KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada kesulitan
apapun.
Adapun maksud dan tujuan penulisan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah dimana makalah ini
membahas tentang “Penyakit Maslah Gizi Pada Obesitas”.
Untuk kesempatan ini kami menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini dimana kami tidak dapat menyebutkannya satu-satu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunannya atau materi didalamnya. Kritik
dan saran dari para pembaca sangatlah kita harapkan untuk penyempurnaan makalah
kami berikutnya.
Bandar
Lampung, Maret 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecenderungan masalah gizi
lebih di masyarakat disebabkan oleh meningkatnya modernisasi di berbagai
bidang. Hal ini diperparah dengan menjamurnya berbagai macam restoran fast food
dari negara maju yang masuk ke negara berkembang. Ini menyebabkan obesitas
tidak hanya menyerang kalangan ekonomi atas tetapi juga ekonomi bawah.
Berdasarkan Susenas 1999, prevalensi gizi lebih pada balita di Indonesia
diperkirakan sekitar 5.3 % di kota dan 4.27% di desa.
Masalah gizi lebih tidak hanya
menyebabkan kegemukan dan obesitas tetapi juga memicu penyakit lain misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan lain-lain. Komplikasi antara
obesitas dengan penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian.
Obesitas atau
kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada
kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB) jauh
melebihi berat yang diinginkan.
Terkadang kita sering dibuat bingung
dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua istilah tersebut
mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi
penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal
dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan)
adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal.
Obesitas kini mulai diterima sebagai
salah satu masalah kesehatan serius di negara-negara berkembang Hal ini
terutama karena orang obese cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi,
stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan
oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis terutama untuk Body
Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit pertentangan terhadap sejauh apa peranan
obesitas, apakah menjadi penyebab utama bagi timbulnya penyakit-penyakit
tenrtentu, atau semata-mata hanya sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa
orang bersangkutan mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang
bersangkutan. Pandangan mengenai obesitas sebagai sesuatu yang tidak
berbahaya, walau bagaimanapun, sudah tidak dapat diterima lagi,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat
badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.Yang umumnya ditimbun dalam jaringan supkutan (bawah
kulit) sekitar organ tubuh yang kadang terjadi peluasan kedalam jaringan
organnya, dari segi ilmu gizi obesitas, penimbun trigliseida yang berlebihan di
jaringan-jaringan tubuh.
Setiap orang memerlukan
sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap
guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih
banyak dibandingkan pria Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan
berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita
dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dianggap mengalami obesitas.
B. Gejala Obesitas
Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu. Sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai
masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis
(terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
C. Kriteria dan Klasifikasi Obesitas
1. Antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) /Body Mass Index (BMI)
IMT= BB (kg)
T2 (m)
KET : membagi berat badan (kg) dengan
tinggi badan dikuadratkan (m2)
2. Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh
Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran
lingkar lengan atas (LLA), pengukuran lingkar panggul / pinggang, dan melihat
ciri fisik bentuk tubuh.
D. Jenis-Jenis Obesitas
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat
lebih dari 120% dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan.
Ada 3 derajat obesitas yaitu:
a. Ringan 120% - 140% BBI
b. Sedang 141% - 200% BBI
c. Berat/Abnormal >200% BBI
E. Faktor Obesitas
Faktor yang mempengaruhi Obesitas:
1. Aktifitas Fisik
Aktifitas
fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran yang sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta memanfaatkan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik
secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30 menit/hari
2. Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama zat
gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihanantara lain :
a. Karbohidrat
Karbohidrat
memang merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi
utama bagi manusia dan hewan yang harganya relative murah. Semua karbohidrat
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah Sumber energi
pemberi rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak,
membantu pengeluaran feces (altemaster, 2003).
b. Protein
Protein adalah
molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein terdiri atas
rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan
peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
c. Lemak
Lemak
merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi, lemak
juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu pengeluaran
sisa-sisa pencernaan dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital.
Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi
per hari
Faktor-faktor
lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
a. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit
untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik
b. Faktor lingkungan
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan
dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu
saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan
dan aktivitasnya.
c. Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
F. Mekanisme Regulasi Keseimbangan Energi
dan Berat Badan
Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa
lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi
hormon yang terlibat dalam pengaturan penyimpanan energi, melalui sinyal-sinyal
efferent yang berpusat di hipotalamus setelah mendapatkan sinyal afferent dari
perifer terutama dari jaringan adipose tetapi juga dari usus dan jaringan otot.
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan asupan makanan,
menurunkan pengeluaran energi) dan katabolik (anoreksia, meningkatkan
pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan
sinyal panjang.
Sinyal pendek
(situasional) yang mempengaruhi porsi makan dan waktu makan serta berhubungan
dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yaitu
kolesistokinin (CCK) yang mempunyai peranan paling penting dalam menurunkan
porsi makan dibanding glukagon, bombesin dan somatostatin. Sinyal panjang yang
diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Didalam system ini leptin
memegang peran utama sebagai pengendali berat badan. Sumber utama leptin adalah
jaringan adiposa, yang disekresi langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian
menembus sawar darah otak menuju ke hipotalamus. Apabila asupan energi melebihi
dari yang dibutuhkan maka massa jaringan adiposa meningkat, disertai
dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar
menurunkan produksi NPY, sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan asupan
makanan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan
energi, maka massa jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan
pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan
peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. Pada sebagian besar orang obesitas,
mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar leptin didalam darah tinggi dan
disebut sebagai resistensi leptin.
Beberapa
neurotransmiter, yaitu norepineprin, dopamin, asetilkolin dan serotonin
berperan juga dalam regulasi keseimbangan energi, demikian juga dengan beberapa
neuropeptide dan hormon perifer yang juga mempengaruhi asupan makanan dan berperan
didalam pengendalian kebiasaan makan. Neuropeptide-neuropeptide ini meliputi
neuropeptide Y (NPY), melanin-concentrating hormone, corticotropin-releasing
hormone(CRH), bombesin dan somatostatin. NPY dan CRH terdapat di nukleus
paraventrikuler (PVN) yang terletak di bagian dorsal dan rostral ventromedial
hypothalamic (VMH), sehingga lesi pada daerah ini akan
mempengaruhi kebiasaan makan dan keseimbangan energi. NPY merupakan
neuropeptida perangsang nafsu makan dan diduga berperan didalam respon fisiologi
terhadap starvasi dan obesitas.
Nukleus
VMH merupakan satiety center / anorexigenic center . Stimulasi
pada nukleus VMH akan menghambat asupan makanan dan kerusakan nukleus ini akan
menyebabkan makan yang berlebihan (hiperfagia) dan obesitas. Sedang nukleus
area lateral hipotalamus (LHA) merupakan feeding center / orexigenic
center dan memberikan pengaruh yang berlawanan.
Leptin dan
insulin yang bekerja pada nukleus arcuatus (ARC), merangsang neuron
proopimelanocortin / cocain and amphetamine-regulated transcript (POMC/ CART)
dan menimbulkan efek katabolik (menghambat nafsu makan, meningkatkan
pengeluaran energi) dan pada saat yang sama menghambat neuron NPY/AGRP (agouti
related peptide) dan menimbulkan efek anabolik (merangsang nafsu makan,
menurunkan pengeluaran energi). Pelepasan neuropeptida-neuropeptida NPY/AGRP
dan POMC/CART oleh neuron-neuron tersebut kedalam nukleus PVN dan LHA, yang
selanjutnya akan memediasi efek insulin dan leptin dengan cara mengatur respon
neuron-neuron dalam nukleus traktus solitarius (NTS) di otak belakang
terhadap sinyal rasa kenyang (oleh kolesistokinin dan distensi lambung) yang
timbul setelah makan. Sinyal rasa kenyang ini menuju NTS terutama melalui
nervus vagus. Jalur descending anabolik dan katabolik diduga
mempengaruhi respon neuron di NTS yang mengatur penghentian makan. Jalur
katabolik meningkatkan dan jalur anabolik menurunkan efek sinyal kenyang jalur
pendek, sehingga menyebabkan penyesuaian porsi makan yang mempunyai efek
jangka panjang pada perubahan asupan makan dan berat badan.
G. Komplikasi
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi
merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya
bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah
penyakit menahun seperti:
10. Tidur apneu (kegagalan
untuk bernapas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya
kadar oksigen dalam darah)
H. Diagnosis
Menentukan diagnosis obesitas tidak selalu mudah, karena
tidak ada garis pembatas yang jelas antara gizi baik dan gizi lebih. Diagnosis
didasarkan atas gejala klinis dan hasil pemeriksaan antropometrik, yang
mencakup pengukuran BB,TB, lingkaran lengan atas, serta tebal lipatan kulit dan
subkutan lengan atas kanan bagian belakang tengah, sebelah atas otot triseps.
Diagnosis ditegakkan bila ditemkan gejala klinis obesitas, disertai dengan
adanya data antropometrik untuk perbandingan BB dan TB, lingkaran lengan atas
dan tebalnya lapisan kulit, paling sedikit 10% di atas nilai normal.
(sumber: markum, A.H, et all.2002. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas adalah kelebihan berat badan
sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. kegemukan adalah
dampak dari konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan
tersebut dapat disimpan didalam tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari
waktu ke waktu badan akan bertambah berat disamping faktor kelebihan konsumsi
energi, faktor keturunan juga mempunyai andil dalam kegemukan
B. Saran
Untuk mencegah penyakit ini, maka perlu diseimbangkan antara
kelebihan dan keluaran kalori yang digunakan oleh tubuh.
Untuk para pembaca agar selalu menjaga keseimbangan tubuh sesuai dengan
lingkungan dan aktifitasnya sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar