KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada kesulitan
apapun.
Adapun maksud dan tujuan penulisan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita dimana makalah ini membahas tentang “Ruang
Lingkup Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak ”.
Untuk
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini dimana
kami tidak dapat menyebutkannya satu-satu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunannya atau materi didalamnya. Kritik
dan saran dari para pembaca sangatlah kita harapkan untuk penyempurnaan makalah
kami berikutnya.
Bandar
Lampung, Maret 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan. Jadi, Asuhan kebidanan pada neonatus,bayi dan balita adalah perawatan
yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir,bayi dan balita. Neonatus bayi
dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonates, bayi dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang
tepat dan benar.
Ruang lingkup Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita meliputi tujuh aspek yaitu Asuhan pada Bayi Baru Lahir Normal, Bayi Baru
Lahir Bermasalah, Kelainan- kelainan pada Bayi Baru Lahir, Trauma pada Bayi
Baru Lahir, Neonatus, Bayi dan Balita dengan Penyakit yang Lazim Terjadi,
Neonatus Beresiko Tinggi, dan Kegawatdaruratan. Sebagai seorang Bidan kita
harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal
maupun yang mengalami kelainan (masalah).
Dalam makalah ini akan di bahas mengenai
masalah yang lazim Terjadi pada bayi baru lahir,Neonatus Beresiko Tinggi dan
Kegawatdaruratan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui tentang macam-macam penyakit yang lazim terjadi pada bayi baru
lahir, neonatus yang beresiko tinggi dan kegawatdaruratan, mulai
dari pengertian, penyeban dan penatalaksanaannya. Dengan pembuatan makalah ini
diharapkan para mahasiswa DIII Kebidanan dapat mengerti dan mampu
menangani masalah-masalah tersebut bila kelak terjun ke lapangan.
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui kondisi-kondisi neonatus beresiko tinggi
2. Dapat mengetahui tehnik-tehnik dalam menghadapi kegawat daruratan
3. Dapat mengetahui penyakit yang lazim terjadi pada neonatus, bayi dan anak
balita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Neonatus Beresiko Tinggi
Berikut adalah
kondisi-kondisi yang menjadikan neonates beresiko tinggi :
1. Asfiksia Neonatorum
a) Defenisi
Suatu keadaan
bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan
zat asam arang dari tubuhnya.
b) Pembagian serta tanda dan gejala
1) Asfiksia berat,bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan
dan reusitasi aktif dengan segera,tanda dan gejala
a. Frekuensi jantung kecil yaitu < 40 kali permenit
b. Tidak ada usaha nafas
c. Tonus ototo lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2) Asfiksia sedang,tanda dan gejala yang muncul
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
b. Usaha napas lambat
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
d. Bayi masih bisa bereaksi
e. Bayi tampak sianosis
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermaknaselama proses persalinan
3) Asfiksia ringan,tanda dan gejala yang sering muncul
a. Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali permenit
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernafasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktivis
c) Penbagian penyebab kegagaln pernapasan
1) Pada janin, kegagalan bernafas disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut
2) Gangguan sirkulasidari ibu kejanin.diantaranya disebabkan oleh hal berikut
3) Gangguan aliran pada tali pusat,hal ini berhubungan dengan adanya lilitan
tali pusa, simpul pada tali pusat, tekanna yang kuat pada tali pusat, ketuban
yang telah pecah yang menyebabakan tali isat menumbung dan kehamilan lebih
bulan
4) Adanya pengaruh obat
5) Faktor dari ibu selama kehamilan
6) Gangguan his, misalnya karena atenia uteri yang dapat menyebabkan hipertoni
7) Adanya pendarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta yang dapat
menyebabkan turunnya tekanna darah secara mendadak
8) Vasokonstraksi arterial pada kasus hiprtensikehamilan dan preeklampsia dan
eklampsia
9) Kasus solusio plasentayang dapat menyebabkan pertukaran gas
10) Menurut towel asfiksia oleh beberapa faktor, yakni faktor ibu, plasenta,
fteus, dan neonatus
11) Ibu,pabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga kan mengalami hipoksia
yang dapat berkelanjtan menjadi asfiksia dan komplikasi lain
12) Plasenta, pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luasdan
kondisi plasenta.misalnya soluso plasenta, pendrahan plasenta, dll
13) Fetus, kompresi umblikus dan dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umblikus dan menghambat pertukaran gas anatara ibu dan
janin
14) Neonatus, depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dpat terjadi karena
beberapa hal.
15) Pemakaian anastesi yang berlebihan pada ibu
16) Trauma yang terjadi selama persalinan
17) Kelainan konginetal pada bayi
d) Penatalaksanaan
Bersihkan jalan nafas denga pengisap
lendir dan kasa steril,potong tali pusat dengan tehnik seftik dan
antiseptik,segera keringkan tubuh bayi dengan handukyang bersih dan
hangat,nilai status pernapasan.
2. Perdarahan Tali Pusat
a) Defenisi
Perdarahan yang
terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma pengikatan tali pusat yang
kurang baik atau kegagalan proses pembentukan thrombus normal. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bias sebagai petunjuk adanya penyakit pada
bayi.
b) Etiologi
1. Robekan umbilikus normal
2. Adanya traumaatau liltan tali pusat
3. Kelalaian penolong persalianan
4. Rob ekan umblikus abnormal
5. Adanya hematoma pada umblikus
6. Vaises juga dapat menyebabkan pendarahan
7. Aneurismepembuluh darah pada umblikus
8. Robekan pembuluh darah abnormal
9. Pendarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta
c) Penatalaksanaan
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebabperdarahan tali pusat yang terjadi
2. Penanganan awal,harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat
3. Segera lakukan informed cosent
3. Kejang Neonatus
Kejang
neonates bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala penting akan
adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf
pusat. Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak,
sedangkan sebab sekunder adalah gangguan metabolic atau penyakit lain seperti
penyakit infeksi.
Di Negara berkembang, kejang pada
neonatus sering disebabkan oleh trauma
neonatorum,sepsis,meningitis,ensefalitis,perdarahan otak,dan cacat bawaan.penyebab kejang pada neonatus,baik
primer maupun sekunder umumnya berkaitan erat dengan kondisi bayi didalam
kandungan dan saat proses persalinan serta masa-msa bayi baru
lahir.kejang pada bayi baru lahir kurang bisa dikenal karena bentuknya berbeda
dengan kejangpada orang dewasa atau anak.beberapa hal yang mungkin merupakan
faktor penyebab kejang adalah sebagai berikut
a. Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
b. Kelainan metabolisme seperti hipoglikemis,hipokalesmia, hipomagnesemia
B. Kegawatdaruratan
1. Prinsip dasar kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan
dapat terjadi dengan tiba-tiba, dimana saja, dan kapan saja. Sebagai contoh
kondisi bayi yang tiba-tiba menjadi lemas, tidak bernapas, menangis melengking,
suhunya berubah menjadi panas atau dingin, tidak mau minum, mulut mencucu,
kejang, terjatuh atau terluka, tersedak dan lain-lain.
2. Menghindari kegawatan
Sebagian besar
kegawatan bisa dihindari dengan cara :
a. Memberikan profilaksis/perencanaan yang saksama
b. Mengikuti petunjuk-petunjuk klinis
c. Memantau kegawatan dengan seksama
3. Reaksi terhadap kegawatan
a. Perlu tata laksana secara benar dan efektif sampai
rujukan
b. Beri reaksi yang positif dan efektif
c. Beri pelatihan-pelatihan/pesan kepada orang tua atau
keluarga
d. Perlu diinformasikan pada keluarga mengenai sebab,
akibat, penanganan yang akan dilakukan, kegunaan obat, cara pemberian, dan efek
samping
e. Peralatan gawatdarurat.
4. Penanganan awal
a. Tetap tenang
b. Berpikir secara logis
c. Pusatkan perhatian pada kebutuhan bayi
d. Jangan tinggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga
e. Ambillah tanggung jawab, hindari kebingungan dengan
menugaskan seseorang sebagai penanggung jawab
f. Segera cari pertolongan! Salah atu penolong mencari
pertolongan atau bantuan orang lain untuk mengambilkan alat atau obat atau O2
g. Jika bayi tak bernapas segera kaji ABC(airway,breathing,circulation)
lalu jika ditemukan kejang, maka segera cari tahu penyebabnya.
h. Jika terjadi syok, segera lakukan penatalaksanaan syok
i.
Posisikan anak
sesuai dengan kebutuhannya
j.
Bicaralah
dengan keluarga dan bantu agar keluarga tetap tenang
k. Tanyakan apa yang terjadi (kronologis kejadian dan
riwayat penyakit)
l.
Lakukan
pemeriksaan secara cepat lalu segera lakukan penatalaksanaan kegawatan.
C. Neonatus,Bayi dan Balita dengan Penyakit yang
Lazim Terjadi
1. Bercak Mongol
a) Defenisi
Bercak Mongol
adalah bercak datar normal yang berwarna biru-kehitaman yang biasanya terlihat
di bagian punggung, bokong walaupun biasanya terlihat pada bagian tubuh lain.
Warna khas dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang
mengandung melanin pada dermis. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak
yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, terkadang juga terjadi pada
anak-anak dengan orang tua Mediteranian. Bercak ini secara bertahap akan lenyap
dengan sendirinya dalam hitungan bulan atau tahun.
b) Etilogi
Bercak mongol
adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol ditimbulkan oleh
adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama
proses migrasi dari Krista neuralis ke epidermis
Bercak ini
akan hilang dengan sendirinyapada tahun pertama dan kedua kehidupannya. Bidan
harus dapat memberikan konseling pada orang tua bahwa bercak mongol tersebut
wajar dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan, sehingga orang tua tidak perlu
khawatir terhadap keadaan bayinya.
c) Tanda dan Gejala
Tanda lahir ini
biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman. Terkadang
bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian punggung
bawah dan bokong, tetapi sering juga di temukan pada kaki, punggung, pinggang,
dan pundak. Bercak mongol juga memiliki ukuran yang bervariasi, dari sebesar
peniti sampai berdiameter enam inchi. Seorang anak dapat memiliki satu atau
beberapa bercak mongol. Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai :
1. Luka seperti pewarnaan
2. Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
3. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
4. Bercak yang akan menghilang dalam hitungan bulan atau
tahun
5. Tidak ada komplikasi yang di timbulkan
d) Penatalaksanaan
Bercak mongol
biasa menghilang di tahun pertama, atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Namun, bercak mongol multiple yang tersebar luas,
terutama pada tempat-tempat biasa, cenderung tidak akan menghilang dan akan
menetap hingga dewasa. Sumber lain mengatakan bahwa bercak mongol ini mulai
pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun.
Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan oleh seorang bidan dalam hal ini adalah memberikan
konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan tentang apa yang dimaksud
dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam
hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan
khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.
2. Hemangioma
a) Defenisi
Hemangioma
diambil dari bahasa latin Haema yang berarti darah, Angeio berarti
pembuluh dan Oma yang berarti pelebaran atau benjolan yang bersifat jinak. Jadi
hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskular jinak yang
disebabkan oleh poliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang
tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Pada saat
kemunculannya terlihat benjolan berwarna merah seperti tanda lahir dengan
diameter 1-4cm,biasanya akan kelihatan setelah 1 minggu sampai 4 minggu setelah
lahir, bahkan terkadang 1 sampai 2 bulan setelah lahir. Hemangioma bukanlah
suatu penyakit yang ganas karena umumnya dapat hilang dengan sendirinya.
b) Pembagian
1) Nevus flammeus
Daerah kapiler
yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah, berwarna merah
ungu, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
2) Nevus Vaskulosus
Kapiler yang
baru terbentuk dan membesar pada kulit yang tumbuh beberapa bulan setelah lahir
kemudian mengerut dan menghilang dengan sendirinya.
3) Penatalaksanaan
Berikan
konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada
bayi baru lahir, sehingga orang tua tidak perlu khawatir dalam menghadapi
kejadian ini.
3. Ikterus
a) Defenisi
Ikterus adalah
perubahan warna kulit atau sclera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning
karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi baru lahir
dapat terjadi pada 25%-50% bayi baru lahir cukup bulan, dan terjadi
pada 24 jam pertama. Yang sangat berbahaya dari Ikterus ialah keadaan yang
disebut “Kernikterus” yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak, gejalanya antara lain mata yang berputar, kesadaran menurun,
tak mau minum atau menghisap, kejang, tuli. Cara melihat Ikterus pada bayi baru
lahir agak sulit apa lagi dengan cahaya buatan, sebaiknya pengamatan dilakukan
di bawah sinar matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang akan diamati,
jika warna kulit tetap kuning kemungkinan bayi mengalami Ikterus dan kadar
bilirubinnya tinggi. Jika terjadi demikian maka bayi harus dibawah ke RS untuk
menjalani terapi pemberian Albumin,fototerapi(terapi sinar), atau transfusi
tukar pada kasus yang berat.
b) Pembagian
1) Fisiologis
Ikterus fisiologis
adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir. Ikterus fisiologis
memiliki tanda-tanda berikut :
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir
b. Kadar birlirubin indirect tidak lebih
dari 10 mg% pada neonates cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5
mg% per hari.
d. Kadar bilirubin direct tidak lebih dari
1 mg%
e. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologi
2) Patologis
Ikterus
patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis
memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin > 10 mg% pada neonates cukup bulan
atau > 12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
c. Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
c) Etiologi
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya ikterus :
1. Prahepatik (ikterus hemolitik).
Ikterus ini
disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel
darah merah (ikterus hemolitik), penyebabnya antara lain : infeksi, kelainan
sel darah merah, toksin dari luar maupun dari dalam tubuh.
2. Pascahepatik (obstruktif)
Adanya
obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin konjugasi akan
kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk kedalam aliran darah, sebagian masuk
dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sebagian lainnya tertimbun dalam
tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal.
Obstruksi empedu ini menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan
berkurang, sehingga feses akan berwarna keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
3. Hepatoseluler (ikterus hepatic)
Konjugasi
bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka
secara otomatis akan menggangu proses konjugasi bilirubin sehingga
bilirubbin direct meningkat dalam aliran darah.
d) Gambaran Klinis
Gambaran
klinis yang paling nyata terlihat pada perubahan warna kulit dan sclera yang
menjadai kuning.
e) Penatalaksanaan
1) Ikterus fisiologis.
a. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal.
b. Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti :
1) Memandikan
2) Melakukan perawatan tali pusat
3) Membersihkan jalan napas
4) Jemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30
menit.
c. Ajarkan ibu cara :
1) Memandikan bayi
2) Melakukan perawatan tali pusat
3) Menjaga agar bayi tidak hipotermi
4) Menjemur bayi
d. Jelaskan pentingnya hal-hal seperti :
1) Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
2) Menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi dengan kondisi
telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi telentang, dan 15 menit
sisanya dalam posisi tengkurap
3) Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu
4) Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera
mungkin
5) Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu.
e. Apabila tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses
berwarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera
membaya bayinya ke puskesmas.
f. Anjurkan ibu untuk control setelah 2 hari.
f) Komplikasi
Kern ikterus
(ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya
bilirubin indirect pada otak. Kern ikterus
ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup
bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala
kerusakan otak berupa mata berputar,letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus
otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti
dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental di kemudian hari
4. Muntah
a) Defenisi
Muntah adalah
keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung setelah makanan masuk lambung
agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen.
b) Etiologi
Muntah dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti berikut ini ;
a. Kelainan congenital.
Pada saluran
pencernaan , iritasi lambung, atresia esophagus, hirscprung, tekanan
intracranial yang tinggi.
b. Infeksi pada saluran pencernaan
c. Cara pemberian makan yang salah
d. Keracunan
c) Komplikasi
Komplikasi
terjadinya muntah adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi
b. Ketosis karena tidak makan dan minum
c. Asidosis yang disebabkan adanya ketosis yang dapat
berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai kejang
d. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture
esophagus, aspirasi.
d) Patofisiologi
Muntah terjadi
ketika anak/bayi menyemprotkan isi lambungnya keluar, terjadi pada
minggu-minggu pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung
dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medulla
oblongata.
e) Sifat muntah
a. Keluar cairan terus menerus
b. Muntah proyektil, disebabkan oleh stenosis pylorus
c. Muntah hijau kekuningan akibat obstruksi ampula vateri
d. Muntah segera setelah lahir dan menetap, karena adanya
obstruksi usus atau peninggian tekanan intracranial.
f) Penatalaksanaan
a. Kaji factor penyebab dan sifat muntah
b. Berikan pengobatan berdasarkan penyebab
c. Ciptakan suasana tenang
d. Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
e. Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
f. Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis
g. Rujuk segera
5. Gumoh
a) Defenisi
Gumoh adalah
keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah
makanan di cerna dalam lambung. Biasanya disebabkan karena bayi menelan udara
pada saat menyusu. Muntah susu adalah hal yang agak umum terutama pada bayi
yang mendapat ASI. Gumoh tidak akan meyebabkan perubahan berat badan secara
signifikan.
b) Etiologi
Penyebab
terjadinya gumoh adalah :
1. Bayi sudah merasa kenyang
2. Posisi salah saat menyusui
3. Posisi botol yang salah
4. Tergesa-gesa saat pemberian susu
5. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
c) Patofisiologi
Pada keadaan
gumoh, biasanya lambung sudah terisi penuh sehingga terkadang gumoh bercampur
dengan air liur yang mengalir kembali keatas dan keluar melalui mulut pada
sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena katub diujung lambung tak
bias bekerja dengan baik. Otot tersebut harusnya mendorong isi lambung kebawah.
Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya.
d) Penatalaksanaan
1. Perbaiki teknik menyusui
2. Perhatikan posisi botol pada saat pemberian susu
3. Sendawakan bayi setelah disusui
4. Lakukan teknik menyusui yang benar
6. Oral trush
a) Defenisi
Oral trush adalah
terjadinya infeksi jamur Candidiasis pada membrane mukosa mulut bayi yang
ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan membentuk plak-plak berkeping
di mulut, ulkus dangkal, demam, dan adanya iritasi gastrointestinal.
b) Etiologi
Oral trush terjadi karena
infeksi jamur Candida Albicans yang merupakan organism
penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina, dan saluran cerna.
c) Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala ialah : Lesi di sekitar mulut dan lidah berwarna putih berbentuk plak
seperti bekas susu yang susah dihilangkan, suhu badan meninggi hingga 40⁰C, mengeluarkan air liur lebih dari biasa,
rewel, tak mau makan atau minum susu, gelisah.
d) Penatalaksanaan
Oral trush umumnya sembuh
dengan sendirinya, namun dapat juga ditangani dengan cara sebagai berikut :
a. Bedakan oral trush dengan bekas
susu dimulut
b. Bila infeksi berasal dari ibu, segera obati ibu
c. Jaga kebersihan mulut
d. Bersihkan botol susu dengan cara yang steril
e. Berikan terapi pada bayi :
1) 1 ml larutan Nystatin 100.000 unit diberikan 4 kali
sehari dengan interval setiap 6 jam
2) Gentian violet 3 kali sehari
7. Diaper rash (Ruam Popok)
a) Defenisi
Diaper rash atau
sering disebut Ruam popok ialah kemerahan pada kulit bayi yang terjadi di
bagian pantat atau pinggang bayi akibat kontak terus menerus denagn lingkungan
yang tidak baik.
b) Etiologi
1) Tidak terjaganya kebersihan kulit pada pakaian bayi.
2) Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK.
3) Terlalu panas atau lembabnya udara/suhu lingkungan.
4) Tingginya frekuensi BAB (diare).
5) Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic dan
detergen.
c) Tanda dan Gejala
1) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan allergen,
sehingga muncul eritema
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, sepeerti bokong,
alat genital, perut bawah, atau paha atas.
3) Dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula, dan ulserasi
d) Penatalaksanaan
1) Daerah ruam, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan
terbuka dan tetap kering.
2) Bersihkan kulit yang iritasi dengan kapas halus yang
mengandung minyak.
3) Bersihkan dan keringkan bayi segera setelah BAK atau BAB.
4) Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit.
5) Berikan makanan tinggi kalori dan protein.
6) Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh.
7) Jaga kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.
8) Rendam pakaian yang terkena urine kedalam air yang
dicampur acidum borium.
8. Sebhorea
a) Defenisi
Sebhorea juga
biasa disebut ketombe pada bayi adalah peradangan pada kulit bagian atas yang
menyebabkan timbulnya sisik padakulit kepala, wajah dan bagian tubuh lainnya.
b) Etiologi
Penyebabnya
belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan beberapa
factor penyebab seborrhea yaitu :
1) Faktor keturunan
2) Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori
3) Asupan minuman beralkohol
4) Adanya gangguan emosi.
c) Penatalaksanaan
Dapat
ditangani dengan obat-obat topical, seperti sampo yang tidak berbusa dan krim
selenium sulfide/Hg-presipitatus albus 2%.
9. Furunkel
a) Defenisi
Furunkel (boil
atau bisul) adalah peradangan pada folikel rambut, kulit, dan jaringan
sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan, dan
tungkai. Furunkel yang terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut
sebagai furunkulosis.
b) Etiologi
Furunkel
disebabkan oleh :
1) Iritasi pada kulit.
2) Kebersihan kulit yang kurang terjaga.
3) Daya tahan tubuh yang rendah.
4) Infeksi oleh Staphylococcus Aureus.
c) Patofisiologi
Infeksi
dimulai dari peradangan pada folikel rambut di kulit(folikullitis) yang
menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus atau nanah yang dekat sekali
dengan kulit disebut pustule. Pustula ini menyebabkan kulit diatasnya sangat
tipis, sehingga pus didalamnya dapat dengan mudah mengalir keluar. Sementara
itu, bisulnya (furunkel) sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam.
d) Tanda dan Gejala
Gejala yang
sering muncul adalah :
1) Nyeri pada daerah ruam.
2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang
berbentuk kerucut dan memiliki pustule.
3) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan
jaringan nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui lobus
minorus resistensiae.
4) Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan
sebagian dapat menghilang dengan sendirinya.
e) Penatalaksanaan
Asuhan yang
biasanya diberikan adalah sebagai berikut :
1) Jaga kebersihan daerah yangb mengalami furunkel.
2) Berikan obat topical dan kompres hangat untuk mengurangi
nyeri dan melunakkan nodul.
3) Jangan memijat furunkel.
4) Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, bawa ke
dokter untuk di insisi.
5) Jika memungkinkan untuk membuka furunkel,maka lakukanlah
dengan cara berikut ini ;
a. Berikan informed consent
b. Minta seseorang untuk memegangi anak.
c. Gunakan pisau bedah steril, insisi, kemudian masukkan
penjepit dalam luka dan bukalah penjepitnya untuk membuka jalan keluar bagi
pus.
d. Berikan analgesic
e. Tutup luka dengan kasa kering.
f. Bersihkan alat-alat
g. Ingatkan keluarga untuk mengganti perban secara periodik.
6) Terapi antibiotik dan antiseptik diberikan berdasarkan
luas dan beratnya penyakit. Misalnya Achromycin 250 mg 3 atau 4 kali per hari.
7) Bila terjadi secara menetap dan periodik, perhatikan
adanya factor diabetes mellitus.
10. Milliariasis
a) Defenisi
Milliariasis
disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet,
atau prickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh
retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
b) Etiologi
Penyebab
Milliariasis adalah udara panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri.
c) Patofisiologi
Diawali dengan
tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran ketingat
tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan
udema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh
stratum korneum. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan menghilang dengan
sendirinya 3-4 minggu kemudian.
d) Pembagian serta Tanda dan Gejala
Ada dua tipe
Milliaris yaitu :
1. Milliaris Kristalina.
Timbul pada pasien
yang mengalami peningkatan jumlah keringat. Lesinya berupa vesikel yang sangat
superficial, bentuknya kecil berupa titik embun berukuran 1-2 mm. Vesikel mudah
pecah akibat trauma ringan seperti gesekan. Vesikel yang pecah berwarna jernih
dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Dapat
sembuh dengan sendirinya.
2. Milliaria Rubra
Berupa papula
vesikel dan eritema disekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis. Biasanya
disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering
diikuti infeksi sekunder dan dapat juga terjadi impetigo dan furunkel.
e) Penatalaksanaan
Asuhan yang
diberikan umumnya sebagai berikut :
1) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
2) Jaga kebersihan tubuh bayi
3) Usahakan untuk menciptakan suasana yang sejuk dan kering
4) Gunakan pakaian menyerap keringat dan tidak tipis.
5) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
6) Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2%
dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
11. Diare
a) Defenisi
Diare adalah
ppengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bayi dinyatakan diare bila sudah
> 3 kali BAB, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah > 4 kali BAB.
b) Etiologi
Diare dapat
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Infeksi
a. Infeksi Enteral
Infeksi yang
terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare.
Infeksi enteral meliputi :
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Aeromonas,
Dll.
2) Infeksi virus : Enterovirus, seperti virus ECHO,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, dll.
3) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris,
Oxyrus,dll), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan Trichomonas
hominis), serta jamur (Candida albycans).
b. Infeksi Parenteral
Yaitu infeksi
dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, misalnya Otitis Media Akut (OMA),
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, encephalitis, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi.
a. Karbohidrat : intoleransi laktosa
b. Lemak
c. Protein
3. Makanan : makanan basi, beracun
4. Psikologis : rasa takut atau cemas.
c) Patogenesis
Mekanisme
dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Osmotik.
Akibat adanya
makanana atau zat yang tidak diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi.
Akibat
rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan kedalam rongga usus,
sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah
diare.
3. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang
masuk, sehingga akan timbul diare.
d) Patogenesis Diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut akan berkembang biak di dalam usus
halus
3. Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin( toksin
diaregenik)
4. Toksin ini akan menyebabkan hipersekresi dan selanjutnya
akan menyebabkan diare.
e) Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala anak yang mengalami diare :
1. Cengeng, rewel.
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
4. Nafsu makan menurun
5. Feses cair dan berlendir, kadang disertai darah
6. Anus lecet
7. Dehidrasi
8. Berat badan menurun
9. Turgor kulit menurun
10. Mata dan ubun-ubun cekung
11. Selaput lender serta kulit menjadi kering.
f) Komplikasi
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit
a. Dehidrasi ringan, Kehilangan cairan < 5% BB.
b. Dehidrasi sedang, kehilangan cairan 5-10% BB.
c. Dehidrasi berat, kehilangan cairan > 10-15% BB.
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan
apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia.
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder karena kerusakan vili mukosa
usus.
6. Kejang
7. Malnutrisi energy protein
g) Penatalaksanaan
Prinsip
perawatan diare adalah sebagai berikut :
1. Pemberian cairan
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari
sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan
ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
b. Sesuaikan dengan umur anak :
1) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
2) 2-6 tahun diberikan 1 gelas
3) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
c. Bila dehidrasi ringan, berikan cairan 25-100 ml/kg/BB
dalam sehari setiap 2 jam
d. Berikan Oralit sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat.
4. Teruskan pemberian ASIkarena bias membantu meningkatkan
daya tahan tubuh anak.
12. Obstipasi
a)
Defenisi
Obstipasi
adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna. Atau tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau
lebih.
b)
Etiologi
Obstipasi pada
anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Kebiasaan makan
b. Hipotiroidisme
c. Keadaan- keadaan mental
d. Penyakit organic
e. Kelainan congenital
f. Penyakit lain
c)
Tanda dan
Gejala
1. Pada neonates jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36
jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2. Sakit dan kejang pada perut.
3. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara
dan mekonium yang menyemprot.
4. Feses besar dan tidak bias digerakkan dalam rectum.
5. Bising usus yang janggal.
6. Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala.
7. Teerdapat luka pada anus.
d) Penatalaksannaan
1. Mencari penyebab onstipasi
2. Menegakkan kembali kebisaan defekasi yang normal dengan memerhatikan gizi,
tambahan cairan dan kondisi psikis
3. Pengososngan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan seelah dianjurkan
untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.pengososngan rektum bisa dilakukan
dengan disam paksidigital, enema minyak saitun
13. Infeksi
a) Defenisi
infeksi farinetal adalah infeksipada
neonatus yang terjadi pada masa antenatal,intranatal,postnatal
b) Etilogi
infeksi parinetal dapat disebabkan
oleh berbagai bakteri eschericia coli,pseodomonas
pyocyneus,kebsielia,staphyococcus aureus, dan Coccus gonococcus.
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa
kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu
masuk melalui plasenta dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa
persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme masuk dari vagina,
lalu naik dan kemudianmasuk ke dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban
pecah
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode post natal
dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung
dengan alat-alat yang tidak steril,tindakan yang tidak antiseptik atau dapat
juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada neonatus neonatorum,
omfalitis, dan lain-lain.
c) Tanda dan Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi
pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah sebagai berikut:
1) Bayi malas minum
2) Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
3) Frekuensi pernapasan meningkat
4) Berat badan menurung
5) Pergerakan kurang
6) Muntah
7) Diare
8) Udema
9) Perdarahan, ikterus, dan kejang
10) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi dengan hipetermi
d) Penatalaksanaan
1) Berikan posisi semi fowler
2) Appabila suhu tinggilakukan kompres dingin
3) Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
4) Apabila bayi muntah, lakukan perwatn muntah yaitu posisi tidur miring
kekanan atau kekiri
5) Apabila ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
6) Rujuk segera kerumah sakit,lakukan informrd consent pada keluarga
14. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death
syndrome)
a) Defenisi
Sindrom kematian mati mendadak
terjadi pada bayi yang sehat saat di tidurkan tiba-tiba di temukan meninggal
beberapa jam kemudian SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup,
insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu sampai 1 tahun.
b) Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum di
ketahui namun beberapa ahli telah melakukan penelitian dan mengemukakan ada
beberapa penyebab penyakit SIDS sebagai berikut.
1. Ibu yang masih remaja
2. Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3. Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4. Bayi yang mengalami displasia bronkuhulmuner
5. Bayi prematur
6. Gamelli (bayi kembar)
7. Bayi dengan virus pernapasan
c) Penatalaksanaan
1. Bantu orang tua mengaturjadwal untuk dilakukan konseling
2. Berikan dukungan dabn dorongan kepadaa orang tua,ajak orang tua
mengungkapkan rasa dukungannya
3. Berikan penjelasan mengenai SIDS ,berikan kesempatan pada orang
tua untuk mengajukan pertannyaan
4. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang
mereka rasakan adalah hal yang wajar
5. Beri keyakinan pada sibling( jika ada) bahwa mereka tidak
bersalah terhadap kematian bayi tersebut,bahkan jika merka sebenarnya juga
mengharapka kematian bayi tersebut
6. Jika kemudian ibu melhirkan kembali, beri dukungan pada orang tua selama
beberapa bulan pertama, paling tidak sampai meewati usia bayi yang meninngal
sebelumnya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kondisi-kondisi
yang menjadikan neonates beresiko tinggi :
1. Asfiksia Neonatorum
2. Perdarahan Tali Pusat
3. Kejang Neonatus
Kegawatdaruratan
dapat terjadi dengan tiba-tiba, dimana saja, dan kapan saja. Sebagai contoh
kondisi bayi yang tiba-tiba menjadi lemas, tidak bernapas, menangis melengking,
suhunya berubah menjadi panas atau dingin, tidak mau minum, mulut mencucu,
kejang, terjatuh atau terluka, tersedak dan lain-lain.
Asuhan kebidanan pada neonatus bayi
dan balita dengan masalah yang lazim terjadinya diantaranya:
1.
Bercak mongol
2.
Hemongioma
3.
Ikterus
4.
Muntah
5.
Oral trush
6.
Diaper rash
7.
Seborrhea
8.
Furunkel
9.
Milliariasis
10. Diare
11. Obstipasi
B.
Saran
Keadaan neonatus yang rentang dengan
penyakit patut menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan khususnya bidan agar
dapat memberikab asuhan neonatus yang tepat dan mampu mengatasi masalah potensial
yang mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta:
Salemba Medika
Wahyuni, sari SST.2009.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta: EGC
Wildan,Moh,A.AlimulHidayat,Aziz.2008.Dokumentasi Kebidanan.Jakarta:Salemba
Medika
manteb, terengkiyu
BalasHapusterimakasih...
BalasHapusizin copy mas...
BalasHapussanat bermanfaat...
BalasHapusterima kasih