KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada kesulitan
apapun.
Adapun maksud dan tujuan penulisan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita dimana makalah ini membahas tentang “Konsep Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita”.
Untuk
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini dimana
kami tidak dapat menyebutkannya satu-satu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunannya atau materi didalamnya. Kritik
dan saran dari para pembaca sangatlah kita harapkan untuk penyempurnaan makalah
kami berikutnya.
Bandar
Lampung, Maret 2019
Penulis
Jejas lahir
merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat dihindarin atau
tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi selama kelahiran
dan persalinan.1 Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam
atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan
trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak
dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan,
yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi
sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang
tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapatkan
perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya
dengan tindakan atau sikap prang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma
lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, transfuse intrauteri,
pengambilan contoh darah vena kepala atau resusitasi.2
Adapun
beberapa rumusan masalah yang saya temukaan di antaranya yaitu:
1. Apa pengertian dari caput suksedaneum?
2. Apa penjelasan dari cephalhematoma?
3. Apa penjelasan dari trauma pada flexus brachlalis?
4. Apa saja tanda dan gejala yang tampak pada bayi fraktur
klavukula dan fraktur humerus ?
Adapun tujuan
yang dimaksudkan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
pengertian dari caput suksedaneum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari
cephalhematoma.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari trauma
pada flexus brachlalis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula
dan fraktur humerus.
1. Definisi caput suksedaneum
Caput suksedaneum adalah neonatal melibatkan kondisi
serosanguinous, subkutan, cairan extraperiosteal koleksi margin didefinisikan
dengan buruk yang disebabkan oleh tekanan yang diajukan bagian dari kulit
kepala terhadap dilatasi serviks (turniket efek dari leher rahim) selama
melahirkan, pembengkakan jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura
tengah. Benjolan yang difus di kepala, terletak pada presentasi kepala pada
waktu bayi baru lahir. Terjadinya edema dibawah kepala bayi sebagai akibat
pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah. Menghilang dalam 2-4 hari setelah
persalinan.
Definisi lain
dari caput succedaneum adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang terbentuk
dari efusi serum tekanan pada lingkaran cervix menyebabkan
obstruksi darah balik sehingga kulit kepala yang terletak di dalam cervix menjadi
edematous. Caput terbentuk pada persalinan dan setelah ke tuban pecah. Caput
tidak terbentuk apabila janin sudah mati, his baik, atau cervix tidak menempel
dengan erat pada kepala.
Letak caput
bermacam-macam tergantung pada posisi kepala pada posisi occipitoanterior caput
terbentuk di vertex, yakni di sebelah kanan sutura sagittalis pada
occipitoanterior kiri dan disebelah kiri pada occipitoanterior. Pada
pemeriksaan vaginal atau rectal pemeriksaan harus hati hati dalam membedakan
antara turunnya kepala dengan caput. Caput yang besar dapat dikira penurunan
kepala, caput yang menjadi semakin besar merupakan indikasi untuk penilaian
kembali situasi caput terlihat pada waktu lahir mulai menghilang sesudahnya dan
umumnya akan hilang sama sekali setelah 24 sampai 36 jam.
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang
edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difudi dari jaringan lunak kulit
kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinanvertex. Edema pada
caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak
diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan
indikasi fototerapi untuk kecendrungan hiperbilirubin.
Caput
suksedaneum merupakan
oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinanm letak kepala,
berbentuk benjolan yang segera tampaka setelah bayi lahir, tak terbatas tegas
dan melewati batas sutura.( Nia )Kelainan ini biasanya ditemukan pada
presentasi kepala. Sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian
tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, caput
succedaneum tidak merlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
setelah 2-5 hari, kadang-kadang caput sucsadeum disertai molding atau
penumpangan tulang parietalis, terapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu
minggu.
2. Gejala
Caput succedaneum muncul sebagai
pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah dan atas garis jahitan
dan berhubungan dengan kepala pencetakan.
3. Penanganan
Asuhan atau penanganan pada bayi yang mengalami caput
succedaneum terdiri dari pengamatan saja, pemulihan biasanya akan
terjadinya dengan cepat. Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur
normal harus kembali. Bayi akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin
memerlukan analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke
minumanan untuk beberapa hari pertama.
4. Faktor predisposisi
Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan,
sekunder dari sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina.
5. Penatalaksanaan
Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal,
observasi keadaan umum bayi, pemberian ASI adekuat, cegah terjadinya infeksi.
6. Komplikasi
Kaput hemorargik, infeksi, ikhterus, anemia.
7. Contoh asuhan pada bayi dengan caputsuksedaneum
a. Data subjektif
Bayi Ny S (24
th) dan Tn X (27 th) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB lahir
secara spontan dengan vacuum forcep dan jenis kelamin
perempuan dengan kedua orang tua beragama islam, bersuku sunda, dengan ibu,
sekolah tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir
tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan
dan bertempat tinggal dicimaung Rt 06 Rw 02, Purwakarta. anamnesa dilakukan
pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh bidan, ibu mempunyai riwayat
kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali oleh
Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1-2 kali sehari tetapi
makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa
cepat lelah.
