KATA PENGANTAR
Alhamdulillah alrabbi al‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak guru dan teman-teman yang
telah memberikan saran dan bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangan- kekurangannya, dan kami sangat berbesar
hati dan berlapang dada sekali apabili Bapak Guru, teman-teman serta para
pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya.
Bandar Lampung, 24 Juli 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama
dan kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh
masyarakat Indoesia. Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa wilayah Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
B. Permasalahan
Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke Indonesia.
1.
Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang
di Indonesia.
2.
Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Indonesia setelah Islam
datang.
C. Tujuan
1.
Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke
Indonesia.
2.
Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang
baik
3.
Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam
datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan
dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma
Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam
datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam
datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia
(tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah
masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan
tidak ada paksaan.
Tentang kapan
Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di
Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia
justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena
memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ
الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidakadapaksaanuntuk (memasuki)
agama (Islam); sesungguhnyatelahjelasjalan yang benar dari pada jalan yang
sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan berimank epada
Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah:
256).
Adapun cara masuknya Islam di
Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1.
Perdaganga
Jalur ini dimungkinkan karena
orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi
setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang
ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka
mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka
berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.
Kultural
Artinya penyebaran Islam di
Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan
oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang
yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3.
Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.
Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara
adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4.
Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di
Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau
Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
C. Perkembangan
Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas,
dijelaskan bahwa wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat
pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di
masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu
kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
2.
Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah
dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh
Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M
sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di
tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah
saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh
para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu
lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan
Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu sbb :
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu sbb :
a.
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia
dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli
tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419
M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b.
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan
ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi
dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri,
mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat
di desa Ampel tahun 1481 M. Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta,
dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden
Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan
Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk
menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun
Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan
Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan
c.
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau
Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli
fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak.
Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke
Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau
wafat tahun 1515 M.
e.
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni
berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang
diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini
adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah
Islam.
f.
Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik
Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari
Ternate dan Hitu Ambon.
g.
Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali
dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat
sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.
Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga
kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon.
Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol
politik para wali.
h.
Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan
abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di
daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat
terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i.
Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang
serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah
utara kota Kudus.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a.
Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b.
Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin
yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian
bahkan sampai ke Filipina.
c.
Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d.
Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e.
Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal
Abidin.
D. Peranan
Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.
Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati
bangsa Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam,
seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang,
umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah merah
putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna merah
dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda :” Allah telah menundukkan pada
dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-Ahmar
dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia. Tidak
akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama menjadikan
bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi bahasa
jurnalistik.
Beberapa ajaran
Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah air dan membasmi
kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan semangat melawan
penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh pergerakan, termasuk yang
berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya terinspirasi dari ruh ajaran
Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya
berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah
dan pernah nyantri dibawah bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo
yang kelak dicap sebagai pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya
bukanlah seorang yang hanya memperjuangkan emansipasi wanita. Ia seorang
pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah. Ketika
sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah)
kepada cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah
terang). Patimura seorang pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani
sebenarnya dia adalah seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas
Mattulessy hanyalah omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah
Kapten Ahmad Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan
rakyat Maluku melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut
fakta sejarah adalah seorang muslim.
Semangat jihad
yang dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar ketika para penjajah
berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa Indonesia yang mayoritas sudah
beragama Islam yang tentu saja dengan cara-cara yang berbeda dengan ketika
Islam datang dan diterima oleh mereka, bahwa Islam tersebar dan dianut oleh
mereka dengan jalan damai dan persuasif yakni lewat jalur perdagangan dan
pergaulan yang mulia bahkan wali sanga menyebarkannya lewat seni dan budaya.
Para da’i Islam sangat paham dan menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam
kepada orang lain, tapi juga mereka sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar
menyampaikan. Hal ini sesuai dengan Q.S. Yasin ayat 17 :”Tidak ada kewajiban
bagi
Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan umat Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.
Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan umat Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.
1. Penjajah
Portugis
Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah
Portugis dengan semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan
Gospel (penyebaran agama Nasrani).
Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan
menghalalkan semua cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya
terhadap bangsa Timur (Islam) setelah usai Perang Salib.
2. Penjajah
Belanda
Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh
di Banten dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan
Pieterszoon Coen menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti
nama Jakarta menjadi Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu
untuk memonopoli perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap
kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama Katolik
maka Belanda menyebarkan agama Protestan. Betapa berat penderitaan kaum
muslimin semasa penjajahan Belanda selama kurang lebih 3,5 abad. Penindasan,
adu domba (Devide et Impera), pengerukan kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan
membiarkan rakyat Indonesia dalam keadaan miskin dan terbelakang adalah kondisi
yang dialami saat itu. Maka wajarlah jika seluruh umat Islam Indonesia bangkit
dibawah pimpinan para ulama dan santri di berbagai pelosok tanah air, dengan
persenjataan yang sederhana: bambu runjing, tombak dan golok. Namun mereka
bertempur habis-habisan melawan orang-orang kafir Belanda dengan niat yang
sama, yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya satu pilihan mereka : Hidup mulia
atau mati Syahid. Maka pantaslah almarhum Dr. Setia Budi (1879-1952)
mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya di Jogya menjelang akhir hayatnya
antara lain mengatakan : “Jika tidak karena pengaruh dan didikan agama Islam,
maka patriotisme bangsa Indonesia tidak akan sehebat seperti apa yang
diperlihatkan oleh sejarahnya sampai kemerdekaannya”.
Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia
dalam melawan Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai
antara lain:
Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas)
Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh misalnya Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-la
Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas)
Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh misalnya Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-la
3. Penjajahan
Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada
tanggal 10 januari 1942. Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar,
Banjarmasin, Palembang dan Bali. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5 Maret
1942.
Untuk sementara
penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang.
Ibarat pepatah “Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya”, yang ternyata
penjajah Jepang lebih kejam dari penjajah manapun yang pernah menduduki
Indonesia. Seluruh kekayaan alam dikuras habis dibawa ke negerinya. Bangsa
Indonesia dikerja paksakan (Romusa) dengan ancaman siksaan yang mengerikan
seperti dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang, dimasukkan kedalam sumur, para
wanita diculik dan dijadikan pemuas nafsu sex tentara Jepang (Geisha)
Pada awalnya
Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan mengklaim dirinya sebagai saudara
tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Mereka juga paham bahwa bangsa
Indonesia kebanyakan beragama Islam. Karena itu pada tanggal 13 Juli 1942
mereka mencoba menghidupkan kembali Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang
telah terbentuk pada pemerintahan Belanda (September 1937). Tapi upaya Jepang
tidak banyak ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam. Banyak tokoh-tokoh Islam tidak
mau kooperatif dengan pemerintah penjajah Jepang bahkan melakukan gerakan bawah
tanah misalnya dibawah pimpinan Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin.
4. Sekutu dan
NICA
Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja
diproklamirkan, tanggal 15 september 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu
datangnya tentara sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies Civil
Administration). Mereka datang dengan penuh kecongkakan seolah-olah paling
berhak atas tanah Indonesia sebagai bekas jajahannya. Kedatangan mereka tentu
saja mendapat reaksi dari seluruh bangsa Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak
kembali dengan kekuatan senjata seadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang
bersenjatakan lengkap dan modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA antara
lain: Dengan taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung
lautan Api, pertempuran di Ambarawa dan lain-lain.
5. Peranan
Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasarIndonesia Merdeka.
Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak
disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah
dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang
dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk
panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara
Indonesia. Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim atau para
ulama kecuali satu orang beragama Kristen. Mereka adalah Ir. Soekarno,
Drs.Moh.Hatta, Mr.Moh.Yamin, Mr.Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Mujakir, Wahid
Hsyim, H.Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis (Kristen)
Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
1. Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syareat Islam bagi pemeluk- pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian
dari Mukaddimah UUD 45. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir
tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan
harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti
dengan kalimat “Yang Maha Esa”. Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat
Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan” Yang Maha Esa” tersebut tidak lain adalah tauhid.
Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
6. Peranan
Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam
Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam
di Indonesia, Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik
dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang
politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya umat
Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam sejarah,
bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan pejuang yang
sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajah, maupun pada masa
pembangunan.
a. Sarekat
Islam (SI)
Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para
pedagang muslim yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi.
Nama semula adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian tanggal 10 Nopember
1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto diangkat
sebagai ketua, sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Latar belakang
didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan para
pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para pedagang asing, dan juga
membentengi kaum muslimin dari gerakan penyebaran agama Kristen yang semakin
merajalela. Dengan nama Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto
organisasi ini semakin berkembang karena mendapat sambutan yang luar biasa dari
masyarakat. Daya tarik utamanya adalah asas keislamannya. Dengan SI mereka
(umat Islam) yakin akan dibela kepentingannya.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa
yang beragama Islam. Berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi keanggotaannya
pada suku bangsa tertentu (Jawa). Sehingga banyak sejarawan mengatakan bahwa
tanggal berdirinya SI ini lebih tepat disebut sebagai Hari Kebangkitan
Nasional, dan bukan tahun 1908 dengan patokan berdirinya Budi Utomo.
b. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah) dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota Sarekat Islam.
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah) dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota Sarekat Islam.
Banyak anggota
Muhammadiyah yang berjuang baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang, masa
mempertahankan kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi.
Mereka tersebar di berbagai organisasi pergerakan, organisasi partai politik
dan lembaga-lembaga negara. Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang kita kenal seperti
KH. Mas Mansur, Prof. Kahar Muzakir, Dr. Sukirman Wirjosanjoyo adalah para
pejuang yang tidak asing lagi. Demikian pula seperti Buya Hamka, KH AR.
Fakhruddin, Dr. Amin Rais, Dr. Syafi’i Ma’arif dan Dr. Din Syamsudin adalah
tokoh–tokoh Muhammadiyah yang sangat berperan dalam pentas nasional Indonesia.
Bidang-bidang yang ditangani Muhammadiyah antara lain
:
a. Sosial
Dalam bidang sosial Muhammadiyah mendirikan :
1) Panti asuhan untuk anak yatim piatu
2) Bank Syari’ah untuk membantu
pengusaha lemah
3) Organisasi wanita yang bernama
Aisiyah dan organisassi kepanduan Hizbul wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, dan ikatan Pelajar Muhammadiyah
b. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Data tahun 1985 Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga pendidikan yang terdiri dari 37 perguruan tinggi dan sisanya adalah TK sampai SLTA. Tahun 1990 jumlah perguruan tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Data tahun 1985 Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga pendidikan yang terdiri dari 37 perguruan tinggi dan sisanya adalah TK sampai SLTA. Tahun 1990 jumlah perguruan tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.
c. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik, Rumah Sakit dan Rumah Bersalin. Data tahun 1990 telah memiliki 215 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin.
Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik, Rumah Sakit dan Rumah Bersalin. Data tahun 1990 telah memiliki 215 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin.
c. Al Irsyad
Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta,
dua tahun setelah Muhammadiyah berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan dari
Jami’atul Khair. Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah syeikh Ahmad
Surkati, berasal dari Sudan yang semula adalah pengajar di Jami’atul Khair. Al
Irsyad ini mengkhususkan diri dalam perbaikan (pembaharuan) agama kaum muslimin
khususnya keturunan Arab Sebagian tokoh Muhammadiyah pada awal berdirinya juga
adalah kader-kader yang dibina dalam lembaga pendidikan AlIrsyad. Saat itu
al-Irsyad sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3 tahun), Madrasah Ibtidaiyah (4
tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun), dan Madrasah Mu’allimin yang dikhususkan
untuk mencetak guru.
Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga bidang-bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim piatu.
Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga bidang-bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim piatu.
d. Nahdlatul
Ulama
(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi
sosial keagamaan yang dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah
K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri, K.H.Mas Alwi , dan
K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan kini menjadi
salah satu organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah air. Bertujuan
mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah dan
penganut salah satu dari empat mazhab fiqih (Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam
Hambali dan Imam Maliki).
Pada mulanya NU
ini tidak mencampuri urusan politik. Ia lebih memfokuskan diri pada
pengembangan dan pemantapan paham keagamaannya dalam masyarakat yang saat itu
sedang gencar-gencarnya penyebaran faham Wahabiyah yang dianggap membahayakan
paham ahli Sunnah Waljama’ah. Hal ini tersirat dalam salah satu hasil keputusan
kongresnya di Surabaya pada bulan Oktober 1928.
NU semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1935 telah memiliki 68 cabang dengan anggota 6700 orang. Pada kongres tahun 1940 di Surabaya dinyatakan berdirinya organisasi wanita NU atau Muslimat dan Pemuda Anshar.
NU semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1935 telah memiliki 68 cabang dengan anggota 6700 orang. Pada kongres tahun 1940 di Surabaya dinyatakan berdirinya organisasi wanita NU atau Muslimat dan Pemuda Anshar.
e. Majlis
Islam A’la Indonesia (MIAI)
MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda,
yaitu tanggal 21 September 1937 di Surabaya sebagai organisasi federasi yang
diprakarsai oleh K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Wahab
Hasbullah (NU) dan Wondoamiseno (PSII).
Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam mempunyai wadah tempat membicarakan dan memutuskan semua soal yang dianggap penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam. Keputusan yang diambil MIAI harus dilaksanakan oleh semua organisasi yang menjadi anggotanya.
Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam mempunyai wadah tempat membicarakan dan memutuskan semua soal yang dianggap penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam. Keputusan yang diambil MIAI harus dilaksanakan oleh semua organisasi yang menjadi anggotanya.
Pembentukan MIAI mendapat
sambutan dari berbagai organisasi Islam di Indonesia seperti PSII,
Muhammadiyah, NU, Persis, dan organisasi-organisasi yang lebih kecil lainnya.
Pada waktu dibentuk anggotanya hanya 7 organisasi, tapi empat tahun kemudian
jumlahnya sudah mencapai duapuluh.
Pada akhir pemerintahan Hindia Belanda MIAI memberikan
dukungan terhadap aksi Indonesia berparlemen yang dicanangkan oleh GAPI
(Gabungan Politik Indonesia).
MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada
masa pendudukan Jepang. Para tokoh Islam dan para Ulama memanfaatkannya sebagai
tempat bermusyawarah membahas masalah-masalah yang penting yang dihadapi umat
Islam. Semboyannya terkenal Berpegang teguhlah kepada tali Allah dan janganlah
bercerai berai.
Diantara tugas MIAI ialah:
a. Menempatkan umat Islam pada
kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia
b. Mengharmoniskan Islam dengan
kebutuhan perkembangan zaman
f. Masyumi
Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia
berdiri tahun 1943. Dalam Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945
disepakati bahwa Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai Islam untuk rakyat
Indonesia. Saat itu juga Masyumi mengeluarkan maklumat yang berbunyi :” 60
Milyoen kaum muslimin Indonesia siap berjihad fi sabilillah “, Pernyataan ini
direkam dengan baik oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945.
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari.
Tergabung dalam organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis,
dan Sarekat Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus Hadikusumo,
Abdul Wahab dan tokoh-tokoh muda lainnya misalnya Moh. Natsir, Harsono
Cokrominoto, dan Prawoto Mangunsasmito.
Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam diwajibkan jihad Fi sabilillah dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para pemuda Islam, khususnya para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis. Masyumi dibubarkan oleh Soekarno pada tahun 1960. Sementara organisasi-organisasi yang semula bergabung dalam Masyumi sudah mengundurkan diri sebelumnya, seolah-olah mereka tahu bahwa Masyumi akan dibubarkan.
Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam diwajibkan jihad Fi sabilillah dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para pemuda Islam, khususnya para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis. Masyumi dibubarkan oleh Soekarno pada tahun 1960. Sementara organisasi-organisasi yang semula bergabung dalam Masyumi sudah mengundurkan diri sebelumnya, seolah-olah mereka tahu bahwa Masyumi akan dibubarkan.
g. Mathla’ul
Anwar
Organisasi ini berdiri tahun
1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam bidang sosial keagamaan dan pendidikan.
Pendirinya adalah KH. M. Yasin. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pendidikan
Islam khususnya di kalangan masyarakat sekitar Menes Banten. Aspirasi politik
organisasi ini pernah disalurkan melalui Sarekat Islam (SI), tapi perkembangan
selanjutnya organisasi ini menjadi netral, artinya tidak ikut dalam kegiatan
politik, tapi hanya mengkhususkan diri pada kegiatan sosial dan pengembangan
pendidikan Agama. Berkat memfokuskan diri pada pendidikan, organisasi ini
sekarang sudah menjadi organisasi berskup nasional. Lembaga-lembaga
pendidikannya berupa madrasah-madrasah dari mulai TK sampai Madrasah Aliyah
(setingkat SMA) tersebar di seluruh Nusantara.
h. Persatuan
Islam (Persis)
Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan.
Didirikan pada tanggal 17 September 1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam
dan Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota Palembang. Organisasi ini diketuai
pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal sebagai teman dialog
Bung Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak berdialog dengan A.Hassan
lewat surat-suratnya. Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari HOS
Cokroaminoto, juga banyak berasal dari A.Hassan ini.
Diantara tujuan Persis ini adalah :
a. Mengembalikan kaum Muslimin kepada
Al-Quran dan Sunnah (hadis nabi)
b. Menghidupkan ruh jihad dan ijtihad
dalam kalangan umat Islam
c. Membasmi bid’ah, khurafat dan
takhayul, taklid dan syirik dalam kalangan umat Islam
d. Memperluas tersiarnya tabligh dan
dakwah Islam kepada segenap lapisan masyarakart.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesungguhnya
allah swt menciptakan manusai untuk barpasang- pasangan menjadikan
umat bersuku-suku untuk adanya persatuan bangsa, dan perlu di ingat untuk
menyebarkan perkembangan umat islam di indonesia perlu waktu berangsur-angsur
lamanya dan adanya perlakuan suwenang-wenang antar sesama manusia.
B. Kritik Dan Saran
Demikian
makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan hubungi saya.
DAFTAR PUSTAKA
http:/www.saufudin.info/2008/12/perkembangan-islam-di-indonesia.html?m=1
Haludi, Khuslan dan abdirrohim.
2007. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam. Solo: Tiga
Serangkai.
bagusss
BalasHapus