LAPORAN
PENDAHULUAN PARTUS TAK MAJU
A. Pengertian
Partus tak maju yaitu persalinan yang
ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan
janin dalam 1 jam.
Partus tak maju (persalinan macet)
berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor
mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi
dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan
dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks,
turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
B. Penyebab
Penyebab
partus tak maju yaitu :
1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam
kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul
ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin
untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan
kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang
menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya
kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk
mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan
pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik,
kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga
pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin
lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak
mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit
dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau
kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak
dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia
kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi
sefalopelvik dapat terjadi :
a.
Marginal (ini berarti
bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan
molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran
pervaginam).
b.
Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada
kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
c.
Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala
abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya
hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).
2.
Presentasi yang abnormal
Hal
ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang
sulit lahir pada presentasi bokong.
a.
Presentasi Dahi
Presentasi dahi
adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi
karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin
tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat
dan sulit.
Presentasi
dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau
pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi
0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.
b.
Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin
dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak
teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila
pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit
kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.
Presentasi
bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut
akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang.
Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot
uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c.
Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami
hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan
bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila
pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput.
Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait
dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.
3.
Abnormalitas pada janin
Hal
ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
4.
Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas
sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum
kaku dan tumor vagina.
C.
Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak
Maju
1.
Ketuban pecah dini
Apabila
pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada
pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang
menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
2.
Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan
serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak
dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema
serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu
dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada
pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama.
Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio
caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika
serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa
kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa
dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).
3.
Bahaya ruptur uterus
Ruptur
uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang
tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu
berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.23
Bila
membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke
segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah
rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun
demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang,
yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus
berkurang.
Ruptur
uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara
terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio
caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan
penanganan dapat berakibat fatal.
4.
Fistula
Jika
kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih,
serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang
pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula
dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina),
vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada
diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II
persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di
negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.
5.
Sepsis puerferalis
Sepsis
puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap
saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,
demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang
abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran
uterus.
Infeksi
merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan
partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.
D. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi
1. Perubahan-perubahan
tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput
suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk
pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih
tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di
bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah
lahir.
2.
Kematian Janin
Jika
partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada
plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama
4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya
koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan
hemoragi, syok dan kematian pada maternal.
E.
Tanda
Partus tak maju
Pada
kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik
dan mental yang dapat diobservasi dengan :
1.
Dehidrasi dan
Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
2.
Demam
3.
Nyeri abdomen
4.
Syok (nadi cepat,
anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat
disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
F.
Determinan
dari Partus Tak Maju
1.
Host
a.
Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi
seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini
secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan
dan persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ
reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum
matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35
tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya
organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu
peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim
kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu
yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami
komplikasi pada ibu dan janin).44 Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar
yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8
kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur
20-35 tahun.
b.
Paritas
Paritas 1-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0
dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi.
Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih,
kemungkinan mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan
kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin,
persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca
persalinan.1
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat
yang dilakukan oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3
kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.
c. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan
persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama,
persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu
merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10 Sesuai dengan hasil
penelitian di Medan yang dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan
desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami
komplikasi persalinan kemungkinan 7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat
persalinan jelek dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat persalinan jelek.
Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju 24,6%.
Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu
yang memiliki riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar
untuk mengalami persalinan macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat
persalinan buruk.
d. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya
berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko
tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan
panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara
luas panggul dan besar kepala janin.
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh
tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi
waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun
dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul
sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari
seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul
sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm
sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.
e. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih
memperhatikan kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang
tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga pengetahuan dan
kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga
termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.
2. Agent
Partus tak maju
disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir janin.
Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul
(passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power).
Bentuk dan ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul
yang sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul,
penyakit dan cedera pada tulang panggul.36
3. Enviroment
a.
Keadaan Sosial ekonomi
Derajat sosial
ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan dan kesempatannya
dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan
mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan
tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan
bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat
berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada
ibu dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran, perdarahan saat hamil.
sesudah hamil, infeksi dan partus macet.
Perbedaan
pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi
rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, transportasi
yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, kurangnya fasilitas
pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan tenaga
ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat
dan praktik tradisional, pantangan makanan tertentu pada wanita hamil merupakan
faktor ikut berperan.
b. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan
Angka kematian
maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya mencerminkan rendahnya mutu
pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam kematian
materal. Faktor tersebut meliputi : kurangnya kemudahan untuk pelayanan
kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang dan kurangnya tenaga yang
terlatih. Petugas kesehatan yang tidak terlatih untuk mengenali persalinan
macet (partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak terhadap faktor
risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
(misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak maju.
G. Pencegahan
1.
Pencegahan Primer
Pencegahan
primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau tidak sakit.
Untuk
menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan
informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan dan
persalinan.
b. Pendidikan
kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan
program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah berkeluarga.1
d. Memperbaiki
perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal
Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil
terutama risiko tinggi
f. Mengukur
tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.
g. Mengajurkan
untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan
pelayanan medik gawat darurat.
i. Menyediakan
sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah (Maternity
Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke
fasilitas yang lebih baik.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis
dini dan pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
1) Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui
pemeriksaan abdomen sebagai berikut :
a) Kepala janin
dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun
b) Kontraksi
uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi yang lama
dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan uterus)
c) Uterus dapat
mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus bertumpang tindih)
ketat disekeliling janin.
d) Cincin Band/Bandles
ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada daerah diantara segmen
atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan diraba selama persalinan.
Dalam persalinan normal, daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal
daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen,
cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus
seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi.
2) Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a) Bau busuk dari
drainase mekonium
b) Cairan amniotik
sudah keluar
c) Kateterisasi
akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung mekonium atau darah
d) Pemeriksaan
vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan), vagina panas dan
mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum
yang besar dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit
bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.
3) Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan
pada partograf menunjukan :
a)
Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan
sekunder
b)
Kala II yang lama
c)
Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120
permenit, bau busuk dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin
normal 120-160 permenit)
d)
Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus
yang kuat.
b. Melakukan
penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi, partus tak
maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya ditangani
dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab
itu harus dirujuk kerumah sakit.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume
plasma normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat
1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis
puerperalis dan perawatan intensif setelah melahirkan.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas jaringan sekunder terhadap
pembedahan
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap efek anestesi
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan luka post op sectio caesarea
I.
Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas jaringan sekunder terhadap
pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24
jam nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri
0 – 2, klien dapat istirahat dengan tenang
·
Kaji skala nyeri dan karakteristik nyeri ( lokasi,
durasi)
·
monitor tanda-tanda
vital (TD, nadi)
·
ajarkan klien tekinik relaksasi dengan tarik napas
panjang dan dalam
·
ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
membatasi jumlah pengunjung kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap efek anestesi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemapuan tanpa disertai
nyeri.
Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
menurunkan
·
Kaji respon klien terhadap aktivitas,
·
catat tipe anestesi,
·
anjurkan klien untuk ambulasi dini dengan miring ke
kanan dan ke kiri,
·
anjurkan untuk melakukan gerakan ringan seperti pada
tangan dan kaki,
·
bantu klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
sesuai kebutuhan,
·
tingkatkan aktivitas
secara bertahap,
·
libatkan keluarga dalam aktivitas klien.
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan luka post op sectio caesarea.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 kali 24 jam
Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor,
rubor, color, tumor, fungsiolaesa), tanda-tanda vital dalam batas normal
terutama suhu (36 – 37°C), luka bersih dan kering.
·
Monitor tanda-tanda
vital terutama suhu tiap 4 jam sekali,
·
kaji luka pada abdomen dan balutan serta jumlah
lochea,
·
jaga kebersihan si sekitar luka dan lingkungan klien,
·
Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic dan
steril,
·
lakukan perawatan DC
dan vulva,
·
kolaborasi pemberian
antibiotic sesuai indikasi.
J.
Daftar Pustaka
Situs web :
-
http://farihaalthafunnisa-midwifery.blogspot.com/2011/08/partus-tak-maju.html
-
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar