KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Bandar Lampung, Maret 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemeriksaan fisik melalui dengan pendekatan
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi . Pengkajian fisik dilakukan untuk
menegakkan diagnosis yang berupa kepastian tentang penyakit apa yang diderita
pada pasien. Pengkajian fisik pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model
yang lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan
yang dialami. Pengkajian fisik harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara
umum ,kita sebagai petugas kesehatan dapat membuat perencanaan tindakan untuk
mengatasinya.
Untuk
mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian
riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian
yang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap
masalah yang ditemukan.
B.
Tujuan
1.
Dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar kebidanan tentang
pemeriksaan fisik.
2.
Menjelaskan prinsip umum pengkajian
3.
Mendemonstrasikan
cara pendekatan / anamnese pada klien
4.
Menyiapkan
lingkungan yang aman dan nyaman
5.
Mendemonstrasikan tehnik-tehnik pengkajian
6.
Dapat Menerapkan dalam praktik
7. Dapat mendemonstrasikan pemeriksaan fisik
pada ibu hamil, ibu nifas, ibu bersalin, dan bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam
medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota
gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis
tersebut disebut teknik Head
to Toe.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Dalam Pemeriksaan
fisikdaerah abdomen pemeriksaan dilakukan dengan sistematis inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Dengan petunjuk yang didapat selama
pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis
diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan
gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan
terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dantekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
B. Anamnesa
Salah satu keterampilan yang paling
penting saat berhadapan dengan pasien adalah kemampuan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik, sehingga bisa
menyingkirkan different diagnosis (dd) yang kemudian menegakkan diagnosis.
Ketidakmampuan dalam mencari informasi ketika meng-anamnesa pasien membuat kita
tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan
different diagnosis. Kesalahan mendiagnosis juga berarti kesalahan melakukan
terapi yang tepat. Perlu diingat lagi bahwa keterampilan anamnesa sudah
memenuhi 70% dalam penegakan diagnosis. Untuk itu buat kita yang bekerja di
perifer dengan keterbatasan alat pemeriksaan penunjang, ada baiknya mempelajari
lagi bagaimana menganamnesa pasien yang baik dan bagaimana melakukan
pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan
ketika melakukan anamnesa kepada pasien adalah sebagai berikut:
1. Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada
seorang pasien, pastikan bahwa identitasnya sesuai dengan catatan medis yang
dibawa. Sebenarnya ini hal yang sepele, tetapi sering terjadi kesalahan fatal
dan terkadang berakhir ke meja hijau karena melakukan tindakan medis kepada
orang yang salah. Ada baiknya juga
memperkenalkan diri, walau hal ini jarang dilakukan oleh dokter di
Indonesia.
2. Privasi pasien yang berhadapan dengan kita
merupakan orang terpenting saat itu. Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa
dilakukan ditempat yang tertutup dan menjaga kerahasiaan pasien. Terlebih
ketika kita melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tertentu.
3. Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan
pendamping kita (paramedis). Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang
mungkin kurang baik untuk pasien dan juga untuk kita terutama ketika pemeriksa
dan pasiennya berlainan jenis kelamin. Selain itu, pendamping pasien juga bisa
membantu memperjelas informasi yang kita butuhkan (terutama pasien lansia dan
anak-anak yang susah diajak berkomunikasi).
4. Aseptic dan disinfeksi, tangan adalah perantara penularan kuman
dari satu pasien ke pasien yang lain. Untuk itu, sebaiknya kita mencuci tangan
sebelum atau sesudah memeriksa seorang pasien agar tidak terjadi penularan
antar pasien. Pastikan juga stetoskop dan pakaian, seperti jas , didisinfeksi
secara teratur.
C. Teknik Pemeriksaan
Fisik
4
Teknik Dalam Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya diperlukan agar perawat
dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada
setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris.
Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher,
kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera
peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk
mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban,
vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
a.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman dan santai.
b.
Tangan perawat
harus dalam keadaan hangat dan kering
c.
Kuku jari
perawat harus dipotong pendek.
d.
Semua bagian
yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah
tulang), dan lain-lain.
a.
Perkusi adalah
pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara.
b.
Perkusi
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan
suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
a.
Sonor : suara
perkusi jaringan yang normal.
b.
Redup : suara
perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
c.
Pekak : suara
perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah
hepar.
d.
Hipersonor/timpani
: suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna
paru, pada klien asthma kronik.
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,
suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas
adalah :
a. Rales : suara
yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien
pneumonia, TBC.
b.
Ronchi : nada
rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
c.
Wheezing :
bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
d.
Pleura
Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
a. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini
dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari :
keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung,
genetalia, rectum, ektremitas.
b. ROS (Review of System atau sistem tubuh)
Pengkajian
yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda
vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem
perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem
reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem
tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
c. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Pemeriksa
mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan
dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi
kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi,
pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan,
aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi
stress, nilai-pola keyakinan.
d. DOENGOES (1993)
Mencakup :
aktivitas atau istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan
cairan, hygiene, neurosensori, nyeri atau ketidaknyamanan, pernafasan,
keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan atau pembelajaran.
D. Pemeriksaan
Fisik per Sistem
Pemeriksaan fisik per sistem
meliputi :
1. Keadaa Umum :
2. Kesadaran, Tanda Vital (TD, HR, RR, Suhu), Pemeriksaan
Antopometri (BB, TB, LILA)
3. Kepala dan muka→ inspeksi dan
palpasi
Simetris, rambut, bengkak, lembab, lesi dan bau.
1. Mata → inspeksi
Gerakan bola mata, simetris atau tidak , kelainan bentuk atau penglihatan,
sekret, keadaan sclera, konjungtiva,
atau pupil.
2. Hidung → inspeksi dan palpasi
Bentuk, masalah pada sinus, trauma, epistaksis (mimisan),
hidung tersumbat
3. Telinga → inspeksi dan palpasi
Bentuk, canalis bersih atau tidak, tinitus (keluar cairan
putih dari lubang telinga), g3 atau kehilangan pendengaran
4. Mulut → inspeksi dan palpasi
Bibir → warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan
bengkak
Rongga mulut → stomatitis, kemampuan menggigit, mengunyah dan menelan
Rongga mulut → stomatitis, kemampuan menggigit, mengunyah dan menelan
Gusi → warna dan edema
Gigi → karang gigi, caries, sisa gigi
Lidah → kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban, luka, bercak
dan pembengkakan
Kerongkongan → tonsil, peradangan, lender atau sekret.
5. Leher → inspeksi dan palpasi
Pembesaran kelenjar gondok dan limfe, nyeri tekan, kaku pada leher.
6. Payudara :
Benjolan, nyeri
tekan atau rasa tidak nyaman
7. Pernafasan
Batuk, sputum,
asma, bronkhitis, sesak napas, pilek, batuk darah
8. Jantung :
Tekanan darah tinggi, masalah – masalah jantung, nyeri
dada, palpitasi, dispnea, ortopnea, edema
9. Gastointestinal:
Kembung, mual, muntah, nyeri tekan, kolik, obstipasi
(sembelit di rektum dapt menyebabkan sulit BAB), konstipasi (sembelit di
kolon), regurgitasi, salah cerna, perdarahan rektal sehingga feses berwarna
hitam/melena, diare, sendawa berlebihan, pengeluaran gas berlebihan
10. Genetalia
Genetalia pria : hernia, sakit pada penis, nyeri
testicular atau teraba massa pada testis.
Genetalia wanita : menstruasi, haid, benjolan, sakit,
nyeri tekan, PMS, Leukhorea, gejala klimakterium, HPHT .
11. Perkemihan
Frekuensi berkemih, poli uria, nokturia, rasa sakit
seperti terbakar saat berkemih, inkontinensia, prostatitis.
12. Vaskular perifer
Keram pada
tungkai, varises vena, pembekuan pada vena.
13. Muskuloskeletal
Nyeri otot
atau sendi, kekakuan, artritis, nyeri.
14.
Neurologis
Pingsan,
kejang, kesemutan, tremor atau gerakan involunter lain.
15. Hematologis
Anemia,
berdarah, memar, kemungkinan reaksi tranfusi .
16. Endokrin
Masalah thyroid, intoleransi terhadap panas atau dingin,
keringat berlebihan, diabetes, haus dan lapar berlebihan.
17. Psikiatri : kegelisahan, tegang, depresi
E. Konsep
Dasar Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam
medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota
gerak.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama
pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis
diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan
gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan
terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital
atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
Tanda
vital :
1. Suhu
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat
dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.
Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak,
mulut, dan anus.
Nilai standar untuk mengetahui
batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
c. Febris atau pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
2. Tekanan
darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi
maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali
pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal'
yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi
pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang
pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai
sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar
120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah
rendah disebut hipotensi.
3. Denyut
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut
misalnya denyut arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri
brachialis
pada lengan
atas, arteri
karotis
pada leher, arteri
poplitea
pada belakang lutut, arteri
dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat
dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis
kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat
memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar
50-80 per menit.
4. Kecepatan
pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas
per menit.
Biometrika dasar :
a.
Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur.
Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia
dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.
b.
Berat atau massa
Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh digunakan untuk
menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta tingkat kegemukan.
c.
Nyeri
Pengukuran nyeri bersifat subjektif namun penting sebagai tanda vital.
Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari
nilai '0' (tidak dirasakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah
pasien), hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).
Struktur dalam penulisan riwayat pemeriksaan
:
a.
Tampilan umum
1)
Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien
masuk ke ruangan konsultasi dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien
terlihat pincang atau pasien mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
2)
JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience), kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku
jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan
pada nodus limfatikus (Lymph nodes)
pada leher, ketiak, dan lipatan paha.
b.
Sistem organ
o
Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
o
Tekanan vena
jugularis
atau Jugular veins preassure
(JVP), edema perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
Kecepatan pernapasan, auskultasi
paru-paru
8)
Pemeriksaan kepala, leher, hidung,
tenggorokkan, telinga (THT)
a) Pemeriksaan pada pertumbuhan
rambut
b) Peneriksaan tanda klinis pada
kulit
F. Pemeriksaan
Fisik Pada Ibu Hamil
a. Tujuan dalam
pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin informasi dari hasil pemerksaan
fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis, dan
mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Langkah – langkah
melakukan Pemeriksaan Fisik :
1.
Cuci tangan
2.
Tunjukan sikap
ramah
3.
Minta ibu
mengosongkan kandung kemih
4. Nilai kesehatan
dan tingkat kenyaman ibu.
5. Nilai TTV ibu.
6. Lakukan
pemeriksaan abdomen
7.
Lakukan
pemeriksaan dalam
8.
Cuci tangan
Pemeriksaan Abdomen, tujuannya yaitu :
1. Menentukan tinggi
fundus uteri
2. Menentau
kontraksi uterus
3. Memantau DJJ
4.
Menentukan
presentasi
5.
Menentukan
penurunan bagian terbawah janin
b. Yang Perlu di
Perhatikan Dalam Pemeriksaan Fisik Kala 1
1. Menentukan Tinggi
Fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang
berkontraksi. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari
tepi atas simpisis pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga ke puncak
fundus mengikuti aksis atau linea medialis dinding abdomen. Lebar pita harus
menempel pada dinding abdomebn ibu. Jarak antara tepi atas simpisis pubis dan
puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
2. Memantau
Kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau
kontraksi uterus letakkan tangan penolong pada atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi
yang terjadi dalam waktu 10 menit.
Tentukan durasi setiap kontrkasi yang terjadi. Pada fase aktif minimal terjadi 2 kontraksi dalam 10 menit dan
lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih.
Diantara 2 kontrkasi akan terjadi relaksasi
dinding uterus.
3. Memantau DJJ
Gunakan dopler untuk mendengarkan DJJ dan menghitung DJJ per
menit. Lakukan penilaian DJJ pada lebih dari 1 kontraksi. Gunakan jarum detik
(jam) nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Dengar DJJ min 60 detik,
dengarkan sampai sedikitnya 30 kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari
120 atau lebih dari 160 kali per menit.
Kegawatan janin ditunjukan
dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit. Bila demikian
baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah
5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi.
Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera di rujuk.
4.
Menentukan
Presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi :
a. Berdiri disamping
dan menghadap ke kepala ibu.
b. Dengan ibu jari
dan jari tengah dari 1 tangan pegang bagian terbawah janin.
c. Jika bagian
terbawah janin belum masuk maka bagian tersebut masih dapat digerakan.
d. Untukkan
presentasi kepala atau bokong maka berhatikan bentuk, ukuran dan kepadatannya.
5. Menentukan Penurunan Bagian
Terbawah Janin Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung
proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas simpisis dan
dapat diukur dengan 5 jari tangan pemeriksa. Bagian diatas simpisis adalah
proporsi yang belum masuk PAP dan sisanya menunjukkan sejauh mana bagian
terbawah janin telah masuk kedalam rongga panggul.
Penurunan bagian terbawah dengan metode 5 jari adalah :
1. 5/5 jika bagian
terbawah seluruh teraba diatas simpisis pubis.
2. 4/5 jika sebagian
terbawah janin telah masuk PAP
3.
3/5 jika sebagin
telah memasuki rongga panggul
4.
2/5 jika hanya sebagin
terbawah janin masih berada diatas simpisis
5. 1/5 jika hanya 1
dari 5 jari masih dapat meraba bagian bawah janin yang berada diatas simpisis
6. .0/5 jika bagian
terbawah janin tidak dapat teraba dari pemeriksaan luar.
7. Periksa Dalam
Sebelum melakukan
periksaan dalam cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan
dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area
genitalia dengan sabun dan air.
Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tentramkan hati dan anjurkan ibu
untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam :
1.
Tutupi badan ibu
dg selimut
2.
Minta ibu
berbaring telentang dg lutut ditekuk
3.
Gunakan handscoon
4.
Gunakan kasa yang
di celupkan ke larutan anti septik
5.
Periksa
genetalian ekterna
6.
Nilai cairan vagina
7.
Pisahkan labia mayora dg
jari manis dan ibu jari
8.
Nilai vagina
9.
Nilai pembukaan dan
penipisan servik
10.
Pastikan tali
pusat tidak teraba
11.
Nilai penurunan
bagian terbawah janin
12. Jika bagian
terbawah adlh kepala pastikan penunjuknya.
13.
Jika pemeriksaan
sudah lengkap keluarkan kedua jari pemeriksa
14.
Cuci tangan
15.
Bantu ibu untuk
mengambil posisi yg nyaman
16. Jelaskan hasil
pemeriksaan pada ibu.
G. Pemeriksaan
Saat Ibu Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Ada 2
kejadian penting dalam masa nifas, yaitu :
1. Involusi
2. Laktasi
Periode Nifas
1. Immediate Puerperium
Adalah keadaan
yang terjadi pada permulaan persalinan sampai 24 jam sesudah persalinan
2. Early Puerperium
Adalah keadaan
yang terjadi pada permulaan persalinan (waktu 1 hari sampai dengan 7 hari
setelah persalinan)
3. Late Puerperium
Adalah waktu
seminggu sampai dengan 6 minggu setelah persalinan.
Lochea
Adalah cairan pertama yang keluar dari vagina
pada hari pertama nifas :
1. Pada hari ke-1 dan 2 masa nifas berupa darah (lochea
rubra)
2. Pada 3-4 hari darah yang keluar encer (lochea serosa)
3. -Pada hari ke-10 menjadi cairan putih atau kekuningan
(lochea alba).
Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayi, dimana petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama
setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
Tujuannya adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologi
2. Melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi yang sehat.
4. Memberikan perawatan Keluarga Berencana
Asuhan masa nifas terbagi menjadi dua,yaitu :
1. Asuhan masa nifas segera
Adalah asuhan
setelah bayi lahir dan 24 jam pertama persalinan. Meliputi :
a. Pemeriksaan placenta supaya tidak ada baian yang
tertinggal
b. Pengawasan tinggi fundus uteri (pastikan kontraksi
berlangsung baik) dan massage
c. Pengawasan perdarahan dari vagina (eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir)
d. Pengawasan konsistensi rahim
e. Pengawasan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital ibu
f. Pengawasan traktus urinarius
g. Status emosi dan energy
h. Adanya pembengkakan vulva atau tidak
i.
Pemeriksaan
rectum atau hemoroid
j.
Pemeriksaan
eklampsia/preeklampsia
2. Asuhan masa nifas dini
Adalah asuhan setelah 24 jam pertama. Meliputi :
a. Early Ambulation
Adalah
kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan dalam 24-48 jam post partum.
b. Diet
Makanan yang
baik untuk membantu proses penyembuhan ibu juga mempengaruhi pengeluaran ASI.
c. Suhu
Harus diawasi
terutama minggu pertama masa nifas karena kenaikan suhu tanda pertama infeksi.
d. Defekasi
Jika penderita
hari ke-3 belum juga buang air besar maka diberikan klisma air sabun atau
gliserin.
e. Miksi
Enam jam post
partum ibu nifas disuruh kencing.
f. Putting susu
Putting susu
harus diperhatikan kebersihannya dan bila dada luka harus diobati segera karena
dapat menyebabkan mastitis.
g. Datangnya haid kembali
Pada ibu yang
tidak menyusukan anaknya haid tidak datang setelah 8 minggu persalinan pada ibu
yang menyusukan. Haid seringkali tidak datang selama ibu menyusui anaknya.
Tetapi kebanyakan haid kembali pada bulan ke-4.
h. Lamanya perawatan di Rumah Sakit
Lamanya
perawatan di rumah sakit kira-kira 3-5 hari.
i.
Follow up
Enam minggu
setelah persalinan ibu hendaknya memeriksakan diri kembali.
j.
Keluarga
Berencana
Masa post
partum merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan kontrasepsi.
Persiapan Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
a. Persiapan alat dan bahan
Ada beberapa
hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas:
1.
Baki beralas,
berisi:
·
Tensimeter
·
Stetoskop
·
Termometer
·
Jam tangan
·
Buku catatan
dan alat tulis
2.
Kapas DTT
dalam kom
3.
Bak instrumen
berisi hands scoen
4.
Larutan klorin
0,5%
5.
Air bersih
dalam Waskom
6.
Kain, pembalut
dan pakaian dalam ibu yang bersih
b. Langkah Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
A. Pemeriksaan Psikososial Ibu
1.
Menyambut ibu
dan Memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2.
Menanyakan
keluhan dan apa yang dirasakan ibu
3.
Menanyakan
keluhan-keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui
4.
Menanyakan
tentang riwayat persalinannya :
·
Siapa yang
menolong ibu tersebut saat persalinan
·
Dimana ia
melahirkan
·
Apakah ada
komplikasi selama kehamilan,persalinan dan sesudah bersalin
·
Jenis
persalinan (spontan,vacuum,section cesarea)
·
Robekan jalan
lahir
5.
Menanyakan
tentang makan dan minum ibu
6.
Menanyakan
tentang istirahat ibu
7.
Menanyakan
tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dan lamanya
B. Keadaan Umum Ibu
1. Observasi tingkat energi dan keadaan emosi ibu pada waktu
kunjungan
2. Jelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan di
lakukan
3. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan lembut
dan sempurna
4. kemudian keringkan dengan handuk yang bersih
5. Periksaa Tanda-Tanda Vital
·
Tekanan Darah
·
Nadi
·
Suhu
·
Pernafasan
6. Melakukan pemeriksaan payudara :
·
Ibu tidur
terlentang dengan lengan kiri diatas kepala,secara sistematis lakukan perabaan/raba
payudara sampai axila bagian kiri,perhatikan apakah ada benjolan,pembesaran
kelenjar,
·
Kemudian
ulangi prosedur yang sama pada payudara sampai axial bagian kanan
·
Inspeksi
putting susu apakah menonjol,datar,terbenam atau ada nanah
7. Melakukan pemeriksaan abdomen
·
Lihat apakah
ada luka bekas operasi
·
Palapasi untuk
menilai Tinggi fundus uteri,kontaksi dan konsistensi uterus
·
Palpasi untuk
menentukan distasis rectie
8. Melakukan pemeriksaan Kandung kemih
Pemeriksaan kandung kemih kita palpasi di suprapubis, kandung
kemih harus dikosongkang.karena kalau kandung kemih tidak dikosongkan maka
tidak ada kontraksi sehingga bisa menyebabkan terjadinya perdarahan.
9. Melakukan pemeriksaan pada kaki
·
Apakah ada
varises
·
Ada warna
kemerahan pada betis
·
Pada tulang
kering kaki untuk melihat apakah ada odema
·
Lakukan
pemeriksaan(metode Homan) kedua kaki diluruskan,lakukan dorongan pada telapak
kaki untuk melihat adanya nyeri betis
·
Kemudian tekukkan
kaki secara bergantian ke arah perut untuk menilai adanya nyeri pada pangkal
paha
10. Melakukan pemeriksaan Genetalia/perineum
·
Beritahu ibu
tentang prosedur pemeriksaan
·
Membantu ibu
mengatur posisi untuk pemeriksaan perineum
·
Mengenakan
sarung tangan pemeriksaan yang perineum
·
Memeriksa
perineum,pemeriksaan perineum 6 jam yaitu ibu dalam posisi dorsalrecumbent,perhatikan
warna,bau lokhea,konsistensi,hematom vulva dan
kebersihan
·
Lakukan vulva
Hygiene,perhatikan perdarahan dan sumber darah (menilai luka laserasi atau
jahitan perineum)
11. Meletakkan sarung tangan pada tempat yang telah
disediakan atau larutan chlorine 0,5%
12. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan
13. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
H. Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru
Lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan .
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan .
3. Pastikan pencahayaan baik.
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan
diperiksa(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan
segera selimuti kembali dengan cepat.
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan, antara lain :
1.
Bayi sebaiknya dalam keadaan
telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau
lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2.
Lakukan prosedur secara
berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi
ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada
tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Peralatan dan Perlengkapan :
1.
Kapas alkohol dalam tempatnya.
2.
Bak instrumen
3.
Handscoon
4.
Tissue dalam tempatnya
5.
Senter
6.
Termometer
7.
Stetoskop
8.
Tongs patel
9.
Selimut bayi
10.
Bengkok
11.
Timbangan bayi
12.
Pita ukur/metlin
13.
Timer
14.
Pengukur panjang badan
15.
Buku catatan
Prosedur Pelaksanaan:
1.
Penilaian Apgar score
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan
bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. Caranya:
a. Lakukan penilaian apgar Score dengan cara menjumlahkan hasil penilaian
tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan
refleks dan warna kulit.
b. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut :
1) Adaptasi
baik : skor 7-10
2) Asfiksia
ringan-sedang : skor 4-6
3) Asfiksia
berat : skor 0-3
Tabel Penilaian Apgar Score
TANDA
|
0
|
1
|
2
|
Frekuensi jantung
|
Tidak ada
|
≤100
|
≥100
|
Usaha bernafas
|
Tidak ada
|
Lambat
|
Menangis kuat
|
Tonus otot
|
Lumpuh
|
Ekstermitas fleksi sedikit
|
Gerakan Aktif
|
Refleks
|
Tidak bereaksi
|
Gerakan sedikit
|
Melawan
|
Warna Kulit
|
Seluruh tubuh biru / pucat
|
Tubuh Kemerahan, Ekstermitas Atas Biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
2.
Pengukuran Antropometri
a.
Lakukan Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung
dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi
berat alas dan pembungkus bayi. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram
apabila BB kurang dari 2500 gram disebut bayi Premature dan
apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
b.
Lakukan Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang
datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat
dari bahan yang tidak lentur. Panjang badan normal adalah 45-50 cm
c.
Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi
kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Lingkar kepala normal adalah
33-35 cm.
d.
Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada
ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).
Lingkar dada normal adalah 30 -33 cm. Apabila diameter kepala lebih besar 3 cm
dari lingkar dada maka bayi mengalami Hidrocephalus. Dan
apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari dada maka bayi
mengalami Microcephalus.
e.
Mengukur Lingkar Lengan atas (LILA)
Normalnya 11-15 cm. Untuk LILA pada
BBL belum mencerminkan keadaan tumbuh kembang bayi.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
1.
Lakukan Inspeksi pada daerah kepala.
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga
ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas
atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang
teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21.
2.
Periksa adanya
tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
3.
Perhatikan
adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
Wajah
1.
Wajah harus tampak simetris.
Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di
intrauteri.
2.
Perhatikan kelainan wajah yang khas
seperti sindrom down atau sindrom piere robin.
3.
Perhatikan
juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
Mata
1.
Goyangkan
kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2.
Lakukan inspeksi daerah mata.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
3.
Perksa adanya strabismus yaitu
koordinasi mata yang belum sempurna
4.
Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
5.
Katarak kongenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang
dapat mengindikasikan adanya defek retina.
6.
Periksa adanya
trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
7.
Periksa adanya
sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia
dan menyebabkan kebutaan.
8.
Apabila
ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
Hidung
1. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika
melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol
ke nasofaring.
2. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang
berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital.
3. Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
Mulut
1.
Lakukan Inspeksi apakah ada
kista yang ada pada mukosa mulut.
2.
Perhatikan
mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkanmikrognatia.
3.
Periksa adanya
bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar
mulut)
4.
Periksa keutuhan langit-langit,
terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak.
5.
Perhatikan adanya bercak putih pada
gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau
gigi.
6.
Periksa lidah apakah membesar atau
sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi
seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote).
Telinga
4. Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
5. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
6. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia
atas.
7. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low
set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
8. Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini
dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
9. Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka
pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan
terjadi gangguan pendengaran.
Leher
1.
Leher bayi biasanya pendek dan harus
diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher.
2.
Periksa adanya
trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
3.
Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran
kelenjar tyroid dan vena jugularis
4.
Adanya lipatan
kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan
trisomi 21.
5.
Raba seluruh klavikula untuk
memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong
atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.
Dada, Paru dan Jantung
1.
Periksa kesimetrisan gerakan dada
saat bernapas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan bayi yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali permenit.
Perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic
breathing, dimana pola pernapasan pada neonatus terutama pada
premature ada henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris
2.
Payudara dapat
tampak membesar tetapi ini normal.
3.
Lakukan palpasi pada daerah dada,
untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus
cordis dengan menentukan posisi jantung.
4.
Lakukan Auskultasi paru dan jantung
dengan menggunakan stetoskop untuk menlai frekuensi dan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 x /
menit.
Abdomen
1. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan.
2. Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk
menilai ada tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan
arteri, tali simpul pada tali pusat dan lain-lain.
3. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika
4. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepato-splenomegali atau tumor lainnya
5. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis
vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.
6. Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
7. Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
8. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai
bayidi lipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut
bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat
di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis.
Ekstermitas Atas
1. Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara
meluruskan kedua lengan ke bawah
2. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
3. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili
atau sidaktili
4. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
5. Periksa adanya paronisia pada kuku yang
dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
Ekstermitas Bawah
10. Periksaan kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan
bandingkan
11. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
12. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
Spinal
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau
kolumna vertebra
Genetalia
1. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar
1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena
akan menyebabkan fimosis
2. Periksa adanya hipospadia dan epispadia
3. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis
ada dua
4. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora
menutupi labia minora
5. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
6. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
Anus dan Rectum
1. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
2.
Mekonium secara umum keluar pada 24
jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan
Kulit
1.
Perhatikan
kondisi kulit bayi.
2.
Periksa adanya
ruam dan bercak atau tanda lahir
3.
Periksa adanya
pembekakan
4.
Perhatinan
adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai
pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup bulan).
5.
Perhatikan
adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung bayi) jumlah yang banyak
terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan.
Refleks-Refleks
Pemeriksaan
Refleks
|
Cara
Pengukuran
|
Kondisi
Normal
|
Kondisi
Patologis
|
Berkedip
|
Sorotkan
cahaya ke mata bayi.
|
Dijumpai
pada tahun pertama
|
Jika tidak di jumpai menunjukkan kebutaan.
|
Tanda
babinski
|
Gores
telapak kaki sepanjang tepi luar, di ulai dari tumit
|
Jari kaki
mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, di jumpai sampai umur 2 tahun.
|
Bila
pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun adanya tanda lesi
ekstrapiramidal.
|
Moro’s
|
Ubah posisi
dengan tiba-tiba atau pukul meja/tempat tidur.
|
Lengan
Ekstensi, jari-jari mengembang kepala terlempar ke belakang, tungkai sedikit
ekstensi, lengan kembali ke tengah dengan tangan menggenggam tulang belakang
dan ekstermitas bawah ekstens. Lebih kuat selama 2 bulan menghilang pada umur
3-4 bulan.
|
Refleks yang
menetap lebih 4 bulan adanya kerusakan otak, respon tidak simetris
adanya hemiparesis, fraktur klavikula, atau cidera fleksus brachialis. Tidak
ada respons ekstermitas bawah adanya dislokasi pinggul atau cidera medulla
spinalis.
|
Mengenggam
(palmar
grap’s)
|
Letakkan
jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika refleks lemah atau tidak
ada berikan bayi botol atau dot, karena mengjisap akan mengeluarkan refleks.
|
Jari-jari
bayi melengkung di sekitar jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari
sisi ulnar, refleks ini menghilang dari umur 3-4 bulan.
|
Fleksi yang
tidak simetris menunjukkan adanya paralysis, refleks menggenggam yang menetap
menunjukkan gangguan serebral
|
Rooting
|
Gores sudut
mulut bayi garis tengah bibir.
|
Bayi memutar
kea rah pipi yang di gores, refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan.
Tetapi bias menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur.
|
Tidak adanya
reflek menunjukkan adanya gangguan neurology berat
|
Kaget
(startle)
|
Bertepuk
tangan dengan keras.
|
Bayi
mengekstensi dan memfleksi lengan dalam berespon terhadap suara yang keras
tangan tetap rapat, refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan.
|
Tidak adanya
refleks menunjkkan adanya gangguan pendengaran
|
Menghisap
|
Berikan bayi botol dan dot.
|
Bayi menghisap dengan kuat dalam berespons terhadap stimulasi, reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi
|
Reflek yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau
keadaan neurologi yang abnormal
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Biasanya,
pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota
gerak.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan
petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyusun sebuah diagnosis
diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan
gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan maka penyusun
mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan penulisan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar