KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.
Bandar Lampung, Maret
2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi
sampai lahirnya janin lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses
patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat
mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat
dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah
pada trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema
ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan terutama bila diikuti peningkatan
tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada trimester pertama
dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi
blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung
sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal
patologis yaitu abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan
yang dapat mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan
yang dihadapi. kehamilan risiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi
serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan
memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Agar kelompok dan pembaca dapat memahami
konsep dasar dari kehamilan resiko tinggi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi
pengertian kehamilan risiko tinggi.
b.
Mengidentifikasi
faktor kehamilan risiko tinggi.
c.
Mengidentifikasi
cara menentukan kehamilan risiko tinggi.
d.
Mengidentifikasi
tentang penatalaksanaan kehamilan risiko tinggi.
e.
Mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan pada kehamilan resiko tinggi.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian
Kehamilan (gestasi) adalah kondisi
seorang ibu dengan perkembangan janin yang ada di dalam perutnya. Kehamilan
biasanya merupakan peristiwa bahagia. Namun, beberapa komplikasi pengalaman
yang terjadi pada perempuan selama ataupun sebelum kehamilan akan mengancam kesejahteraan
ibu dan bayi. Setiap kehamilan memiliki risiko. Karena itulah menjelang hamil,
seorang calon ibu perlu menyiapkan kondisinya secara istimewa.
Kehamilan terjadi selama 40 minggu
antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida,
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk
pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum
pernah hamil dikenal sebagai gravida.
Dalam masyarakat definisi medis
dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap
berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa
triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3
menandakan awal ‘viabilitas‘, yang berarti janin dapat tetap
hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
Karena kemungkinan viabilitas
janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali
menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah sebuah pribadi hidup yang baru.
Kehamilan risiko tinggi adalah
kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih
besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa
kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.
Secara garis besar, kelangsungan
suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan
keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan
bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan
bayi dalam kandungan akan berjalan baik.
Kehamilan manusia terjadi selama
40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dankelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida,
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudianjanin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk
pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum
pernah hamil dikenal sebagai gravida.
Masa kehamilan biasanya terbagi
dalam periode, yang dikenal sebagai triwulan, yaitu :
1.
Triwulan I : berlangsung hingga minggu
kehamilan ke-13
Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang cepat. Pada masa ini risiko keguguran
juga termasuk tinggi.
Dari Zigot menjadi Embrio
Zigot adalah sebuah kumpulan sel yang terbagi
hingga mencapai 100 sel, yang kemudian disebut dengan blastocyst, yaitu bagian
dalam dari sel yang mana akan membentuk embrio. Sementara bagian luar dari sel
akan membentuk plasenta yang kemudian memberikan nutrisi dan kehidupan bagi
janin.
Tiga minggu sebelum terjadinya kehamilan,
blastocyst akan melekat pada dinding rahim ibu, dan kemudian melepaskan hCG.
Hal ini akan terjadi hanya beberapa hari setelah pembuahan. Dokter kandungan
biasanya akan mulai menghitung masa 40 minggu kehamilan, dari tanggal hari
pertama haid ibu yang terakhir (walaupun biasanya pembuahan sering terjadi 2
minggu setelahnya, yaitu masa subur ibu).
Pada usia 5 minggu, otak, sumsum tulang
belakang, jantung dan beberapa organ lainnya mulai terbentuk. Saat ini embrio
dibentuk dari 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Setiap jaringan
dan organ janin akan dibentuk dari 3 lapisan ini. Ectoderm akan membentuk
sistem saraf dan tulang belakang, mesoderm akan membentuk jantung dan sistem
peredaran darah, dan endoderm akan membentuk paru – paru, sistem pencernaan,
kelenjar tiroid, hati, dan pankreas. Sementara itu, plasenta dan tali pusar
mulai terbentuk, dimana tali pusar akan berfungsi untuk mengirimkan
nutrisi dan makanan untuk embrio yang masih berkembang.
Walaupun saat ini embrio masih seukuran biji
beras, ibu hamil akan mulai merasakan tanda-tanda awal kehamilan seperti mual
muntah di pagi hari, sering buang air kecil, mengantuk, dan keinginan untuk
suatu jenis makanan. Payudara mulai terasa membesar, dan lebih lembek. Beberapa
ibu bahkan mulai bertambah berat badannya. Tetapi pada umumnya, karena mual
muntah, berat badan akan menurun. Pada masa inilah biasanya ibu mulai
berkunjung ke dokter kandungan, dan pada minggu kelima ini, USG sudah dapat
menangkap detak jantung janin.
Ibu harus extra hati – hati pada trimester
pertama ini, karena saat inilah organ – organ utama janin mulai dibentuk.
Sebaiknya ibu menghindari minum alkohol, obat – obatan tanpa pengawasan dokter,
kafein, dan rokok. Ibu juga dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi,
berolahraga ringan secara teratur dan mengkonsumsi vitamin untuk memperkuat
janin yang biasanya berupa asam folat
Dari embrio menjadi janin
Pada minggu – minggu terakhir trimester 1,
embrio mulai memiliki bentuk seperti struktur wajah dan tunas yang kemudian
membentuk tangan dan kaki.
Pada minggu ke 8, embrio kemudian menjadi
janin. Organ – organ tubuh seperti ginjal, hati, paru – paru dan otak mulai
berfungsi. Jari – jari mulai berbentuk demikian juga alat kelamin (yang belum
dapat terlihat karena belum berbentuk penis ataupun vagina).
2.
Triwulan II : berlangsung dari minggu
ke-14 hingga minggu kehamilan ke-27
Pada trimester 2 inilah banyak terjadi
perubahan dalam dirinya. Mual – muntah di pagi hari mulai hilang, rasa malas
dan lemas tidak lagi dirasakan. Kesimpulannya, banyak yang merasakan
dirinya kembali sehat pada trimester 2 ini. Napsu makan mulai kembali, bahkan
mungkin menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Namun ada banyak juga wanita
hamil yang pada trimester 2 ini mulai sering merasakan nyeri lambung (sakit
maag).
Walaupun saat ini ukuran janin hanya beberapa
centimeter (masih sangat kecil), namun perut ibu mulai bertambah besar.
Kelenjar susu pada payudara ibu mulai bekerja untuk produksi susu. Pada
trimester inilah, payudara ibu mulai memproduksi cairan kekuningan yang kaya
nutrisi untuk bayi, yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum akan menjadi
makanan pertama begitu bayi lahir hingga beberapa hari setelahnya.
Sekarang janin sudah mulai bergerak dan
menendang, namun ibu belum dapat merasakannya. Ukuran kepala janin yang semula
jauh lebih besar dari tubuhnya, sekarang mulai mengecil dan menjadi lebih
proporsional. Saat ini janin memiliki rambut tipis dan halus, tumbuh di seluruh
tubuhnya yang disebut dengan lanugo. Ginjal janin dan saluran kemih mulai
memproduksi air kemih yang kemudian dikeluarkan ke air ketuban. Sel – sel darah
merah pun mulai diproduksi.
Minggu ke-15, ukuran janin kurang lebih 10-13
cm dengan berat sekitar 200 gram. Walaupun kelopak matanya masih menutup, namun
ia mulai sensitif terhadap sinar yang dapat tertangkap oleh matanya. Terkadang,
dokter kandungan sudah dapat melihat jenis kelamin janin melalui USG saat ibu
melakukan kunjungan di minggu ke 15 atau 16 ini.2
Antara minggu ke 16 dan 20, janin mulai dapat
mendengar suara dari luar rahim ibunya, bahkan dapat mengenali suara ibunya
sendiri. Wajahnya pun sudah dapat melakukan bermacam – macam ekspresi seperti
meringis, merengut, tersenyum, dan lain – lain. Kepalanya mulai tumbuh rambut,
tengkorak-nya pun mulai mengeras, dan jutaan syaraf kecil pada otaknya mulai
memerintahkan otot untuk bergerak. Organ reproduksi-nya mulai terlihat jelas.
Di akhir minggu ke 19 atau 20, ibu mulai dapat merasakan tendangan kecil pada
dinding rahim.
Beberapa wanita hamil terlihat lebih cerah
dan “bersinar”. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke
wajah ibu. Banyak pula ibu hamil yang pada perut bagian bawahnya timbul garis –
garis hitam. Garis – garis hitam ini timbul karena adanya peningkatan pada
pigmen kulit atau melanin, yang biasanya akan hilang setelah melahirkan.
Pada beberapa wanita juga akan timbul stretchmark yang biasanya juga akan
hilang setelah melahirkan.
Pada minggu ke-20, panjang janin sekitar 15 –
17 cm, dengan berat hampir 1 kg. Sistem pencernaannya mulai berfungsi lebih
banyak dan memproduksi mekonium. Tubuhnya diselimuti dengan semacam cairan
kental berwarna putih yang disebut vernix caseosa, dimana cairan ini berguna
untuk melindungi kulitnya dari air ketuban di dalam rahim ibu.
Untuk melatih sistem pencernaan dan paru –
parunya, janin mulai dapat menelan dan “menghirup” air ketuban. Paru – parunya
akan memproduksi suatu zat yang disebut surfactant, dimana zat ini akan membuat
kantung udara dalam paru – parunya mengembang begitu ia dilahirkan ke dunia.
Saat ini, kemungkinan besar wajah ibu hamil
akan timbul jerawat, karena kulitnya memproduksi minyak lebih banyak. Pada
beberapa kasus juga timbul varises pada kaki ibu. Perubahan lain yang dialami
ibu hamil saat ini adalah payudara yang semakin membesar, perubahan warna
kulit, sakit maag, dan kesulitan buang air besar.
Minggu 27 adalah minggu terakhir dari
trimester kedua. Saat ini, janin telah tumbuh hingga 35 cm dengan berat sekitar
1 kg. Tubuhnya sudah terlihat seperti bayi yang baru lahir. Jika terpaksa
dilahirkan pada masa ini, ia sudah mempunyai kemungkinan untuk hidup walaupun
akan menghadapi banyak masalah bersangkutan dengan kesehatannya.
3.
Triwulan III : berlangsung dari minggu
ke-28 hingga masa kelahiran
Dalam masa 12 minggu ke depan, perkembangan
janin di dalam rahim akan mencapai kesempurnaan, dan bersiap – siap untuk
menjalani proses kelahiran. Panjang badannya kurang lebih 40 cm dengan berat
badan sekitar 1,5 kg. Tubuhnya mulai berisi karena terbentuknya lemak di bawah
kulitnya. Lemak yang terbentuk ini akan membantu janin dalam mengatur suhu tubuhnya
begitu ia dilahirkan. Otak-nya sekarang lebih besar dan lebih
terstruktur, demikian juga tengkorak kepala-nya yang mulai menyesuaikan
dengan pertumbuhan otak.
Seiring dengan pertumbuhan janin, perut ibu
mulai semakin membesar dan berbagai rasa tidak nyaman akan muncul. Mungkin ibu
hamil akan merasa kesulitan untuk tidur (insomnia). Adanya tekanan pada
diafragma ibu membuatnya sering sesak napas. Ini juga akibat dari perut yang
membesar dan menekan organ – organ pencernaan ke atas dan tentu saja membuat
ibu menjadi semakin tidak nyaman. Ibu juga akan merasakan pegal pada punggung
dan kakinya, juga keinginan untuk buang air kecil yang semakin sering karena
pertumbuhan janin yang semakin besar kini semakin menekan kandung kemih.
Kebanyakan, pada trimester 3, otot – otot
pada dinding rahim ibu hamil mulai melakukan “latihan” kontraksi yang disebut
kontraksi palsu atau kontraksi braxton hicks. Terkadang kontraksi ini
dirasa sangat kencang sehingga ibu mengira sudah mengalami proses persalinan.
Kontraksi palsu ini hanya berlangsung sesekali dan tidak memiliki interval yang
sama. Jika posisi ibu dirubah, kontraksi palsu kadang akan hilang dengan
sendirinya. Berhati – hatilah akan adanya kelahiran prematur jika pada
trimester 3, terjadi kontraksi yang dianggap palsu, namun terjadi secara
teratur dan semakin kencang.
Pada minggu ke 32, janin sudah dapat
menggerakkan bola matanya dan dapat membedakan gelap dan terang. Saat ini,
penambahan berat badan bayi berlangsung lebih cepat yaitu sekitar 200 hingga
250 gram per minggu. Sekarang ukuran janin sudah mencapai kurang lebih 45 cm.
Rambutnya sudah mulai melebat, dan ia juga sudah memiliki kuku pada jari – jari
tangan dan kakinya.
Rahim ibu mulai terasa sesak baginya,
sehingga gerakan janin tidak leluasa seperti sebelumnya. Tendangan –
tendangannya mulai terasa lebih kencang daripada sebelumnya, dan terkadang
membuat perut ibu berubah bentuk karena posisi janin yang berubah – ubah dan
terus bergerak.
Pada minggu ke 35, panjang janin mencapai
antara 47-50 cm dengan berat kurang lebih 2,5 hingga 3 kg. Rambut halus di
sekujur tubuhnya perlahan – lahan mulai rontok. Cairan kental berwarna putih
yang melindungi tubuhnya dari air ketuban juga mulai menghilang. Seluruh organ
tubuh janin semakin mendekati sempurna.
Biasanya pada bulan terakhir di trimester 3,
dokter kandungan meminta ibu untuk datang tiap seminggu sekali sampai saatnya
melahirkan. Normalnya, pada minggu ke 35 kepala janin sudah berada di bawah,
dan semakin mendekati jadwal kelahirannya, kepala janin akan menempati posisi
engaged pada jalan lahir (terkunci pada jalan lahir). Karena posisi “terkunci”
ini lah, kadang ibu merasakan sakit pada selangkangan dan pangkal paha jika
sedang berjalan. Ibu hamil pun mungkin sudah dapat lebih lega dalam bernapas,
tidak sesak seperti sebelumnya karena posisi janin sudah turun ke jalan lahir.
Walaupun jadwal kelahiran biasanya ditetapkan
pada 40 minggu, namun mulai minggu ke 37 sebenarnya janin sudah sempurna dan
dapat dilahirkan dengan sehat. Panjangnya mungkin sudah mencapai 50 cm atau
lebih dengan berat normal sekitar 2,8 hingga 3,3 kg.
Minggu ke 40 adalah masa yang sesuai dengan
perhitungan tanggal kelahiran (due-date). Namun sedikit sekali ibu yang
melahirkan tepat dan sesuai dengan tanggal perkiraan kelahiran. Kebanyakan
melahirkan beberapa hari lebih cepat atau lebih lambat. Namun jika hingga
minggu ke 42 ibu belum juga melahirkan, biasanya dokter kadungan akan
menggunakan metode induksi untuk memancing kontraksi agar janin dilahirkan. Hal
ini karena takut terjadi keracunan air ketuban bagi janin yang sudah melewati
jadwal perkiraan lahir.
B.
Antenatal Care
Pengertian Antenatal Care /Asuhan
antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan.
Tujuan Antenatal Care :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
3. Mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
4. Mempersiapkan persalinan cukup
bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan
keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Kunjungan Ante Natal Care ( ANC )
1. Kunjungan
antenatal care ( ANC ) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu :
1. Kali pada trimester pertama, yaitu
:
a.
Membina
hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata rantai
penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.
b.
Mendeteksi
masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam jiwa.
c.
Mencegah
masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan.
d.
Memulai
persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e.
Mendorong
perilaku yang sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya ).
1. Kali pada trimester kedua (
sebelum minggu ke 28 ),yaitu
a.
Sama seperti
kunjungan pada trimester pertama.
b.
Perlu
kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia, pantauan tekanan darah, periksa
protein urine dan gejala yang lainnya.
1. 2 kali pada trimester ketiga,
yaitu :
a.
Sama seperti
kunjungan sebelumnya.
b.
Perlu adanya
palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.
c.
Deteksi
kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit.
2. Asuhan
Standar minimal 7T, yaitu
a. Timbang berat badan,
b. Mengukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri (TFU),
1)
Mengukur
tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh kembang janin.
2)
Untuk
mengetahui usia kehamilan.
3)
Pada kehamilan
diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm).
4)
Jika usia
kehamilan kurang dari 20 minggu menggunakan petunjuk-petunjuk badan.
Pemberian imunisasi TT lengkap,
1)
TT1 dapat
diberikan pada kunjungan ANC pertama.
2)
TT2 diberikan
4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
3)
TT3 diberikan
6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
4)
TT4 diberikan
1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
5)
TT5 diberikan
1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.
Pemberian Tablet Fe
1)
Tablet Fe dapat
diberikan setelah rasa mual hilang.
2)
Pemberian
minimal 90 tablet selama kehamilan.
3)
Tablet Fe
tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
4)
Tablet Fe bisa
diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.
a) Tes terhadap penyakit menular
seksual, dan
b) Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.
Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah
merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah
satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu. Skrining pertama
dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok dengan
faktor resiko.
Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat
diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang
masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining
berulang, secara periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap
enam bulan.
Tujuan Skrining antenatal :
1) Melakukan Deteksi dini Resiko
Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya.
2) Menemukan ibu risiko tinggi dengan
pengertian kemungkinan terjadinya risiko kematian/kesakitan ibu
3) Memberi penyuluhan dalam bentuk
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu
hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untukpersiapan mental,
biaya dan transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan tempat
dan penolong menuju persalinan aman.
4) Membantu untuk memecahkan
permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan
kelompok resiko pada ibu hamil.
C.
Kehamilan Resiko Tinggi
Berbagai faktor yang menyebabkan
ada perempuan yang tergolong sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi
bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini
yang bisa menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat
menimbulkan kematian pada ibu dan janin. Adapun kehamilan yang memiliki
risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila
dibandingkan dengan Ibu hamil yang normal yang disebut dengan kehamilan resiko
tinggi.
Kehamilan risiko tinggi dibagi
dalam 4 golongan :
1. Penyakit
yang menyertai kehamilan
a. Penyakit yang berhubungan dengan
pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam
darah dan tingginya kadar protein dalam urin.
b. Inkompatibilitas darah atau
ketidaksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan ibu yang dapat
menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus.
c. Endokrinopati atau kelainan
endokrin seperti penyakit gula
d. Kardiopati atau kelainan jantung
pada ibu yang tidak memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan
melahirkan.
e. Haematopati atau kelainan darah,
misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya
perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa.
f. Infeksi, misalnya infeksi TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat
membahayakan ibu dan janin.
2. Penyulit
kehamilan
a. Partus prematurus atau melahirkan
sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini merupakan
sebab kematian neonatal yang terpenting.
b. Perdarahan dalam kehamilan, baik
perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh abortus atau keguguran,
kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan hamil mola, maupun
perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan oleh plasenta
previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak normal
dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum waktunya.
c. Ketidaksesuaian antara besarnya
rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion atau cairan ketuban yang
banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan pertumbuhan janin dalam
kandungan.
d. Kehamilan serotin atau kehamilan
lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
e. Kelainan uterus atau kandungan,
misalnya bekas seksio sesarea.
3. Riwayat
obstetris yang buruk
a. Kematian anak pada persalinan yang
lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital (cacat bawaan)
b. Satu atau beberapa kali mengalami
partus prematurus atau melahirkan belum pada waktunya.
c. Abortus habitualis atau keguguran
yang terjadi berulang kali dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3
kali berturut-turut.
d. Infertilitas tidak disengaja lebih
dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk menunda kehamilan dengan cara
apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil.
4. Keadaan
ibu secara umum
a. Umur ibu, kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun
b. Paritas atau banyaknya melahirkan,
berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak.
c. Berat badan ibu, yaitu ibu yang
terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk.
d. Tinggi badan ibu, yaitu tinggi
badan kurang dari 145 cm.
e. Bentuk panggul ibu yang tidak
normal.
f. Jarak antara dua kehamilan yang
terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.
g. Ibu yang tidak menikah,
berhubungan dengan kondisi psikologis
h. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
i.
Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.
D.
Komplikasi Kehamilan Resiko
Tinggi
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan
oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi pada janin maupun pada ibu. Antara
lain :
1. Bayi
a. Bayi lahir belum cukup bulan.
b. Bayi lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR)
c. Janin mati dalam kandungan.
2. Ibu
a.
Keguguran (abortus).
b.
Persalinan tidak lancar / macet.
c.
Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
d.
Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
e.
Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
penyakit dan efek yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu hamil
tersebut selama kehamilannya. Jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan agar
dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan atau perawatan yang sebaiknya
dilakukan selama kehamilan.
E.
Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi
Penanganan terhadap pasien dengan
kehamilan risiko tinggi berbeda-beda tergantung dari penyakit apa yang sudah di
derita sebelumnya dan efek samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan.tes penunjang sangat diharapkan dapat
membantu perbaikan dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan.
Kehamilan dengan risiko tinggi
harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yng
intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal.
Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit
dalam dan ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja
tim antara berbagai ahli. Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu
dipertimbngkan oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan
induksi persalinan atau tidak.
F.
Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Pendekatan risiko pada ibu hamil
merupakan strategi operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan
kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan
memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada risiko ibu hamil dengan cepat
serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk itu
diperlukan skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan untuk
mengetahui ada tidaknya faktor risiko pada ibu hamil tersebut.
Pengenalan adanya Resiko Tinggi
Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara
pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas
kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK,
Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.
Setiap kontak pada saat melakukan
skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang tempat dan
penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam
keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah
mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan Dini
Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.
Mengingat sebagian besar kematian
ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang
meyebabkan kematian ibu, yaitu :
1. Mencegah terlambat mengenali tanda
bahaya resiko tinggi
2. Mencegah terlambat mengambil
keputusan dalam keluarga
3. Mencegah terlambat memperoleh
transportasi dalam rujukan
4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan
gawat darurat secara memadai
G.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Darah
Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter
setelah Anda dinyatakan positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk
diperiksa apakah terinfeksi virus tertentu atau resus antibodi.
Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran
menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki
risiko yang tinggi memiliki bayi dengan Down Syndrom.
2. Alfa
Fetoprotein (AFP)
Tes ini hanya pada ibu hamil dengan
cara mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu
ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP)
yang tinggi menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida
(perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak
terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang
tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat
lahir rendah.
3. Sampel Chorion
Villus (CVS)
Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter
karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan
untuk memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa
penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada janin
seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan
sindroma Down.
4. Ultrasonografi
(USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan
strukturapada janin, seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang
tidak berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan
oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada
pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah
cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin.
Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala,
tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal
yang bisa diketahui lewat USG.
5. Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila
calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko
cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down
atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui
dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan
kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik,
kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16
dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di
laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk
mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.
6. Sampel darah
janin atau cordosentesis
Sampel darah janin yang diambil dari tali
pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi
oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20
minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan
gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada
darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.
7. Fetoskopi
Meski keuntungan tes ini bisa menemukan
kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun
tes ini jarang digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar
3 persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan
menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-lensa.
Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut
dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu
saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi
lokal.
8. Biopsi Kulit
Janin
Pemeriksaan ini jarang dilakukan di
Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius
pada genetika kulit yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa
lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan
pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya
tes ini dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu.
H.
Prognosis
Prognosis untuk ibu dengan
kehamilan resiko tinggi tergantung pada ringan beratnya penyakit yang dialami
ibu. Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk seorang ibu
untuk hamil dikarenakan jika ibu tersebut hamil maka akan membawa beresiko pada
bayi yang dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid, pada
penyakit ini glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang tidak
stabil, bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah dari hormon thyroid
yang abnormal dapat mnyebabkan masalah pada kehamilan sehingga dapat mengganggu
kesehatan bayi yang ada dalam kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini
dapat dibantu dengan pengobatan.selama jumlah dari hormon thyroid masih dalam
batas yang terkontrol selama kehamilan maka tidak akan ada masalah selama
kehamilan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya.
Ada beberapa kondisi yang biasanya
tidak berhubungan dengan kehamilan tapi dapat timbul suatu kondisi yang dipicu
oleh kehamilan itu sendiri. Seperti asma, epilepsi, dan colitis ulcerative.
Contohnya beberapa ibu dengan riwayat cholitis ulcerative akan menunjukkan
kondisi dengan gejala yang lebih berat selama kehamilan, sementara yang lainnya
ada juga yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama kehamilan ataupun
dapat membaik selama kehamilannya . hal yang sama juga bisa dialami oleh
ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan mengalami perbaikan selama
kehamilannya, dan juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga ada yang merasa
tidak berpengaruh pada kehamilannya. Kondisi ini memang sulit untuk
diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi
kondisi yang demikian, pada intinya semua wanita dengan penyakit kronik
sebaiknya harus kontrol secara rutin selama kehamilannya.
Ada beberapa kelompok dari kondisi
medis yang dapat berdampak langsung pada kehamilan. Wanita dengan lupus
(penyakit yang disebabkan perubahan pada sistem imun yang mengakibatkan
peradangan pada jaringan penyokong dan organ – organ) atau dengan penyakit
ginjal mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya. Kehamilan dapat
menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara signifikan dan dapat
menuju tingkat yang lebih serius. Oleh karena penyakit ini dapat mempengaruhi
kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke bayi melalui plasenta,
hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi. Bayi-bayi ini mungkin tidak dapat
berkembang dan mengalami pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi
pertumbuhan intrauterin). Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi lahir
meninggal.
Diabetes adalah suatu kondisi
dimana dapat terjadi karena dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan itu sendiri.
Diabetes dapat menyebabkan keguguran, defek kelahiran, kematian pada bayi baru
lahir. Ketika seorang wanita mengontrol kadar gula dalam darahnya dengan
hati-hati dan mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan insulin, hal itu tidak
berarti menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya, kehamilan membuat
diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara keseluruhan, gula darah dan
kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani kehamilan.
Ada beberapa hal yang dapat
sedikit mengurangi komplikasi selama kehamilan yaitu dengan sering berkunjung
ke penyedia layanan kesehatan dan hendaknya hati-hati terhadap obat-obatan,
wanita dengan masalah medis biasanya berusaha untuk melakukan pola hidup sehat,
dan biasanya kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat
menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita dengan
masalah medis itu harus mempertimbangkan risiko tersebut sebelum memutuskan
untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang mendapatkan perawatan dari
perinatologis selama kehamilan. Walaupun kejadiannya jarang dalam kasus
penyakit jantung berat, misalnya, risiko ibu begitu tinggi untuk hamil
sehingga ia tidak lagi harus mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau dengan
kata lain mutlak tidak boleh hamil.
I.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Kesehantan
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Riwayat kesehatan sekarang: Jika pasien sadar
tanyakan keluhan yang dirasakan pasien saat ini dan tanyakan apakah pasien
sering memeriksakan kehamilan nya atau tidak.
3) Riwayat kesehatan yang lalu dan keluarga
a) Tanyakan apakah keluarga penderita ada
menderita penyakit menular (AIDS, Hepatitis)
b) Tanyakan apakah ada anggota keluarga
menderita penyakit keturunan (Hipertensi, DM)
4)
Riwayat
Aktivitas Sehari-hari
Kaji aktivitas dan kemampuan
motorik (ADL), meliputi:
a)
Pemenuhan
Nutrisi – Cairan : pola makan dan minum
b)
Pemenuhan
Eliminasi : Oliguria < 400 ml/ 24 jam
c)
Tidur-istirahat
: Kurang istirahat – tidur (cemas)
d)
Aktivitas
: ada gangguan atau tidak
5)
Data
Psikologis, sosiologi dan spiritual: Tanyakan perasaan pasien saat ini (sedih,
cemas, takut), bagaimana kegiatan ibadahnya.
b.
Pemeriksaan fisik
1)
Status
kesehatan umum: Kaji tingkat kesadaran pasien.
2)
Menimbang
berat badan
3)
Mengukur TTV
4)
Kepala:
lakukan pemeriksaan kepala (nyeri kepala)
5)
Muka: kaji
keadaan edema wajah
6)
Mata: adanya
gangguan penglihatan
7)
Telinga:
gangguan pendengaran
8)
Hidung:
Mukosa, bentuk hidung
9)
Mulut dan
faring: Kaji kondisi mulut
10) Leher: Pembengkakan, Nyeri pada leher
11) Thoraks paru: Pneumonia/ edema paru pada ibu
hamil akibat kelanjutan edema anasarka. Jantung:
Dekom
12) Abdomen: Nyeri ulu hati, bising usus tidak
normal, cepat/ lambat. Mengukur tinggi fundus.
13) Ekstrimitas: edema
14) Sistem integumen: turgor kulit jelek
2. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul
a. Kelebihan volume cairan b.d
menurunnya laju filtrasi glomerulus.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, mual muntah
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d
aliran darah keotak menurun
d. Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan
e. Kurangnya pengetahuan b.d kurang
terpaparnya informasi tentang penyakitnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah
gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil
untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang
belum pernah hamil dikenal sebagai gravid
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang
akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik
terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan
nifas normal.
Secara garis besar, kelangsungan suatu
kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan
keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan
bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan
bayi dalam kandungan akan berjalan baik.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah yang berjudul asuhan
keperawatan resiko tinggi dan komplikasi pada kehamilan, kelompok mengharapkan
kepada pembaca agar mampu memahami dan mencegah resiko tinggi dan komplikasi
pada kehamilan dan kepada perawat mampu menerapkan asuhan keperawataan pada
pasien dengan kehamilan resiko tinggi serta komplikasinya. Namun, kelompok menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar
Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Kehamilan dan persalinandengan risiko. Dalam:
Obstetri patologi. Bandung: Elstar Offset, 1984;260-22.
Wiknjosastro
H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo, 19993.
Ibu hamil
risiko tinggi. Available from: http:///www.hanyawanita.com/
mother_child/pregnancy. Last updated, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar