KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya dipanjatkan kepada
Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dalam salam semoga senantiasa tercurah
kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW., kepada keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya yang baik hingga hari hisab. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ Jujur ” ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua, teman kelas serta guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhirya, kami menyadari bahwa makalah
yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan
sumbangsih kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga Allah SWT,
memberikan pertolongan kepada semua orang menjalani kehidupan ini, terutama
bagi para anggota kelompok.
Aaamiin..
Bandar Lampung,
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jujur adalah sifat terpuji yang
merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia akan hancur
dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat serta perbuatan curang.
Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia,
kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang “orang
jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah SWT menyifatkan diri-Nya dengan
kejujuran. Ini merupakan bukti kesktian jujur.
Keujuran dapat membuat hati kita nyaman
dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada ketakutan yang mengikuti
atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu yang tidak dikatakan.
Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam
penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang seperti perilaku mencontek yang
seolah lazim bagi anak-anak dibangku sekolah.
B.
Tujuan
1.
Menambah wawasan baru mengenai
pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.
2.
Menguatkan sifat kejujuran
dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits yang jelas.
3.
Melaksanakan tugas makalah
Pendidikan Agama Islam.
C.
Rumusan
Masalah
1. Seberapa
penting dan utamanya berperilaku jujur ?
2. Ada
berapa macam bentuk kejujuran ?
3. Apakah
akibat dari perilaku berbohong ?
4. Bagaimana
hikmah dari perilaku jujur ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Jujur
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan
terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata
lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan
benar atau sesuai dengan kenyataan.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa
adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu
tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur
berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau
tidak maka dikatakan dusta.
B.
Pentingnya
Perilaku Jujur
Sifat jujur merupakan tanda keislaman
seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba
akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan
selamat dari segala keburukan.
Syari’at
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan,
walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah SWT
telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:
۞يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوۡ
عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَۚ إِن يَكُنۡ غَنِيًّا
أَوۡ فَقِيرٗا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ
فَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلۡهَوَىٰٓ أَن تَعۡدِلُواْۚ وَإِن تَلۡوُۥٓاْ أَوۡ
تُعۡرِضُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا
١٣٥
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikan
( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ),.
Allah
selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana
firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )
Kejujuran
itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang melakukan
suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani
mengatakan “tidak” untuk korupsi, maka ia harus berusaha menjauhi korupsi, bukan
malah hanya mengatakan tetapi ia sendiri melakukan korupsi.
Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya
dusta merupakan sifat orang yang munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
Artinya
: “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. Bersabda “Tanda orang munafik
itu ada 3, yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan
apabila dipercaya khianat.” (HR.
Bukhari Muslim), Allah Swt. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi
seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya
(kebenarannya).
قَالَ ٱللَّهُ هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ
ٱلصَّٰدِقِينَ صِدۡقُهُمۡۚ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ
تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ
رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١٩
Artinya
: “Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha
terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar" ( Q.S al-Maidah : 119 )
C.
Keutamaan
Perilaku Jujur
Kedudukan sifat jujur sangat erat
hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq, dan
Ya’qub, sebagaimana firman Allah
وَوَهَبۡنَا لَهُم مِّن رَّحۡمَتِنَا
وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ لِسَانَ صِدۡقٍ عَلِيّٗا
٥٠
Artinya
: “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )
Dan Ismail dipuji karena jujur, sebagaimana
firman Allah :
وَٱذۡكُرۡ
فِي ٱلۡكِتَٰبِ إِسۡمَٰعِيلَۚ إِنَّهُۥ كَانَصَادِقَ ٱلۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُولٗا
نَّبِيّٗا ٥٤
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi” ( Q.S Maryam : 54 )
Nabi Muhammad Saw menganjurkan
umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran merupakan akhlak yang mulia yang
akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan Nabi
Muhammad Saw.
Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw.
Bersabda. “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu
membawa ke surga…” ( HR. Bukhari )
Sifat
jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik
sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan
akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang
yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Orang jujur akan dipermudah
rezeki dan segala urusannya.
Contoh yang perlu diteladani, karena kejujurannya, Nabi Muhammad
saw. Di percaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak
lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw akan
mendapatkan keuntungan lebih besar lagi dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi
akan mendapat kemudahan.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit
rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong
karena untuk menutupi kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan
lagi.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang
lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat
hati menjadi was-was.
Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tummpuk beresiko
menjadi penyakit.
D.
Macam-Macam
Kejujuran
Menurut
tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu :
1.
Shidq Al-Qalbi (Jujur dalam
niat dan kehendak), yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang
dalam rangka menaati perintah Allah Swt, dan ingin mencapai rida-Nya. Jujur
sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
Rasulullah
Saw. Bersabda,
“Ingatlah,
dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh.
Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (HR.
Bukhari)
2.
Shidq Al-Hadits (Jujur dalam
ucapan), yaitu memberikan, yaitu memberikan sesuatu sesuai dengan realitas yang
terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam
kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan, semisalnya. Setiap
hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan, dianjurkan
menghindari kata-kata sindiran Karena hal itu sepadan dengan kebohongan,
kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu,
tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan
merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang diantara macam-macam
kejujuran.
3.
Shidq Al-Amal (Jujur dalam
perbuatan), yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda
antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang di ridhai Allah Swt, dan
melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
Orang jujur tentu akan sejalan dengan
semua kebaikan dan sebagai penegak segala kebagusan, sedangkan kebaikan itu
adalah jalan menuju ke syurga, bahkan kebajikan itu sebagai kunci masuk
syurkan, kunci tersebut tak lain untuk membuka syurga, sebagaimana firman Allah
:
إِنَّ
ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي نَعِيمٍ ٢٢ عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ ٢٣ تَعۡرِفُ فِي وُجُوهِهِمۡ
نَضۡرَةَ ٱلنَّعِيمِ ٢٤ يُسۡقَوۡنَ مِن رَّحِيقٖ
مَّخۡتُومٍ ٢٥ خِتَٰمُهُۥ مِسۡكٞۚ
وَفِي ذَٰلِكَ فَلۡيَتَنَافَسِ ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ ٢٦
Artinya
: “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan
yang besar (surga). mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka
yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak
(tempatnya). layaknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya
orang berlomba-lomba.” (Q.S Al-Mutoffifin : 22-26)
4.
Shidq Al-Wa’d (Jujur bila
berjanji), janji membuat kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia.
Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji
(namun tidak ditepati) karena Allah Swt, sangat membenci oran-orang yang selalu
mengingkari janji. Sebagaimana dalam firman-Nya .
وَأَوۡفُواْ
بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ
تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ
يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١
Artinya
: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat” (Q.S. An-Nahl : 91)
وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا
بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ
إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسُۡٔولٗا
٣٤
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati harta
anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa
dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya” (Q.S. Al-Israa : 34)
5.
Shidq Al-Haal (Jujur dalam
kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak
akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang
lain untuk masuk kedalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup
berada dibahawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai
dengan keadaan diri kita sendiri.
Merealisasikan kejujuran adakalanya
kehendak untuk jujur itu lemah, ada kalanya pula menjadi kuat.
E.
Petaka
Kebohongan
Betapa berbahayanya sebuah kebohongan,
kebohongan akan mengantarkan pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain.
Ketika seseorang sudah berani menutupi
kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah
melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa
yang telah dikhianatinya itu.
فَمَنۡ
حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ
نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا
وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ
٦١
Artinya
: “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang
meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil
anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu,
diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan
kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (Q.S Ali-Imran : 61)
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّۚ وَمَن
يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ
مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ١٦١
Artinya
: “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap
diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya” ( Q.S Ali-Imran : 161 )
Dalam hadits Rasulullah Saw mengingatkan :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dia berkata
; Rasulullah saw., bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh
dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang
yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu, Ruwaibidhah
berbicara.” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ
تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ
مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٣
Artinya : “Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
Syaikh Muhammad al-Ghazali
mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah menunaikan dengan baik terhadap hak-hak
Allah Swt. Dan hak-hak manusia tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik
susah maupun senang.
F.
Hikmah
Perilaku Jujur
Beberapa
hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
1.
Perasaan enak dan hati tenang,
jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan diketahui
kebohongannya karena memang tidak berbohong.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم
بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S. Ar-Ra’d : 28)
2.
Mendapat kemudahan dalam
hidupnya.
3.
Selamat dari azab dan bahaya.
۞فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى ٱللَّهِ وَكَذَّبَ
بِٱلصِّدۡقِ إِذۡ جَآءَهُۥٓۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى
لِّلۡكَٰفِرِينَ ٣٢ وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ٣٣ لَهُم مَّا يَشَآءُونَ عِندَ رَبِّهِمۡۚ ذَٰلِكَ جَزَآءُ
ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٤ لِيُكَفِّرَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ أَسۡوَأَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ
وَيَجۡزِيَهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ ٱلَّذِي كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٣٥
Artinya
: “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di
neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir. Dan orang
yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang
yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan
mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Agar Allah akan
menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka
kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)
4.
Dijamin masuk surga.
5.
Dicintai oleh Allah Swt. Dan
rasul-Nya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ucapan yang baik dan niat tulus
akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam kenyataan. Jujur dalam
perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya, tidak berbuat basa basi ,
tidak membuat-buat, tidak menambah atau mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai
kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat dan Allah selalu
membalas perbuatan dengan ganjaran yang setimpal.
B.
Pesan
Mari mulai jujur untuk diri
sendiri, kejujuran membuat hati menjadi tenang. Kami sangat berharap untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun . Kami ucapkan terimakasi pada
pembaca sekalian, kemampuan kami tidak apa-apa tanpa dukungan sekitar, guru,
dan ridha Allah Swt.
DAFTAR
PUSTAKA
Dannyferdiansyah.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-kejujuran.html?m=1
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.1991
Homeworkapw.blogspot.co.id/2013/09/makalah-sifat-terpuji-j ujur_6860.html?m=1
Kementrian Pendidikan dan, Kebudayaan.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta. 2014
Ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-jujur-da,lam-perkataan- dan.html?m=1
https://rahmatikhsan78.wordpress.com/2014/04/03/26/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar