunan
tekanan darah Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti
pandangan kabur, ada oedema dan pusing yang berat, dll
Menganjurkan
ibu untuk mengkonsultasikan kesehatannya kesehatannya ke dokter obgyn untuk
pemeriksaan lebih lanjut dan pemberian dosis obat. Pemeriksaan penunjang untuk
Menegakkan Diagnosa Pemeriksaan tekanan daah meningkat
USG
Laboratorium
Hitung darah tepi lengkap, trombosit, etrolit
serum, ureum, protein, retinin dan asam urat, hematokrit.
Fungsi hati
Fungsi ginjal
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedimi mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap
kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.
4.2 Saran
Di harapkan kepada mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu
yang hamil normal dengan baik dan benar. Dan kepada ibu hamil lebih baik sering
melakukan pemeriksaan sedini mungkin agar mengetahui perkembangan janin yang
dikandungnya dan apa saja yang dibutuhkannya baik diri sendiri maupun janinnya
DAFTAR
PUSTAKA
http://googleweblight.com/i?u=https://muzdalifand.wordpres.com/2013/08/22/kasus-kasus-patologi-pada-asuhan-kebidanan/&hl=id-ID
http://www.indonesian-publichealth.com/2014/02/tujuan-pelayanan-antenatal-care-anc.html
http://asuhankebidanand3.blogspot.com/2013/01/antenatal-care-anc.html
http://midwiferyeducator.wordpress.com/2010/01/08/antenatal-care/
http://www.kajianpustaka.com/2013/07/antenatal-care.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-natal-care.html
http://zahra-zahrasblog.blogspot.com/2012/03/makalah-anc.html
http://arivaibeta.blogspot.com/2010/10/makalah-antenatal-care.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar