KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
besar kita Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya
baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis
dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang berjudul“SAFE MOTHERHOOD KELUARGA BERENCANA”
Kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan buat pembaca.
Bandar Lampung,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam tahun terakhir ini
perkembangan ilmu dan tekhnologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan.
Dalam bidang kebidanan tidak luput dari perubahan. Hal ini tampak nyata dari
adanya evidence based sehingga seluruh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
harus mengacu pada evidence based. Yaitu pada praktik kebidanan sekarang lebih
didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik
dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Dimana
kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di
Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan
eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana
safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan
persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan
upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil,
bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.
Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99%
kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.
WHO
mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk
menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat
pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan
antenatal, pelayanan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan pengertian Safe
Motherhood?
2.
Jelaskan Epidemiologi Safe
Motherhood?
3.
Jelaskan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka
kematian ibu?
4.
Jelaskan empat pilar Safe
Motherhood?
5.
Jelaskan bagaimana peran laki-laki dalam
program Safe Motherhood?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa mengetahui
pengertian Safe Motherhood
2.
Mahasiswa mengetahui
Epidemiologi Safe Motherhood
3.
Mahasiswa mengetahui upaya
yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu
4.
Mahasiswa mengetahui empat
pilar Safe Motherhood
5.
Mahasiswa mengetahui
bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Safe Motherhood
Berbagai upaya terus diusahakan
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah
mengimplementasikan program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah
usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka
butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:
1.
Keluarga berencana,
2.
Pelayanan antenatal,
3.
Persalinan yang aman, dan
4.
Pelayanan obstetri
esensial.
Menurut the International
Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision,
1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil
atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat
terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau
penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan”. Menurut pengertian
ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak
langsung.
Penyebab kematian
langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau
dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya
seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau
bedah kaisar, perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati,
dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang
berkontribusi pada 80% kematian.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain
yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak
berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh
kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
BAB
III
ANALISIS MASALAH
3.1
Epidemiologi
Menurut data yang dikeluarkan oleh UNFPA,
WHO, UNICEF dan Bank Dunia menunjukkan bahwa satu wanita meninggal dunia tiap
menitnya akibat masalah kehamilan. Rasio kematian ibu (jumlah kematian tiap
100,000 kelahiran hidup) telah menurun secara global pada laju kurang dari 1%.
Jumlah kematian wanita hamil atau akibat persalinan secara keseluruhan juga
menunjukkan penurunan yang cukup berarti antara tahun 1990-2005. pada tahun
2005, 536,000 wanita hamil meninggal dunia dibandingkan dengan tahun 1990 yang
sebanyak 576,000.
Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam
terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian
pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir
(neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. Keadaan ini
menempatkan upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas
dalam bidang kesehatan.
Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT)
tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran
hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
3.2
Upaya yang Dilakukan untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
Kematian ibu hamil dilatarbelakangi
oleh:
1.
Persalinan yang ditolong
dukun
2.
Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi
komplikasi dan memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.
3.
Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah
yaitu 50% menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65%
berada dalam keadaan 4 terlalu
4.
Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk
mengambil keputusan ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan.
Sekitar 90%
kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus
lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa
sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah.
Sesungguhnya
tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu
sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan
kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan
AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010.
Melihat
kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut denganSafe
Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International
Conference on Safe Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif
berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari
berbagai badan internasional.
3.3
Empat Pilar Safe Motherhood
1. Keluarga berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga
Berencana. Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia (1997),
maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Dengan kata lain KB adalah perencanaan
jumlah keluarga.Pembatasan bisa dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penang-gulangan kelahiran seperti kondom,spiral, IUD dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang
dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir
1970'an.
a.
Tujuan umum
adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.
c.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah:
Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan
bangsa; Mengurangi angka kelahiranuntuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat
akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi,
dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
KB dapat menurunkan angka kematian ibu
karena dapat merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak
kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak
diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil,
dan terlalu banyak anak.
Konseling
dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan
individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan
informasi dan konseling yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang
memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program
komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana
memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan
kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.
Konsep KB pertama kali diperkenalkan di
Matlab, Bangladesh pada tahun 1976. KB bertujuan merencanakan waktu yang tepat
untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, dan menentukan jumlah anak. Dengan
demikian, diharapkan tidak ada lagi kehamilan yang tidak diinginkan sehingga
angka aborsi akan berkurang. Pelayanan KB harus menjangkau siapa saja, baik
ibu/calon ibu maupun perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu
diadakan konseling yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan
metode KB termasuk kontrasepsi darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet
need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi. Angka pemakaian kontrasepsi
(contraceptive prevalence rate) di Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun
2006. Bila KB ini terlaksana dengan baik maka dapat menurunkan diperlukannya
intervensi obstetri khusus.
2. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat
penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan. Selain itu, juga
menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen penting
pelayanan antenatal meliputi:
1.
Skrining dan pengobatan
anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.
2.
Deteksi dan penanganan
komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.
3.
Penyuluhan tentang
komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan
rujukan.
Dalam
masa kehamilan:
1.
Petugas kesehatan harus
memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga
diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.
2.
Membantu wanita hamil serta
keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi.
3.
Meningkatkan kesadaran
mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi
dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini.
Petugas kesehatan diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan penanganan
risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan status kesehatan wanita
hamil.
Perawatan Ante Natal (ANC) adalah
pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil dan perkembangan /
pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya
saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.
Tujuan
ANC:
1.
Untuk dapat mendeteksi /
mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang
terdapat pada ibu dan janinnya;
2.
Untuk mempersiapkan ibu hamil baik fisik maupun mental
dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan masa menyusui ;
3.
Dapat mencegah masalah kesehatan yang beresiko dan dapat
menjaring kasus kehamilan resiko tinggi (KRT) dan non KRT (normal)
; Sehingga kita dapat menghilangkan / menurunkan angka kesakitan /
kematian ibu dan janin serta untuk memperoleh ibu / janin yang sehat fisik
maupun mental secara optimal.
FUNGSI ANC :
1.
Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan /
mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya,
dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnese yang teliti sampai
dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta
prognosanya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong KRT /
non KRT dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga
didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.
2.
Untuk mempersiapkan fisik dalam memghadapi kehamilan,
persalinan dan nifas, perlu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
3.
Semua klinik antenatal sekarang mempunyai kelas antenatal
dengan instruktur antenatal dengan peserta dari ibu hamil beserta suaminya.
Satu kelas berisi 6 – 20 orang peserta. KIE mengenai pengetahuan obstetri
fisiologi, patologi dan kedaruratan obstetri. Ini perlu untuk ibu hamil
tersebut dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera ke RS
terdekat dengan fasilitas yang lengkap kalau perlu diberitahu cara-cara menuju
Rumah Sakit tersebut dan syarat-syaratnya (biaya, cara melapor dan sebagainya).
4.
Mengenai masa nifas dan menyusui. Dipersiapkan payudara
untuk menyusui anaknya seperti menarik puting susu sehingga menonjol untuk
kemudahan pengisapan si bayi, mengadakan masase ringan disekeliling payudara,
puting susu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air masak atau baby
oil, memakai BH yang menyokong payudara, Menasehati ibu hamil agar kalau
berhubungan dengan suaminya tidak mengisap air susu karena pada kehamilan 2
bulan sudah ada kolostrum (susu julong). Bila air susu keluar prolaktin, akan
merangsang keluarnya oksitosin sehingga timbul his kemungkinan akan terjadi
kelahiran abortus, partus imaturus atau prematurus. Untuk meningkatkan jumlah
air susu, ibu perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti susu, keju,
yogourt, daging, ikan, telur dan sayuran daun katu selama hamil dan masa nifas serta
masa menyusui.
TUJUAN ASUHAN KEHAMILAN
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan
kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1.
Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan
ibu & perkembangan bayi yang normal.
2.
Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan
memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3.
Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan
dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis
untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
4.
Bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau
menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi
yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa
kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun
deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin
dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal
& perinatal.
Fokus lama ANC :
1.
Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang
beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.
Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki,
posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan
kategori resiko ibu.
3.
Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk
mencegah resiko/komplikasi
Standard Asuhan Kehamilan
Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya
harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard
mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh
profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat
karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar
yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak
memenuhi standard dan terbukti membahayakan.
Terdapat 6
standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:
1.
Standar3;Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan
kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2.
Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan
memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3.
Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan
melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4.
Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan
melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.
Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya.
6.
Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan
memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standard
Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).
Hak-Hak
Ibu Dalam Layanan Anc
Hak-hak
ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu :
1.
Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya.
Informasi harus diberikan langsung kepada klien (dan keluarganya).
2.
Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya
terhadap sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa
saling percaya.
3.
Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan
terhadapnya.
4.
Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati
privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur.
5.
Menerima layanan senyaman mungkin.
6.
Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan
yang diterimanya.
Tenaga Professional Asuhan Kehamilan
1.
Bidan/ midwives
2.
Dokter umum
3.
SPOG/ dokter spesialis obstetric dan ginekology
4.
Team/ antara dokter dan bidan
Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan
Peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah:
Peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah:
1.
Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi
2.
Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul
selama kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetric
3.
Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan
social ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan immunisasi.
4.
Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui
masa nifas yang normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis
dan social.
Trend & Issue Terkini Dalam Anc
1.
Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self
care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam
hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional
yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
kondisi sosio-ekonomi mereka.
2.
ANC pada usia kehamilan lebih dini. Data
statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan
mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal
kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan
perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.
3.
Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah
menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:
Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan
:
Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu
Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu
1.
Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa.
2.
Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia,
kebiasaan tradisional yang berbahaya)
3.
Membangun hubungan saling percaya
4.
Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.
5.
Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga,
istirahat, seks, dsb).
Trimester II
14 – 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap
hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema,
proteinuria)
Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.
Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.
Setelah 36
minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan
persalinan di RS.
Pemberian
suplemen mikronutrien :Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg)
dan asam folat 500 mg
sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90
hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi
agar tidak mengganggu penyerapannya.
Imunisasi TT
0,5 cc Interval Lama perlindungan % perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
1.
TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
2.
TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
3.
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
4.
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%
3. Persalinan yang bersih dan aman
Focus asuhan persalinan
normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah terjadinya komplikasi.
Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian
menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan
aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki
tujuan memastikan setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan,
ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta
memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.
Dalam persalinan:
a.
Wanita harus ditolong oleh
tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara
bersih dan aman.
b.
Tenaga kesehatan juga harus
mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu
melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
c.
Tenaga kesehatan harus siap
untuk melakukan rujukan kom
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.
Sebagian besar komplikasi obstetri yang
berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi dapat
ditangani bila ada pelayanan yang memadai. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial
dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh bidan atau dokter umum.
Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani di tingkat
pelayanan dasar, maka bidan atau dokter harus segera merujuk dengan terlebih dahulu
melakukan pertolongan pertama. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan
ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur efektif ke fasilitas rujukan,
keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri
mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.
4. Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat
pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan
komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial
bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar
berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi
kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan tindakan dalam
mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.
Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya
adalah tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk
bedah cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus),
transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum
untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan
obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu,
diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi:
a.
Melibatkan anggota
masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan setempat, dalam
upaya memperbaiki kesehatan ibu.
b.
Bekerjasama dengan
masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk mengubah sikap terhadap
keterlambatan mendapat pertolongan.
c.
Menyediakan pendidikan
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta
kapan dan dimana mencari pertolongan.
Departemen Kesehatan pada tahun 2000
telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka
kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada
kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin
pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang
dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga
pesan kunci.
Tiga pesan kunci MPS itu adalah
1. Setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
2. Setiap komplikasi
obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses terhadap pencegahan
kehamilan yang
3. Setiap wanita usia subur
mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Dari
pelaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah
angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
bayi baru lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah
Departemen Kesehatan bersama Program Maternal & Neonatal Health (MNH) sejak
tahun 1999 mengembangkan berbagai pendekatan baru yang didasarkan pada
praktek-praktek terbaik (best practices) yang diakui dunia untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir di beberapa
daerah intervensi di Indonesia.
Peranan Puskesmas
Puskesmas telah dikenal masyarakat sebagai tempat
memperoleh layanan kesehatan secara umum yang murah, sederhana, dan mudah
terjangkau terutama bagi kalangan kurang mampu. Sejak pertama kali dicetuskan,
puskesmas ditargetkan menjadi unit pelaksana teknis pelayanan tingkat
pertama/terdepan dalam sistem kesehatan nasional. Maka dari itu, puskesmas
juga menjadi salah satu mata rantai pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu melalui program-programnya yang mengacu pada empat pilar
Safe Motherhood. Dalam pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan
kebijakan berupa:
1.
Memberikan pelayanan kesehatan untuk semua macam
penyakit obstetri
2.
Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan:
a.
Pelayanan obstetri esensial darurat (POED)
1)
Melakukan pertolongan persalinan vakum ekstraksi
2)
Melakukan plasenta manual
3)
Memasang infus dan memberikan obat parenteral
4)
Meneruskan sistem rujukan bila fasilitas tidak memadai
b.
Pelayanan Obstetri dan Neonatus Esensial Darurat (PONED)
merupakan
pelayanan POED ditambah dengan melakukan pelayanan neonatus yang mengalami
asfiksia ringan, sedang, dan berat. Bila tidak memungkinkan, segera melakukan
rujukan.
3.
Melaksanakan konsep sayang ibu
dan sayang
bayi.
Secara
keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan persalinan bersih dan
aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar/fondasi
yang dibutuhkan untuk menca-pai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan
wanita.
Ada dua
alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat perhatian. Pertama,
besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak yang
diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif
di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat besar,
baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara.
Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang
sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya.
Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan
efektif dalam menurunkan angka kematian ibu.
3.4
Bagaimana peran
laki-laki dalam program safe motherhood (Keselamatan Ibu)?
Laki-laki
sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan istrinya dan juga
dalam kesehatan anak-anak mereka. WHO memperkirakan 585.000 perempuan meninggal
setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi yang
tidak aman – sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. Hampir semua kasus
kematian ini sebenarnya dapat dicegah.
Pada beberapa negara terutama di negara
berkembang, kehamilan dengan komplikasi merupakan penyebab kematian yang utama
pada perempuan usia reproduksi. Ribuan perempuan menderita penyakit dan
ketidakmampuan yang serius, termasuk nyeri panggul kronis, penyakit radang
panggul, incontinence, dan kemandulan yang disebabkan oleh kehamilan atau
akibat komplikasinya.
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian
yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan
penyebab yang berhubungan langsung atau tudak langsung terhadap kehamilan.
Perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan
komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang
berkontribusi pada 80% kematian . Keselamatan ibu berisi jaminan kesehatan yang
baik bagi perempuan sebagai ibu dan dan bayinya selama hamil, persalinan dan
masa setelah persalinan. Suami memainkan banyak peran kunci selama masa
kehamilan dan persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan
mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu
dan bayinya.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh
laki-laki dalam mempromosikan keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya.
Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa risiko
kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan
berrisiko rendah. Kehamilan yang tidak direncanakan seringkali
menjadi berisiko karena akan membawa mereka untuk melakukan aborsi. Komplikasi
aborsi yang tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun.
Mendukung
Penggunaan Kontrasepsi.
Suami sebaiknya ikut menemani istrinya menemui konselor
keluarga berencana atau petugas kesehatan. sehingga mereka bisa bersama-sama
mengetahui metode kontrasepsi yang tersedia dan memilih salah satu metode yang
tepat. Seorang suami juga dapat mendukung pasangannya dalam menggunakan metode
modern secara benar (seperti, membantu istrinya mengingatkan kapan harus
meminum pil KB setiap harinya), suami juga dapat menggunakan metode kontrasepsi
untuk dirinya sendiri, atau mendukung istri untuk mempraktekkan metode pantang
berkala. Suami seharusnya memotivasi istrinya untuk meminta pertolongan kepada
petugas kesehatan bila merasakan efek samping akibat pemakaian alat
kontrasepsi.
Ketika istrinya hamil, suami dapat
mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menyediakan
transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Suami seharusnya menemani
istrinya konsultasi, sehingga suami juga dapat belajar mengenai gejala dan
tanda-tanda komplikasi kehamilan. Gizi yang baik serta istirahat cukup penting
bagi ibu selama masa kehamilan. Suami ikut berperan agar istrinya dapat
melahirkan bayi yang sehat dengan menjamin istrinya mendapatkan makanan yang
bergizi, terutama makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin A. Anemia,
walaupun bukan merupakan penyebab langsung kematian ibu, namun merupakan faktor
penyebab kematian. Ibu yang anemi berisiko lima kali lebih besar untuk
meninggal dibandingkan dengan ibu yang tidak anemi.23 Vitamin A penting untuk
kesehatan ibu dan janin. Seorang ibu membutuhkan vitamin A yang cukup untuk
menunjang per-kembangan kesehatan bayi dan untuk kesehatannya sendiri,
khususnya untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Rabun malam pada ibu
hamil adalah gejala kekurangan vitamin A. Suplemen pil vitamin A dalam masa
kehamilan, dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sebuah studi tentang
kesehatan ibu di bagian selatan Nepal menemukan bahwa vitamin A dosis rendah
atau beta-carotene tambahan dan bahan pangan yang banyak mengandung vitamin A
dapat menurunkan persentase kematian ibu rata-rata 44%.
Mempersiapkan
perawatan yang terlatih selama persalinan.
Pada
negara-negara berkembang, kebanyakan ibu-ibu yang akan melahirkan tidak dibantu
oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh dukun beranak atau anggota
keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama proses kelahiran dapat membuat suatu
perbedaan antara kehidupan dan kematian. Suami berperan dalam mempersiapkan
tenaga terlatih agar hadir pada saat persalinan dan membiayai pelayanan
yang diberikan. Suami juga harus mempersiapkan transportasi serta mencukupi
perlengkapan yang dibutuhkan.
Keterlambatan sering kali berkontribusi
terhadap kematian ibu ketika terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis
keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk
mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan,
dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan.
Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang penting dalam
mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami biasanya menjadi pemegang
keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan membutuhkan pertolongan kesehatan
segera. Suami juga yang memutuskan transportasi apa yang akan digunakan untuk
mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan
tersebut dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan
dengan komplikasi.
Kebanyakan kematian ibu yang terjadi
antara tiga hari setelah persalinan, disebabkan karena adanya infeksi atau
perdarahan. Hasil penelitian terbaru menemukan kematian ibu dapat dicegah
bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial setelah persalinan
dan selalu siaga untuk mencari pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami
juga berperan agar istrinya mendapatkan makanan yang bergizi. Pada masa
menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar
vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama
periode pasca persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang
berat seperti mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak. Mereka
juga dapat mendorong istri untuk memberikan ASI agar dapat menolong kontraksi
uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode kontrasepsi, baik
berupa metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang
berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak mengi-nginkan anak lagi.
Menjadi
Ayah yang bertanggung jawab.
Sebagai
sorang ayah, laki-laki menentukan tingkat kesehatan anak-anaknya. Seorang ayah
dapat lebih terlibat dalam perkembangan kesehatan anak-anaknya, sebagai contoh,
memastikan bahwa anak-anak mereka menerima semua kebutuhan imunisasinya. Sebuah
studi di Ghana, menemukan bahwa semakin banyak pengetahuan seorang ayah,
semakin besar peran mereka dalam memutuskan untuk mengimunisasikan anak-anaknya.
Di Amerika Serikat, Baltimore’s Urban
Fatherhood Program mendorong laki-laki muda agar lebih bertanggung jawab
sebagai ayah dengan mempromosikan peran laki-laki yang positif. Anggota program
tersebut dimana banyak diantara mereka adalah remaja yang telah menjadi seorang
ayah, mendorong rekan-rekannya untuk menjadi seorang ayah yang baik melalui
kelompok-kelompok dukungan, konseling, dan kelas yang menyajikan materi
kete-rampilan hidup. Mereka juga mengajarkan tentang fertilitas, reproduksi,
siklus menstruasi, kehamilan, gizi bayi serta perawatannya. Di Newark, New
Jersey, program serupa juga mengajarkan ayah-ayah muda mengenai kontrasepsi
termasuk menggunakan kondom dengan benar.
Ayah, sebagai panutan, dapat membantu
kehidupan sosiali anak-anaknya. Secara khusus, seorang ayah dapat mengajarkan
anak laki-lakinya agar menghormati perempuan dan memperlakukan mereka sebagai
manusia yang setara, mendukung anak perempuannya untuk bersekolah dan berperan
aktif dalam keluarga. Dengan begitu, seorang ayah ikut mewujudkan status
perempuan yang setara dan menjadikan masa depan anak perempuannya lebih baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dimana
kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di
Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan
eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana
safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan
persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan
upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil,
bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.Program
itu terdiri dari empat pilar yaitu:
1.
Keluarga berencana,
2.
Pelayanan antenatal,
3.
Persalinan yang aman, dan
4.
Pelayanan obstetri
esensial.
3.2 Saran
Hendaknya
seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus mengacu pada evidence
based. Yaitu asuhan kebidanan yang berdasarkan bukti dan hasil penilitian.
Salah satunya adalah melakukan program safe motherhood yaitu upaya untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Diharapkan angka kematian ibu
setiap tahunya akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA
WHO,
UNICEF, UNFPA, The World Bank, Maternal Mortality in 2005 Estimates
developed by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank
Departemen
Kesehatan RI,Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal Dunia [1 screen] http: //www.depkes.go.id/index.php?option
=news&task= viewarticle&sid=448&Itemid=2, diakses pada 17 Desember
2007
Purnomo
W,prsentasi Safe motherhood (Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir),FKM Unair; 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar