KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT
atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “
Komunikasi Pada Anak ”. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana prinsip, strategi atau tehnik, serta hambatan dalam berkomunikasi
dengan anak.
Penulis telah berusaha dengan
segala kemampuan dan pengetahuan agar penyusunan makalah ini tersaji dengan
sebaik-baiknya, baik bentuk maupun isinya. Penulis menyadari bahwa keinginan
tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu Penulis didalam peyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mohon saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya.
Semoga penulisan karya tulis ini bermanfaat, Amin.
Bandar Lampung,
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagaimana dapat dilihat,kelangsungan hidup anak
membutuhkan kerja sama antar individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, kelurga,
komunitas ban system kesehatan untuk mengubah praktik – praktik mereka yang
berkaitan dengan kesehatan anak. agar memiliki dampak,maka praktik – praktik
ini perlu dilakukan dengan benar dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini
karena, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi kelebihan dan kekurangan.
Ia adalah sosok pribadi mandiri dengan warna potensi khas dari mereka sendiri.
Oleh sebab itu, dalam proses
berkomunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi dan hambatan
dalam berkomunikasi.
Dari uraian tersebut diatas
penulis membuat makalah dengan judul “Komunikasi pada anak “.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan
komunikasi pada anak?
1.2.2
Apakah prinsip komunikasi pada
anak?
1.2.3
Bagaimanakah strategi atau tehnik
dalam berkomunikasi pada anak?
1.2.4
Apa saja hambatan yang terjadi
pada saat berkomunikasi pada anak?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui pengertian tentang
komunikasi pada anak.
1.3.2
Mengetahui prinsip-prinsip
komunikasi dengan anak.
1.3.3
Mengetahui strategi dalam
berkomunikasi pada anak.
1.3.4
Mendapatkan informasi tentang
hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada anak.
BAB
II
KONSEP
DASAR
2.1
Definisi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau
penyampaian berita atau penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami.
(Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi
terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart
G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang
secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran
utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan
dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang
efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari
disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku,
periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini
saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain
sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi
komunikasi kesehatan.
2.2
Prinsip-prinsip komunikasi
pada anak
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan
khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan
anak maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua,
karena kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang
diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan
anak ketika mereka bermain untuk membuat
mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam
komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang
tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang
dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi
terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak
terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang,
bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi,
perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat
berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal
perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat
menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan
mengatakan bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat
mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu
dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan
bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini
memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat
gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan
gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai
komunikasi.
2.3
Strategi / tehnik
komunikasi pada anak.
Tehnik berkomunikasi dengan anak kecil sangat
bervariasi, bergantung pada umur dari anak tersebut.
1.
Bayi [0-1 tahun].
a.
Bayi umumnya berkomunikasi hanya secara non verbal [mis. Menangis]
karena bayi tidak dapat menggunakan kata-kata.
b.
Bayi merespon tingkahlaku non
verbal pemberian perawatan. Mereka akan tenang dengan kontak fisik yang dekat.
c.
Bayi akan mendapatkan kenyamanan
dari suara yang lembut meskipun kata-katanya tidak dimengerti
d.
Suara yng keras dan kasar akan
membuat bayi ketakutan .
e.
Bayi yang agak besar [6 bulan]
menahgalami kecemasan karena berpisah; karena itu orang tua harus mengawasi
ketika bayi di gendong oleh orang asing.
2.
Toddler [1-3 tahun] /anak-anaki
pra sekolah [3-5 tahun].
a.
Anak berkomunikasi secara verbal
maupun non verbal.
b.
Anak bersifat egosentris dan hanya
memahami hal-hal yanug berhubungan dengan dirinnya. Anak tidak dapat membedakan
fantasi dan kenyataan.
c.
Anak memahami anologi secara
literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan eksplorasi pada
lingkungan].
d.
Anak harus di izinkan menjelajahi
lingkungan.
e.
Anak memahami kalimat yang pemdek
dan sederhana, kata-kata yang dipahami dan penjelasan yang konkrit.
f.
Anak usia sekolah [5-12 tahun]
1)
Anak mencapai alas an dan
penjelasan atas segala sesuatu namun
tidak membutuhkan pengesahan.
2)
Anak tertarik dalam aspek
fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan terjadi, kenapa hal ini terjadi.
3)
Anak memperhatikan intergritas
tubuh.
4)
Anak harus diijinkan untuk
memanipulasi perlengkapan (missal; memegang palu perkusi)
5)
Anak memahami penjelasan sederhana
dan mendemonstrasikannya.
Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.
Tehnik dan alat untuk meningkatkan komunikasi.
1)
Papan komunikasi dengan kata - kata,
huruf/gambar yang menunjukan kebutuhan dasar (toilet, air)
2)
Kertas dan pensil untuk menunjukan
ekspresi dari kebutuhan / pikiran.
3)
Melibatkan keluarga dan teman
dalam pengiriman perawatan jiwa.
4)
Penggunaan sikap non verbal
seperti kedipan mata /gerakan jari untuk merespon.
5)
Menggunakan kata yang dapat
dipahami anak, menghindari terminology medis.
2.4
Hambatan komunikasi pada
anak.
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan
dalam proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:
a.
Keterbatasan dalam perkembangan bahasa,
konsep dan pengalaman.
b.
Keterbatasan dalam memahami konsep
abstrak.
c.
Kadangkala kurang atau tidak
tanggap dalam diajak bicara.
d.
Ucapan kata tidak jelas.
BAB
III
PROSES
KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian.
Hal yang dilakukan
adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak), pemeriksaan fisik
(penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah laku non
verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic. Dalam kasus
ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi observasi
suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan ketidak
mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi dapat
mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat mengisolasi
penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang mungkin.
3.2
Diagnosa Keperawatan.
Keberhasilan perawat
dalam mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan menjamin perumusan
diagnosa keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang berhubungan dengan
diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi sehingga
intervensi yang tepat dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga
harusdidefinisikan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya
perawat menganalisis secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan
mendiskusikan kebutuhan perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan
keluarga.
3.3
Intervensi.
Perawat merencanakan
asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien untuk menentukan metode
implementasi, komunikasi interpersonal yang memenuhi tujuan perawatan klien di
bawah ini:
1.
Mentransmisikan pesan yang jelas,
ringkas,dan dapat di pahami.
2.
Klien meningkatkan rasa percaya
kepada perawat sebagai pemberi perawatan.
3.
Perawat dank lien memberi dan
menerima respon.
Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di
polakan dan intervensispesifik di rencanakan.
3.4
Implementasi.
Perawat harus mencoba
untuk mengembangkan hubungan terabiotik yang membantu hal ini di harapkan, akan
merasa nyaman dalam melakukan interaksi meskipun terjadi perubahan selain itu
yang harus di lakukan adalah mendiskusikan dengan profesional kesehatan lainnya,
pengajaran kesehatan,penetapan dukungan terapeutik, kontak dengan sumber
kesehatan lainnya, mencTt perkembangan klien dalam rencana keperawatan dan
catatan perawat.
3.5
Evaluasi.
Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi
perawat terhadap interaksi kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan
berdasarkan penetapan keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi
atau intervensi telah efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena
intervensi. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi yaitu:
kemahiran untuk memberikan respon verbal dan non verbal, hasil tertulis tentang
akibat yang di harapkan, memperbaharui rencana tertulis, dan penjelasan revisi
kepada anak.
BAB
IV
PENUTUP
- Kesimpulan.
Komunikasi
kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi
praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di turunkan dari
berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan tehnik
umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi
metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses
berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi
/ tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam
komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada
umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atas:
a.
Bayi, (0-1)
b.
Toddler (1-3)
c.
Anak-anak pra sekolah (3-5)
d.
Anak usia sekolah (5-12)
- Saran.
1.
Dengan penulisan maklah ini
penulis mengharapkan agar pembaca dalam berkomunikasi dengan anak lebih efektif
karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan
anak, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi
dengan anak.
2.
Dalam penyusunan / penulisan suatu
karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan banyak literature walaupun nantinya
tidak menutup kemungkinan dapat memperbesar dalam kesulitan penyusunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas
Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar