Rabu, 20 Maret 2019

MAKALAH DETEKSI DINI KEHAMILAN RISIKO TINGGI

KATA PENGANTAR

      Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
      Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi”.
      Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung,    Maret 2019

Penulis  

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa

Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. kehamilan risiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.

B.         Tujuan
1.     Tujuan Umum
Agar kelompok dan pembaca dapat memahami konsep dasar dari kehamilan resiko tinggi.
2.     Tujuan Khusus
a.       Mengidentifikasi pengertian kehamilan risiko tinggi.
b.      Mengidentifikasi faktor kehamilan risiko tinggi.
c.       Mengidentifikasi cara menentukan kehamilan risiko tinggi.
d.      Mengidentifikasi tentang penatalaksanaan kehamilan risiko tinggi.
e.       Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada kehamilan resiko tinggi.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian  
Kehamilan (gestasi) adalah kondisi seorang ibu dengan perkembangan janin yang ada di dalam perutnya. Kehamilan biasanya merupakan peristiwa bahagia. Namun, beberapa komplikasi pengalaman yang terjadi pada perempuan selama ataupun sebelum kehamilan akan mengancam kesejahteraan ibu dan bayi. Setiap kehamilan memiliki risiko. Karena itulah menjelang hamil, seorang calon ibu perlu menyiapkan kondisinya secara istimewa.

Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

Dalam masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal ‘viabilitas‘, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah sebuah pribadi hidup yang baru.

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.

Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik.

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dankelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudianjanin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

Masa kehamilan biasanya terbagi dalam periode, yang dikenal sebagai triwulan, yaitu :
1.      Triwulan I : berlangsung hingga minggu kehamilan ke-13
Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang cepat. Pada masa ini risiko keguguran juga termasuk tinggi.
Dari Zigot menjadi Embrio
Zigot adalah sebuah kumpulan sel yang terbagi hingga mencapai 100 sel, yang kemudian disebut dengan blastocyst, yaitu bagian dalam dari sel yang mana akan membentuk embrio. Sementara bagian luar dari sel akan membentuk plasenta yang kemudian memberikan nutrisi dan kehidupan bagi janin.

Tiga minggu sebelum terjadinya kehamilan, blastocyst akan melekat pada dinding rahim ibu, dan kemudian melepaskan hCG. Hal ini akan terjadi hanya beberapa hari setelah pembuahan. Dokter kandungan biasanya akan mulai menghitung masa 40 minggu kehamilan, dari tanggal hari pertama haid ibu yang terakhir (walaupun biasanya pembuahan sering terjadi 2 minggu setelahnya, yaitu masa subur ibu).

Pada usia 5 minggu, otak, sumsum tulang belakang, jantung dan beberapa organ lainnya mulai terbentuk. Saat ini embrio dibentuk dari 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Setiap jaringan dan organ janin akan dibentuk dari 3 lapisan ini. Ectoderm akan membentuk sistem saraf dan tulang belakang, mesoderm akan membentuk jantung dan sistem peredaran darah, dan endoderm akan membentuk paru – paru, sistem pencernaan, kelenjar tiroid, hati, dan pankreas. Sementara itu, plasenta dan tali pusar mulai terbentuk, dimana tali pusar akan berfungsi untuk mengirimkan nutrisi dan makanan untuk embrio yang masih berkembang.

Walaupun saat ini embrio masih seukuran biji beras, ibu hamil akan mulai merasakan tanda-tanda awal kehamilan seperti mual muntah di pagi hari, sering buang air kecil, mengantuk, dan keinginan untuk suatu jenis makanan. Payudara mulai terasa membesar, dan lebih lembek. Beberapa ibu bahkan mulai bertambah berat badannya. Tetapi pada umumnya, karena mual muntah, berat badan akan menurun. Pada masa inilah biasanya ibu mulai berkunjung ke dokter kandungan, dan pada minggu kelima ini, USG sudah dapat menangkap detak jantung janin.

Ibu harus extra hati – hati pada trimester pertama ini, karena saat inilah organ – organ utama janin mulai dibentuk. Sebaiknya ibu menghindari minum alkohol, obat – obatan tanpa pengawasan dokter, kafein, dan rokok. Ibu juga dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi, berolahraga ringan secara teratur dan mengkonsumsi vitamin untuk memperkuat janin yang biasanya berupa asam folat

Dari embrio menjadi janin
Pada minggu – minggu terakhir trimester 1, embrio mulai memiliki bentuk seperti struktur wajah dan tunas yang kemudian membentuk tangan dan kaki.
Pada minggu ke 8, embrio kemudian menjadi janin. Organ – organ tubuh seperti ginjal, hati, paru – paru dan otak mulai berfungsi. Jari – jari mulai berbentuk demikian juga alat kelamin (yang belum dapat terlihat karena belum berbentuk penis ataupun vagina).
2.      Triwulan II : berlangsung dari minggu ke-14 hingga minggu kehamilan ke-27
Pada trimester 2 inilah banyak terjadi perubahan dalam dirinya. Mual – muntah di pagi hari mulai hilang, rasa malas dan lemas tidak lagi dirasakan. Kesimpulannya, banyak yang merasakan dirinya kembali sehat pada trimester 2 ini. Napsu makan mulai kembali, bahkan mungkin menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Namun ada banyak juga wanita hamil yang pada trimester 2 ini mulai sering merasakan nyeri lambung (sakit maag).

Walaupun saat ini ukuran janin hanya beberapa centimeter (masih sangat kecil), namun perut ibu mulai bertambah besar. Kelenjar susu pada payudara ibu mulai bekerja untuk produksi susu. Pada trimester inilah, payudara ibu mulai memproduksi cairan kekuningan yang kaya nutrisi untuk bayi, yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum akan menjadi makanan pertama begitu bayi lahir hingga beberapa hari setelahnya.

Sekarang janin sudah mulai bergerak dan menendang, namun ibu belum dapat merasakannya. Ukuran kepala janin yang semula jauh lebih besar dari tubuhnya, sekarang mulai mengecil dan menjadi lebih proporsional. Saat ini janin memiliki rambut tipis dan halus, tumbuh di seluruh tubuhnya yang disebut dengan lanugo. Ginjal janin dan saluran kemih mulai memproduksi air kemih yang kemudian dikeluarkan ke air ketuban. Sel – sel darah merah pun mulai  diproduksi.

Minggu ke-15, ukuran janin kurang lebih 10-13 cm dengan berat sekitar 200 gram. Walaupun kelopak matanya masih menutup, namun ia mulai sensitif terhadap sinar yang dapat tertangkap oleh matanya. Terkadang, dokter kandungan sudah dapat melihat jenis kelamin janin melalui USG saat ibu melakukan kunjungan di minggu ke 15 atau 16 ini.2

Antara minggu ke 16 dan 20, janin mulai dapat mendengar suara dari luar rahim ibunya, bahkan dapat mengenali suara ibunya sendiri. Wajahnya pun sudah dapat melakukan bermacam – macam ekspresi seperti meringis, merengut, tersenyum, dan lain – lain. Kepalanya mulai tumbuh rambut, tengkorak-nya pun mulai mengeras, dan jutaan syaraf kecil pada otaknya mulai memerintahkan otot untuk bergerak. Organ reproduksi-nya mulai terlihat jelas. Di akhir minggu ke 19 atau 20, ibu mulai dapat merasakan tendangan kecil pada dinding rahim.

Beberapa wanita hamil terlihat lebih cerah dan “bersinar”. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke wajah ibu. Banyak pula ibu hamil yang pada perut bagian bawahnya timbul garis – garis hitam. Garis – garis hitam ini timbul karena adanya peningkatan pada pigmen kulit atau melanin, yang biasanya akan hilang setelah  melahirkan. Pada beberapa wanita juga akan timbul stretchmark yang biasanya juga akan hilang setelah melahirkan.

Pada minggu ke-20, panjang janin sekitar 15 – 17 cm, dengan berat hampir 1 kg. Sistem pencernaannya mulai berfungsi lebih banyak dan memproduksi mekonium. Tubuhnya diselimuti dengan semacam cairan kental berwarna putih yang disebut vernix caseosa, dimana cairan ini berguna untuk melindungi kulitnya dari air ketuban di dalam rahim ibu.

Untuk melatih sistem pencernaan dan paru – parunya, janin mulai dapat menelan dan “menghirup” air ketuban. Paru – parunya akan memproduksi suatu zat yang disebut surfactant, dimana zat ini akan membuat kantung udara dalam paru – parunya mengembang begitu ia dilahirkan ke dunia.

Saat ini, kemungkinan besar wajah ibu hamil akan timbul jerawat, karena kulitnya memproduksi minyak lebih banyak. Pada beberapa kasus juga timbul varises pada kaki ibu. Perubahan lain yang dialami ibu hamil saat ini adalah payudara yang semakin membesar, perubahan warna kulit, sakit maag, dan kesulitan buang air besar.
Minggu 27 adalah minggu terakhir dari trimester kedua. Saat ini, janin telah tumbuh hingga 35 cm dengan berat sekitar 1 kg. Tubuhnya sudah terlihat seperti bayi yang baru lahir. Jika terpaksa dilahirkan pada masa ini, ia sudah mempunyai kemungkinan untuk hidup walaupun akan menghadapi banyak masalah bersangkutan dengan kesehatannya.
3.      Triwulan III : berlangsung dari minggu ke-28 hingga masa kelahiran
Dalam masa 12 minggu ke depan, perkembangan janin di dalam rahim akan mencapai kesempurnaan, dan bersiap – siap untuk menjalani proses kelahiran. Panjang badannya kurang lebih 40 cm dengan berat badan sekitar 1,5 kg. Tubuhnya mulai berisi karena terbentuknya lemak di bawah kulitnya. Lemak yang terbentuk ini akan membantu janin dalam mengatur suhu tubuhnya begitu ia dilahirkan. Otak-nya  sekarang lebih besar dan lebih terstruktur, demikian juga tengkorak kepala-nya yang mulai menyesuaikan dengan pertumbuhan otak.

Seiring dengan pertumbuhan janin, perut ibu mulai semakin membesar dan berbagai rasa tidak nyaman akan muncul. Mungkin ibu hamil akan merasa kesulitan untuk tidur (insomnia). Adanya tekanan pada diafragma ibu membuatnya sering sesak napas. Ini juga akibat dari perut yang membesar dan menekan organ – organ pencernaan ke atas dan tentu saja membuat ibu menjadi semakin tidak nyaman. Ibu juga akan merasakan pegal pada punggung dan kakinya, juga keinginan untuk buang air kecil yang semakin sering karena pertumbuhan janin yang semakin besar kini semakin menekan kandung kemih.

Kebanyakan, pada trimester 3, otot – otot pada dinding rahim ibu hamil mulai melakukan “latihan” kontraksi yang disebut kontraksi palsu atau kontraksi braxton hicks. Terkadang kontraksi  ini dirasa sangat kencang sehingga ibu mengira sudah mengalami proses persalinan. Kontraksi palsu ini hanya berlangsung sesekali dan tidak memiliki interval yang sama. Jika posisi ibu dirubah, kontraksi palsu kadang akan hilang dengan sendirinya. Berhati – hatilah akan adanya kelahiran prematur jika pada trimester 3, terjadi kontraksi yang dianggap palsu, namun terjadi secara teratur dan semakin kencang.

Pada minggu ke 32, janin sudah dapat menggerakkan bola matanya dan dapat membedakan gelap dan terang. Saat ini, penambahan berat badan bayi berlangsung lebih cepat yaitu sekitar 200 hingga 250 gram per minggu. Sekarang ukuran janin sudah mencapai kurang lebih 45 cm. Rambutnya sudah mulai melebat, dan ia juga sudah memiliki kuku pada jari – jari tangan dan kakinya.

Rahim ibu mulai terasa sesak baginya, sehingga gerakan janin tidak leluasa seperti sebelumnya. Tendangan – tendangannya mulai terasa lebih kencang daripada sebelumnya, dan terkadang membuat perut ibu berubah bentuk karena posisi janin yang berubah – ubah dan terus bergerak.

Pada minggu ke 35, panjang janin mencapai antara 47-50 cm dengan berat kurang lebih 2,5 hingga 3 kg. Rambut halus di sekujur tubuhnya perlahan – lahan mulai rontok. Cairan kental berwarna putih yang melindungi tubuhnya dari air ketuban juga mulai menghilang. Seluruh organ tubuh janin semakin mendekati sempurna.

Biasanya pada bulan terakhir di trimester 3, dokter kandungan meminta ibu untuk datang tiap seminggu sekali sampai saatnya melahirkan. Normalnya, pada minggu ke 35 kepala janin sudah berada di bawah, dan semakin mendekati jadwal kelahirannya, kepala janin akan menempati posisi engaged pada jalan lahir (terkunci pada jalan lahir). Karena posisi “terkunci” ini lah, kadang ibu merasakan sakit pada selangkangan dan pangkal paha jika sedang berjalan. Ibu hamil pun mungkin sudah dapat lebih lega dalam bernapas, tidak sesak seperti sebelumnya karena posisi janin sudah turun ke jalan lahir.
Walaupun jadwal kelahiran biasanya ditetapkan pada 40 minggu, namun mulai minggu ke 37 sebenarnya janin sudah sempurna dan dapat dilahirkan dengan sehat. Panjangnya mungkin sudah mencapai 50 cm atau lebih dengan berat normal sekitar 2,8 hingga 3,3 kg.
Minggu ke 40 adalah masa yang sesuai dengan perhitungan tanggal kelahiran (due-date). Namun sedikit sekali ibu yang melahirkan tepat dan sesuai dengan tanggal perkiraan kelahiran. Kebanyakan melahirkan beberapa hari lebih cepat atau lebih lambat. Namun jika hingga minggu ke 42 ibu belum juga melahirkan, biasanya dokter kadungan akan menggunakan metode induksi untuk memancing kontraksi agar janin dilahirkan. Hal ini karena takut terjadi keracunan air ketuban bagi janin yang sudah melewati jadwal perkiraan lahir.

B.       Antenatal Care
Pengertian Antenatal Care /Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Tujuan Antenatal Care :
1.      Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
3.      Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
4.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya.
5.      Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6.      Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.


Kunjungan Ante Natal Care ( ANC )
1.      Kunjungan antenatal care ( ANC ) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu :
1.      Kali pada trimester pertama, yaitu :
a.       Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.
b.      Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam jiwa.
c.       Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d.      Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e.       Mendorong perilaku yang sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan, istirahat dan sebagainya ).
1.      Kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 ),yaitu
a.       Sama seperti kunjungan pada trimester pertama.
b.      Perlu kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia, pantauan tekanan darah, periksa protein urine dan gejala yang lainnya.­
1.    2 kali pada trimester ketiga, yaitu :
a.       Sama seperti kunjungan sebelumnya.
b.      Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.
c.       Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit.
2.      Asuhan Standar minimal 7T, yaitu
a.       Timbang berat badan,
b.      Mengukur Tekanan darah
c.       Ukur Tinggi fundus uteri (TFU),
1)      Mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh kembang janin.
2)      Untuk mengetahui usia kehamilan.
3)      Pada kehamilan diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm).
4)      Jika usia kehamilan kurang dari 20 minggu menggunakan petunjuk-petunjuk badan.
Pemberian imunisasi TT lengkap,
1)      TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
2)      TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
3)      TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
4)      TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
5)      TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.
Pemberian Tablet Fe
1)      Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.
2)      Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.
3)      Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
4)      Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.
a)      Tes terhadap penyakit menular seksual, dan
b)      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu. Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok dengan faktor resiko.
Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang, secara periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan.
Tujuan Skrining antenatal :
1)      Melakukan Deteksi dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya.
2)      Menemukan ibu risiko tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya risiko kematian/kesakitan ibu
3)      Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untukpersiapan mental, biaya dan transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong menuju persalinan aman.
4)      Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil.

C.       Kehamilan Resiko Tinggi
Berbagai faktor yang menyebabkan ada perempuan yang tergolong sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini yang bisa menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin.  Adapun kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan Ibu hamil yang normal yang disebut dengan kehamilan resiko tinggi.
Kehamilan risiko tinggi dibagi dalam 4 golongan :
1.      Penyakit yang menyertai kehamilan
a.       Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam darah dan tingginya kadar protein dalam urin.
b.      Inkompatibilitas darah atau ketidaksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan ibu yang dapat menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus.
c.       Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula
d.      Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan melahirkan.
e.       Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa.
f.       Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat membahayakan ibu dan janin.
2.      Penyulit kehamilan
a.       Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting.
b.      Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh abortus atau keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum waktunya.
c.       Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion atau cairan ketuban yang banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan.
d.      Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
e.       Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea.
3.      Riwayat obstetris yang buruk
a.       Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital (cacat bawaan)
b.      Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau melahirkan belum pada waktunya.
c.       Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
d.      Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk menunda kehamilan dengan cara apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil.
4.      Keadaan ibu secara umum
a.       Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b.      Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak.
c.       Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk.
d.      Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm.
e.       Bentuk panggul ibu yang tidak normal.
f.       Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.
g.      Ibu yang tidak menikah, berhubungan dengan kondisi psikologis
h.      Keadaan sosio ekonomi yang rendah
i.        Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.

D.       Komplikasi Kehamilan Resiko Tinggi
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi pada janin maupun pada ibu. Antara lain :
1.    Bayi
a.       Bayi lahir belum cukup bulan.
b.      Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
c.       Janin mati dalam kandungan.
2.    Ibu
a.         Keguguran (abortus).
b.         Persalinan tidak lancar / macet.
c.         Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
d.        Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
e.         Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan penyakit dan efek yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu hamil tersebut selama kehamilannya. Jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan agar dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan atau perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan.

E.       Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi
Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda tergantung dari penyakit apa yang sudah di derita sebelumnya dan efek samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan.tes penunjang sangat diharapkan dapat membantu perbaikan dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan.
Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yng intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal.  Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam dan ahli  kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara berbagai ahli. Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu dipertimbngkan oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan induksi persalinan atau tidak.

F.        Pencegahan  Kehamilan Risiko Tinggi
Pendekatan risiko pada ibu hamil merupakan strategi operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada risiko ibu hamil dengan cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk itu diperlukan skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko pada ibu hamil tersebut.
Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.
Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu :
1.      Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi
2.      Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
3.      Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4.      Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.    Tes Darah
Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda dinyatakan positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi virus tertentu atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan Down Syndrom.
2.    Alfa Fetoprotein (AFP)
Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat lahir rendah.

3.    Sampel Chorion Villus (CVS)
Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan sindroma Down.
4.    Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan strukturapada janin, seperti; bibir sumbing  atau anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin.
Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui lewat USG.
5.    Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.

6.    Sampel darah janin atau cordosentesis
Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.
7.    Fetoskopi
Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-lensa.
Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.
8.    Biopsi Kulit Janin
Pemeriksaan ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes ini dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu.

H.      Prognosis
Prognosis untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi tergantung pada ringan beratnya penyakit yang dialami ibu.  Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk seorang  ibu untuk hamil dikarenakan jika ibu tersebut hamil maka akan membawa beresiko pada bayi yang dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid, pada penyakit ini glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang tidak stabil, bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah dari hormon thyroid yang abnormal dapat mnyebabkan masalah pada kehamilan sehingga dapat mengganggu kesehatan bayi yang ada dalam kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini dapat dibantu dengan pengobatan.selama jumlah dari hormon thyroid masih dalam batas yang terkontrol selama kehamilan maka tidak akan ada masalah  selama kehamilan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya.

Ada beberapa kondisi yang biasanya tidak berhubungan dengan kehamilan tapi dapat timbul suatu kondisi yang dipicu oleh kehamilan itu sendiri. Seperti asma, epilepsi, dan colitis ulcerative. Contohnya beberapa ibu dengan riwayat cholitis ulcerative akan menunjukkan kondisi dengan gejala yang lebih berat selama kehamilan, sementara yang lainnya ada juga yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama kehamilan ataupun dapat  membaik selama kehamilannya . hal yang sama juga bisa dialami oleh ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan mengalami perbaikan selama kehamilannya, dan juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga ada yang merasa tidak berpengaruh pada kehamilannya. Kondisi ini memang sulit untuk diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian, pada intinya semua wanita dengan penyakit kronik sebaiknya harus kontrol secara rutin selama kehamilannya.

Ada beberapa kelompok dari kondisi medis yang dapat berdampak langsung pada kehamilan. Wanita dengan lupus (penyakit yang disebabkan perubahan pada sistem imun yang mengakibatkan peradangan pada jaringan penyokong dan organ – organ) atau dengan penyakit ginjal mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya. Kehamilan dapat menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara signifikan dan dapat menuju tingkat yang lebih serius. Oleh karena penyakit ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke bayi melalui plasenta, hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi. Bayi-bayi ini mungkin tidak dapat berkembang dan mengalami pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi pertumbuhan intrauterin). Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi lahir meninggal.

Diabetes adalah suatu kondisi dimana dapat terjadi karena dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan itu sendiri. Diabetes dapat menyebabkan keguguran, defek kelahiran, kematian pada bayi baru lahir. Ketika seorang wanita mengontrol kadar gula dalam darahnya dengan hati-hati dan mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan insulin, hal itu tidak berarti menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya, kehamilan membuat diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara keseluruhan, gula darah dan kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani kehamilan.

Ada beberapa hal yang dapat sedikit mengurangi komplikasi selama kehamilan yaitu dengan sering berkunjung ke penyedia layanan kesehatan dan hendaknya hati-hati terhadap obat-obatan, wanita dengan masalah medis biasanya berusaha untuk melakukan pola hidup sehat, dan biasanya kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita dengan masalah medis itu harus mempertimbangkan risiko tersebut sebelum memutuskan untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang mendapatkan perawatan dari perinatologis selama kehamilan. Walaupun kejadiannya jarang dalam kasus penyakit jantung berat, misalnya,  risiko ibu begitu tinggi untuk hamil sehingga ia tidak lagi harus mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau dengan kata lain mutlak tidak boleh hamil.

I.         ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
a.    Riwayat Kesehantan
1)   Alasan masuk rumah sakit
2)   Riwayat kesehatan sekarang: Jika pasien sadar tanyakan keluhan yang dirasakan pasien saat ini dan tanyakan apakah pasien sering memeriksakan kehamilan nya atau tidak.
3)   Riwayat kesehatan yang lalu dan keluarga
a)      Tanyakan apakah keluarga penderita ada menderita penyakit menular (AIDS, Hepatitis)
b)      Tanyakan apakah ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan (Hipertensi, DM)
4)   Riwayat Aktivitas Sehari-hari
Kaji aktivitas dan kemampuan motorik (ADL), meliputi:
a)      Pemenuhan Nutrisi – Cairan : pola makan dan minum
b)      Pemenuhan Eliminasi : Oliguria < 400 ml/ 24 jam
c)      Tidur-istirahat : Kurang istirahat – tidur (cemas)
d)     Aktivitas :  ada gangguan atau tidak
5)   Data Psikologis, sosiologi dan spiritual: Tanyakan perasaan pasien saat ini (sedih, cemas, takut), bagaimana kegiatan ibadahnya.
b.    Pemeriksaan fisik
1)      Status kesehatan umum: Kaji tingkat kesadaran pasien.
2)      Menimbang berat badan
3)      Mengukur TTV
4)      Kepala: lakukan pemeriksaan kepala (nyeri kepala)
5)      Muka: kaji keadaan edema wajah
6)      Mata: adanya gangguan penglihatan
7)      Telinga: gangguan pendengaran
8)      Hidung: Mukosa, bentuk hidung
9)      Mulut dan faring: Kaji kondisi mulut
10)  Leher: Pembengkakan, Nyeri pada leher
11)  Thoraks  paru: Pneumonia/ edema paru pada ibu hamil akibat kelanjutan edema anasarka. Jantung: Dekom
12)  Abdomen: Nyeri ulu hati, bising usus tidak normal, cepat/ lambat. Mengukur tinggi fundus.
13)  Ekstrimitas: edema
14)  Sistem integumen: turgor kulit jelek
2.    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a.    Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerulus.
b.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, mual muntah
c.    Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d aliran darah keotak menurun
d.   Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e.    Kurangnya pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi tentang penyakitnya.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravid

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.

Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik.

B.       Saran
Dalam penulisan makalah yang berjudul asuhan keperawatan resiko tinggi dan komplikasi pada kehamilan, kelompok mengharapkan kepada pembaca agar mampu memahami dan mencegah resiko tinggi dan komplikasi pada kehamilan dan kepada perawat mampu menerapkan asuhan keperawataan pada pasien dengan kehamilan resiko tinggi serta komplikasinya. Namun, kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Kehamilan dan persalinandengan risiko. Dalam: Obstetri patologi. Bandung: Elstar Offset, 1984;260-22.

Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo, 19993.

Ibu hamil risiko tinggi. Available from: http:///www.hanyawanita.com/ mother_child/pregnancy. Last updated, 2010











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SURAT LAMARAN KERJA BIDAN

  Bandar Lampung, …………….. Hal : Lamaran Pekerjaan   Kepada Yth. …………….. di- Tempat Dengan hormat,         Sehubungan d...