Sedangkan pada hamil tua, sering periksa
kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu
lama, sering BAK saat siang hari dan malam tidak ada pusing. Umur saat
persalinan anak pertama 37 minggu 5 hari, dengan golongan darah ibu A dan ayah
golongan darah A, ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya,
baik perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu
makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu
tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah
minum alcohol, ibu mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah
beberapa jam lahir.
b. Data objektif
Pemeriksaan
fisik bayi KU baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x/ menit, bayi
bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala
ubun-ubun besar dan ada kelainan terdapat pembengkakan kulit kepala yang
memanjang digaris tengah ditandai dengan cairan yang menumpuk, sutura normal
dan ada maulage, ada caput suksedaneum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata
simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak
ada pernafasan cuping hidung. Telinga simetris, hubungan letak dengan mata
sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris, bibir lembab warna
merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refles putting susu ada refleks
sucking ada, refles menelan ada.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi jantung
regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan
paru-paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris,
tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras
saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris,
tidak penenjolan dan cekungan.
Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif
dengan jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur
humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetalia testis sudah ada diskrotum,
ada lubang, lubang muara interna terletak pada ujung penis, kulit tidak ada
tanda-tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari, pemeriksaan
antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43 cm,
lila 12 cm pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitaman
konsistensi cair bau has, sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa
pendamping apapun.
c. Assement
Setelah
dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnose caputsuksedaneum. Masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir dengan caputsuksedaneum yaitu
adanya kecemasann dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial.
Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir 1
hari dengan caputsuksedaneum yaitu dengan memeberikan penkes
kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
d. Planning
Beritahu ibu
hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran composmetis, denyut
nadi 130 x/ menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan
kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjanbg badan 45 cm, dan ibu mengerti terlihat
dari ibu yang tidak cemas. Beri tahu ibu tentang caputsuksedaneum pada
bayi baru lahir yaitu terjadi akibat pembengkakan kulit kepala yang memanjang
digaris tengah berisi cairan pada kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari
ibu yang sudah agak tenang, bertahu ibu untuk menggendong bayi karena dapat
menyebabkan proses penyumbuhan yang cepat, yang biasanya ‘hilang pada
hari ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif
yaitu memeberikan ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan
jarak 2-3 jam perhari dan ibu melaksanakannya, beritahu ibu dan keluarga untuk
merujuk bayi ke pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang
pada hari ke 2-5 segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang
mampu mengulang perkataan bidan.
Adapun
beberapa dari pokok pembahasan mengenai cephatlhematoma di
antaranya yaitu:
1. Definisi
Pengertian istilah cehalhematoma mengacu
pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan
subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan
pariental. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering
pada persalinan lama atau persalinan yang diakhir dengan alat, seperti
ekstraksi cunam atau vakum. Perdarahan sub periosteal akibat
ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum.
Perdarahan
superficial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan
tidak melampaui batas garis tengah. Pembengkakan pada kepala keras adanya
penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. Kelainan ini
disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan batas tegas pada
tulang yang bersangkutan, tidak melampuai sutura-sutura sekitarnya, tulang
tengkorak yang sering kena ialang tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada
0,5-2% dari kelahiran hidup, kelainan dapat terjadi pada persalinan lama atau
persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti eksta cunam atau ekstraktor
vakum.
Definisi lain
dari cephal hematoma adalah pendarahan yang terjadi di bawah peritosteum satu
atau lebih tulang tulang tengkorak kepala hematoma terletak pada satu atau dua
kadang-kadang sekali kedua os parietale dan bentuknya menyerupai caput
succedaneum cephal hematoma di sebabkan oleh trauma tulang belakang
tekanan pada kepala yang lama terhadap cervix, perineum atau os pubis.
Terjadi
perdarahan cephal hematoma dengan batas jeles pada satu tulang tengkorak
chepal hematoma dapat terjadi pada persalinan normal dan terutama pada
persalinan bayi munkin menangis pemecahan darah sehingga terdapat
hiperbilirubinemia dan dapat di sertai fraktur tulang tulang tengkorak bila tidak
terdapat kelainan tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang selama 2
sampai 12 minggu. Untuk kepastiannya bidan harus berkonsultasi dengan dokter.3
2. Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi bayi dapat mengalami
anemia dan hiperbilirubinnemia. Kadang-kadang cephalematoma disertai pula
dengan fraktur tulang tengkorak dibawanya atau perdarahan intracranial, bila
tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu, pada
kelainaan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
Pemberian radiologik (CT-SCAN) pada sefalohematoma hanya
dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada sefalohematoma yang
terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan
atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.4
3. Faktor prediposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat
persalinan, moulage terlalu keras, partus dengan tindakan seperti forcep,
vacuum ekstrasksi. Komplikasi ikhterus, anemia, infeksi, klasifikasi mungkin
bertahan selama › 1 tahun. Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan
hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak
dibwahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut,
cephal hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini
dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak
luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. Sefalhematoma merupakan
perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak
nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat
sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran
perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan,
namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiprbilirubinemia. Tindakan
insisi dan saat lahir dengan warna kehitaman konsistensi cair bau khas,
sedangkang BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.3
Jejas pada
pleksusu brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa
paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi
pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi
makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama
persalinan bahu pada presentasi vertex atau bila lengan diekstensikan
berlebihan diatas kepala padapresentasi bokong serta adanya penarikan pada
bahu. Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenme dan
paralisis klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis
yang mnegalami trauma, pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas
imobilisasi parsial dan pnempatan posisi secara tepat untuk mencegah
perkembangan kontraktur.5
Fraktur clavikula adalah
rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang diakibatkan oleh tekanan eksternal
yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur clavikula
mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan
pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Tulang ini dapat patah karena
kekerasa langsung atau tak langsung seperti jatuh bertekan telapak tangan atau
bahu biasanya tulang ini patah di tengah-tengah atau di sepertiga dari tengah .
Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur
clavikula tulang ini sering mengalami fraktur selama kelahiran tulang ini
teroma rentan selama masa persalinan bila ada kesukaran dalam persalinan
bahu pada persentasi vertex dan lengan yang terekstensi pada persalinan bokong.6 Fraktur klavikula ternyata sering terjadi
hampir pada 18 dari 1000 kelahiran hidup umumnya dianggap sebagai keadaaan yang
tidak dapat diperkirakan dan dicegah. Frakur humerus lebih jarang terjadi
kesulitan yang terjadi saat pengeluaran bahu pada persentasi kepala dan lengan
ekstensi pada letal sungsang sering menyebabkan fraktur ini. 7 Fraktur
klavikula umumnya terjadi setelah distosia bahu patah komplit sangat
menyekitkan dan membatasi pergerakan tangan bayi.
Dapat sembuh dengan sempurna namun
seringkali dengan pembentukan kalus yang cukup besar. Fraktur humerus cedera
epifisis dapat terjadi selama kelahiran yang sulit keadaan ini dapat sembuh
baik, fraktur humerus dislokasi bahu banyak disebabkan oleh cedera atletik atau
terjatuh.8
Dislokasi hampir selalu terjadi di bagian
anterior degan caput humerus berada di depan dan di bawah kavitas glenoid
dislokasi posterior. Jarang di jumpai avulse pada labrum glenoid atau
pada tuberotsiyas mayor mungkin menyebabkan dislokasi. Suatu “defek hatchet”
yang merupakan depresi konkaf pada kaput humerus dapat terlihat pada
dislokasi berulang ini di sebabkan oleh kolisi kaput humerus dengan glenoid
inferior.9
a. Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas sisi
yang terkena.
b. Krepitasi dan ketidakteraturan tulang.
c. Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur.
d. Tidak adanya refleks moro (gerakan pada kaki dan lengan)
pada sisi yang terkena.
e. Adanya spasme otot sternokleidomastoideus (otot
yang menyilang dari telinga ke bagian leher) yang disertai dengan
hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
Pada
fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak
adanya reflek moro. Penanganan pada fruktur humerus dapat optimal jika
dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fruktur.1
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari caput suksedaneum merupakan oedema
subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala sedangkan
pengertian dari cehal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas
tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas
teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura
sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan pariental. Sedangkan
pengertian dari trauma flexus brachiaalis merupakan trauma pada saat pesalinan
akibat penarikan pada lateral dipaksakan pada bagian kepala dan leher selama
persalinan bahu, dan pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan
tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.
Adapun saran
yang saya punya adalah sebagai berikut:
1. Perbanyak lagi pembahasan tentang materi asuhan neonatus
dengan jejas persalinan (caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus
brachiaaalis, dan fraktur klavikulan dan fraktur humerus).
2. Perjelas lagi bahasanya supaya mudah dimengerti.
R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan
anak prasekolah untuk para bidan: Deepublish. Available from: https://books.google.co.id/books?id=dKzpCAAAQBAJ&pg=PA241&dq=trauma+pada+flexus+brachiaalis&hl=jv&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=trauma%20pada%20flexus%20brachiaalis&f=false
Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta, editor: EGC; 1998.
R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan
anak prasekolah untuk para bidan. JOGYAKARTA, editor: Deepublish.
Patel P. Komplikasinya antara lain kerusakan
nervus radialis dan aksillaris atau otot-otot rotator lengan lecture notes
radiologi: Erlangga edisi 2;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar