KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
besar kita Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya
baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis
dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang berjudul “DENGUE
HEMORAGIC FEVER (DHF)” Kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan buat pembaca.
Bandar Lampung,
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan
gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan
spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang
parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di
negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di
Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD
ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini
ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan
adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu
berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat
memahami tentang penyakit DHF (Dengue Haemorraghic
Fever).
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat
menjelaskan :
a.
Definisi penyakit DHF.
b.
Etiologi penyakit DHF.
c.
Manifestasi klinik penyakit DHF.
d.
Patofisiologi penyakit DHF.
e.
Komplikasi penyakit DHF.
f.
Klasifikasi penyakit DHF.
g.
Pemeriksaan Penunjang DHF.
h.
Penatalaksanaan penyakit DHF.
C.
Manfaat
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para
pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam
mengenai penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).
BAB II
TINJAUAN PUASTAKA
A.
Pengertian
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua
hari pertama (Soeparman, 1987;16).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.
B.
Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang
menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus)
group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat
tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2.
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief
Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk
Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di
daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana
yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah
di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan
air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan
senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3.
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan
untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat
infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas
terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
C.
Manisfestasi Klinik Virus Dengue
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
(Soedarto, 1990 ; 39).
2. Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ;
39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan
gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah,
1995 ; 349).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak
yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali
dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan
pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila
syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
(soedarto ; 39).
D. Klasifikasi DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic
Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan
gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan
darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
E. Gejala
1. Demam tinggi dan
mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena
2. Keluhan pada saluran
pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu
hati
3. Nyeri sendi , nyeri
kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita),
hepatomegali, splenomegali.
4. Kadang ditemui keluhan
batuk pilek dan sakit menelan.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
BAB III
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM DAN PENCEGAHAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER
(DHF)
A. Diagnosis Penunjang
1. Rumple Leed
2. Pemeriksaan Darah
3. Hitung Trombosit
4. Hitung Leukosit
5. Hitung Hematokrit
6. Imunoserologi IgM dan
IgG
B. Cara Pemeriksaan
1. Rumple Leed
a. Pasang manset pada
lengan atas
b. Tentukan sistol dan
diastol
c. Tahan tekanan antara
sistol dan diastol selama 5 menit
d. Hasil dinyatakan (+)
bila terdapat 10 atau lebih petachie di bagian volar lengan dengan luas 2,5 cm
x 2,5cm.
2. Hitung Trombosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Rees Ecker :
a. Hisap darah EDTA dengan
pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
b. Hapus kelebihan darah
dengan kertas tissue
c. Hisap larutan Rees
Echer sampai tanda 101
d. Kocok darah dan larutan
3 menit
e. Buang larutan 3 – 4
tetes → masukan kedalam kamar hitung
f. Hitung trombosit dalam
seluruh bidang besar ditengah – tengah dengan mikroskop, kalikan 2000.
3. Hitung Leukosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Turk :
a. Hisap darah EDTA dng
pipet Leukosit → sampai tanda 0,5.
b. Hapus kelebihan darah
dengan kertas tissue.
c. Hisap larutan Turk
sampai tanda 11.
d. Kocok darah dan larutan
± 2 – 3 menit.
e. Buang larutan 3 – 4
tetes → masukan kedalam kamar hitung.
f. Hitung leukosit yang
terdapat dalam keempat bidang besar di sudut dengan mikroskop, kalikan 50.
4. Hitung Hematokrit
Cara Hitung Hematokrit dengan Mikrometode:
a. Sampel darah dimasukkan
ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung.
b. Salah satu ujung tabung
ditutup dengan dempul (clay)
c. Sentrifus selama 5
menit dengan kecepatan 16.000 rpm.
d. Tinggi kolom eritrosit
diukur dengan alat pembaca hematokrit.
e. Nilainya dinyatakan
dalam %.
5. Imunoserologi IgM dan
IgG
Pemeriksaan antibodi IgG dan
IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. IgM terdeteksi
mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 60 – 90
hari. IgG pada Infeksi primer terdeteksi mulai hari ke 14, pada infeksi
sekunder terdeteksi mulai hari ke 2.
Prinsip Kerja :
Dengue Dx IgG/IgM Rapid
Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi
sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini
juga dapat mendeteksi ke empat serotype virus dengue karena menggunakan
suatu paduan antigen recombinant dengue
envelope proteins
Sampel yang digunakan pada
pemeriksaan ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample :
a. Kumpulkan darah vena
kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti heparin, EDTA
dan sodium citrate).
b. Diamkan selama 30 menit
hingga darah membeku dan kemudian lakukan
sentrifuge dengan kecepatan
1500-2000 rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
C. Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
1. Rumple Leed
70,2 % kasus DBD mempunyai hasil uji Rumple Leed (+). Hasil (+) menandai Fragilitas Kapiler darah
meningkat.
2. Hitung Trombosit
Pada DBD umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8 ( < 100.000
/ µL).
Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / µL.
3. Hitung Leukosit
Pada DBD kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai normalnya ialah
( 5000-10000 / µL).
4. Hitung Hematokrit
Pada DBD terjadi peningkatan Hematokrit ≥ 20 % nilai awal, yang umumnya
dimulai pada hari ke – 3 Demam. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran Plasma.
Normalnya :
Pria 40 – 48%
Wanita 37 - 43 %
Anak anak 33 - 38 %
D. Pencegahan penyakit DHF
1. Pencegahan secara
mekanik
Gerakan 3 M
a. Menguras tempat –
tempat penampungan air secara teratur sekurang - kurangnya sekali seminggu atau
penaburan bubuk abate ke dalamnya.
b. Menutup rapat tempat
penampungan air.
c. Mengubur atau
menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air.
2. Pencegahan secara kima
Pemberantasan vector :
a. Fogging ( penyemprotan
), kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi
kriteria.
b. Abatisasi
Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan
jentik Aedes aegypti ditaburi
bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter
air.
3. Pencegahan secara
biologi
Pencegahan DBD secara biologis
juga cukup efektif, yaitu dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
Masukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam, maka vektor nyamuk
pembawa virus dengue otomatis dapat dikendalikan, sebab ikan akan memakan
jentik – jentik nyamuk.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis
virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014).
Gambaran klinis yang timbul bervariasi
berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari, rata- rata
2-8 hari. Penderita biasanya mengalami:
1. Deman akut atau suhu meningkat tiba – tiba (selama 2 –
7 hari)
2. Sering di sertai menggigil.
3. Perdaran pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma)
serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melena.
4. Keluhan pada saluran pernafasan (batuk, pilek, sakit
waktu menelan)
5. Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tak nafsu
makan, diare, konstipasi)
6. Keluhan sistem tubuh yang lainnya (nyeri atau sakit
kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati,
pegal – pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotopobia, otot – otot sekitar mata
sakit bila di sentuh.
7. Hepatomegali, splenomegali.
Cara Pencegahan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi (abate), pengasapan
dan fogging.
2. Fisik
Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah
dengan cara 3 M plus:
3. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air
minum, penampung air lemari es, dan lain-lain.
4. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan
air seperti drum, kendi, toren air, dan sebagainya.
5. Memanfaatkan kembali atau mendaur
ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
6. Plus, adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti:
a)
Menaburkan
bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
b)
Menggunakan
obat nyamuk atau anti nyamuk.
c)
Menggunakan
kelambu saat tidur.
d)
Memelihara
ikan pemangsa jentik nyamuk.
e)
Menanam
tanaman pengusir nyamuk.
f)
Mengatur
cahaya dan ventilasi dalam rumah.
g)
Menghindari
kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat
nyamuk, dan lain-lain.
B.
Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang
telah menyusun makalah ini. Semoga makalh ini dapat bermanfaan bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4201416/Pemeriksaan_Penunjang_Demam _Berdarah.
Keperawatan Profesional Islami. 2013.
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com / 2 013/03/ makalah-dhf.html.
Suwarsono
H. 1997. Berbagai cara
pemberantasan jentik Ae. Aegypti. Jakarta
: Cermin Dunia Kedokteran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar