KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Kanker
Servik dan Vagina”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Bandar Lampung, Maret 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker
adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak
dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat
sel kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu
kegagalan morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya
pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh
struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Menurut
Guyton, Arthur C. ,Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang proses dasar
kehidupan sel, yang hampir semuanya menambah genom sel (komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan
pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker.
Penyebab
perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen atau
lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen;
atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen
kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang
mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker
tidak menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat
mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel
pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun pada tumor merupakan sebuah
klon.
Pada makalah ini
kami akan membahas tentang Kanker Serviks. Kanker serviks adalah kanker yang
terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang
menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker
merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya
meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut rahim) adalah penyakit
pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini
sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks
baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. Sampai saat ini
kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang
tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah,
status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan
sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta
dalam menentukan prognosis dari penderita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Kanker?
2. Apa
perbedaan Tumor dengan Kanker?
3. Apa
yang dimaksud dengan Kanker Serviks?
4. Apa
tanda – tanda terkena Kanker Serviks?
5. Apa
penatalaksanaan dari Kanker Serviks?
6. Apa
saja stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya?
7. Bagaimana
diagnosis dari Kanker Serviks?
8. Bagaimana
cara mencegah kanker serviks?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan Kanker
2. Untuk
mengetahui perbedaan Tumor dengan Kanker
3. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan Kanker Serviks
4. Untuk
mengetahui tanda – tanda terkena Kanker Serviks
5. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari Kanker Serviks
6. Untuk
mengetahui stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya
7. Untuk
mengetahui diagnosis dari Kanker Serviks
8. Untuk
mengetahui cara mencegah kanker serviks
BAB II
PEMBAHASAN DAN
ISI
A. Pengertian
a.
Kanker
Kanker adalah suatu
pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak dapat diatur.
Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat sel kanker
yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu kegagalan
morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya pertumbuhan
kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh struktur normal
serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Setiap kanker mulai dengan
sebuah sel. Kejadian apapun yang mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah
sebuah sel kanker. Sel kanker tidak menyerang massa sel, maskipun pada stadium
akhir kanker, badan dapat mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu
adalah keturunan sebuah sel pendahulunya. Sifat sel kanker adalah :
1. Bentuk dan struktur sel
bermacam-macam (polymorph)
Karena
adanya perbedaan bentuk dan susunan dengan sel normal asalnya, maka dapat
dibuat diagnosa patologi kanker.
2. Tumbuh autonom
Sel kanker
itu tumbuh terus tanpa batas (immortal), liar, semaunya sendiri,
terlepas dari kendali pertumbuhan normal sehingga terbentuk suatu tumor
(benjolan) yang terpisah dari bagian tubuh normal.
3. Mendesak dan merusak sel-sel normal
disekitarnya
Sel-sel
tumor itu mendesak (ekspansif) sel-sel normal disekitarnya, yang berubah
menjadi kapsel yang membatasi pertumbuhan tumor. Pada tumor jinak kapsel itu
berupa kapsel sejati yang memisahkan gerombolan sel tumor dengan sel-sel
normal, sedang pada tumor ganas berupa kapsel palsu (pseudokapsul), sehingga
kapsel itu dapat ditembus atau diinfiltrasi oleh sel kanker
4. Dapat bergerak sendiri (amoeboid)
Sel-sel
kanker itu dapat bergerak sendiri seperti amoeba dan lepas dari gerombolan
sel-sel tumor induknya, masuk diantara sel-sel normal disekitarnya. Hal ini menimbulkan :
a. Infiltrasi atau invasi ke jaringan
atau organ disekitarnya
b. Metastase atau anak sebar di
kelenjar limfe atau di organ lainnya. Penyebaran ini dapat melalui penyebaran
limfe (limfogen) maupun secara hematogen yaitu sel kanker masuk
kedalam pembuluh darah dan bersama aliran darah beredar keseluruh tubuh.
5.
Tidak mengenal koordinasi dan batas-batas kewajaran. Ketidakwajaran itu antara lain disebabkan oleh :
a. Kurang daya adesi dan kohesi
Karena
kurangnya daya adesi dan kohesi sel-sel kanker itu mudah lepas dari gerombolan
sel-sel induknya dan dapat bergerak menyusup diantara sel-sel normal.
b. Tidak mengenal kontak inhibisi
Sel-sel
normal akan berhenti tumbuh jika ada kontak dengan sel normal disekitarnya,
sedangkan sel kanker tidak.
c. Tidak mengenal tanda posisi
Sel-sel
normal akan berhenti tumbuh jika berada pada tempat atau posisi yang tidak semestinya, sedang sel-sel kanker tidak, sehingga
dapat timbul anak sebar (metastase).
d. Tidak mengenal batas kepadatan
e. Sel normal akan berhenti tumbuh jika
kepadatan sel telah mencapai konsistensi tertentu, sedangkan sel kanker tidak.
6. Tidak menjalankan fungsinya dengan normal
Penyebab
Terbentuknya Kanker
Penyebab terbentuknya sel kanker
disebabkan mutasi dari sel sel normal sehingga mengalami pertumbuhan sel yang
abnormal dan difrensiasi fungsi sel. Setiap manusia terus menerus membentuk sel
sel yang memiliki kecenderungan untuk menjadi kanker namun sistem kekebalan
manusia bekerja seperti burung pemakan bangkai yang akan menggigit sel sel yang
abnormal, untuk menghentikan kegiatan permulaan sebelum sempat memulai
kegiatannya sebagai sel kanker.
Mutasi sel yang membentuk sel
kanker, berasal dari rangkaian DNA kromosom didalam setiap sel yang mengalami
replikasi dengan diawali oleh proses mitosis, dan karena adanya proses
pengoreksian terhadap hasil replikasi. Proses pengoreksian ini akan memotong
dan memperbaiki sistem rangkaian DNA yang abnormal sebelum terjadi proses
mitosis. Namun, setiap tindakan perlindungan sel abnormal, tidak menutup
kemungkinan satu Dari setiap sel baru yang terbentuk mempunyai sifat mutasi
yang selanjutnya berkembang menjadi kanker, apabila antibody tubuh tidak dapat
mencegah perkembangannya
b. Tumor
Tumor sebenarnya adalah
pembengkakkan yang disebabkan oleh adanya inflamasi atau peradangan dan
pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam tubuh. Tipe tumor berdasarkan
pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor ganas (malignant tumor) dan tumor
jinak (benign tumor). Nah, tumor ganas ini sering juga disebut dengan bersifat
Kanker. Tetapi kemungkinan tumor jinak menjadi ganas bisa saja tapi sangat
jarang terjadi, biasanya pada Tumor yang sudah terlalu lama dan besar. Misalnya
Fam (Fibroadenoma mamma), tumor jinak payudara bila dibiarkan bertahun-tahun
ada yang berubah jadi ganas, ini dikenal sebagai Progressi, persentase
kemungkinannya kira-kira hanya 0,5 % -1% saja. Tumor disebabkan oleh mutasi DNA
di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya
tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan
mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk
mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
B. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah
tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada
bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks
merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel
pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55
tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks
adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita
yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
C. Anatomi Fisiologi
1.
Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan
membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan
lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia
mayora
Labia
mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri
atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh
rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia
minora
Labia
minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia mayora,dengan
banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum
merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora), maka belakang
di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam vestibulum terdapat muara – muara
dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar
skene kiri dan kanan).
f. Himen
(selaput dara)
Lapisan
tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian
ini bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang
kaku dan yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu
jari.
g. Perenium
Terbentuk
dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh
kulit perenium
2.
Genetalia
interna
a. Vagina
Tabung
yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus dialiri
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai
uterus 7 1/2. Merupakan penghubung
antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm,
lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam
berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak
di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 71/2
cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
Bagian
uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kahamilan,
perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus
uteri
Bagian
uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut kavum uteri atau
rongga rahim.
3) Servik
uteri
Ujung
servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara kavum uteri dan
kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan
uterus, meliputi :
a)
Endometrium
b)
Myometrium
c)
Parametium
c. Ovarium
Merupakan
kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah merupakan
tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d. Tuba
fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang
tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam
uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi
pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri
dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada
ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk
kedalam tuba.
D. Etiologi
Kanker
serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas,
jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab
terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks yaitu :
1. HPV
( Human Papiloma Virus )
HPV
adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Ada 8 tipe HPV yang berhubungan dengan kanker serviks
adalah :
1) HPV
resiko rendah : HPV 6 dan 11
2) HPV
resiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan
seksual dengan masa inkubasi selama 3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV
adalah kondiloma akuminata yaitu kutil yang berbentuk kembang kol pada jaringan
ikat di tengahnya dan ditutup terutama dibagian atas epitel yang
hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada serviks dimana
lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian posterior.
Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan gangguan
pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan pembelahan sel
menjadi tidak terkontrol kearah keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat
dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma Intraepitel Serviks) atau
bentuk prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasif. Faktor
resiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan jarak persalinan
pendek, hubungan seksual dini dibawah 17 tahun, multipartner seksual, merokok
pasif dan aktif, status ekonomi rendah. Ko – faktor terdiri dari infeksi
klamidia trakomatis, HSV-2 HIV/AIDS, infeksi kronis dan lainnya.
Penyebab
terjadinya Kanker dari luar :
1. Merokok
Pada
wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan
seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 17 tahun) dan berganti -
ganti pasangan seksual
Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lesi
prakanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada usia dini, khususnya
sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum matangnya
daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos, Frekuensi
hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya resiko pada usia, tetapi
tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep
pria beresiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang
berkaitan dengan penyakit hubungan seksual. Terjadinya perubahan pada sel leher
rahim pada wanita yang sering berganti – ganti pasangan, penyebabnya adalah
sering terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda – beda sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dari dysplasia menjadi kanker.
3. Suami
atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18 tahun,
berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks
6. Pemakaian
Pil KB
Kontrasepsi
oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian.
7. Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
8. Defisiensi
Gizi
Terjadinya
peningkatan dysplasia ringan dan sedang yang berhubungan dengan defisiensi zat
gizi seperti beta karoten, vitamin A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi
sayuran dan buah yang mengandung bahan – bahan
antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker. Dari
beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C,
vitamin E, beta karoten atau retinol dapat meningkatkan resiko kanker serviks
9. Golongan
ekonomi lemah
Dikaitkan
dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan
yang rendah.
E. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
kanker sehingga menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel
yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan
nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem
urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah
keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau
busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan
dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker
serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan
mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi
saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit
merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan
kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury
pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif
kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan
tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat
diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.
F.
Manifestasi
Klinik / Tanda – tanda terkena Kanker Serviks
1. Keputihan
yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan
yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan
yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan
spontan saat defekasi.
6. Rasa
berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia
akibat pendarahan berulang.
8. Rasa
nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
G. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
Medis
Pengobatan
pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya
dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa
digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa
angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang
lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan
sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan
obat sitostatika antara lain :
a. Golongan
yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus termasuk
obat - obatan non spesifik.
b. Golongan
obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi termasuk
obat fase spesifik.
c. Golongan
obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2.
Penatalaksanaan
Keperawatan
Dalam lingkar
perawatan meliputi sebelum
pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan
untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam
perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda
infeksi, monitor intake cairan, beri
tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan
perawatan kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi internal yang
perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi
aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan
kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang
kateter sesuai indikasi, latihan nafas
panjan dan latihan rom dan jelaskan pada
keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya
yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler,
berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300 ml dan memberikan
support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi
post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia) , monitor
intake dan output cairan.
H. Stadium
Karsinoma Kanker Serviks
Klasifikasi internasional
tentang karsinoma serviks
uteri : Tingkat Kriteria
No.
|
Tahapan
(Stadium)
|
Proses
|
1.
|
Tahap
O
|
Kanker insitu,
kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
|
2.
|
Tahap
I
|
Karsinoma yang
benar – benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada
perluasan ke korpus uteri.
|
3.
|
Tahap
Ia
|
Karsinoma
mikroinvasif, bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki
stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
|
4.
|
Tahap
Ib
|
Secara klinis
sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
|
5.
|
Tahap
II
|
Kanker vagina,
lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga
bagian bawah) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi
|
6.
|
Tahap
IIa
|
Penyebaran
hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
|
7.
|
Tahap
IIb
|
Penyebaran ke
parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul.
|
8.
|
Tahap
III
|
Kanker
mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau
kedua dinding panggul. Penyakit modus limfa yang teraba tidak merata pada
dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu kedua ureter tersumbat
oleh tumor
|
9.
|
Tahap
IIIa
|
Penyebaran
sampai pada sepertiga bagian disertai distal vagina, sedang ke parametrium
tidak dipersoalkan.
|
10.
|
Tahap
IIIb
|
Penyebaran
sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi
antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II , tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
|
11.
|
Tahap
IV
|
Proses
keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum atau
kantong kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah terjadi metastasis
keluar panggul atau ketempat – tempat yang jauh.
|
12.
|
Tahap
IVa
|
Proses sudah
keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektum dan
kantong kemih.
|
13.
|
Tahap IVb
|
Telah terjadi penyebaran jauh
(parah).
|
I. Diagnosis
1. Sitologi
Pemeriksaan sitologi
dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi bermanfaat untuk mendeteksi sel
– sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat
ketelitiannya mencapai 90%.
2. Kalposkopi
Kalposkopi merupakan
pemeriksaan seviks dengan menggunakan alat kalposkopi yaitu alat yang disamakan
dengan mikroskop bertenaga rendah pembesarannya antara 6 – 40 kali dan terdapat
sumber cahaya didalamnya. Kalposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi
menjadi 95%. Alat ini pertamakali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh
Hans Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh
darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau
untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan jaringan.
Pemeriksaan kalposkopi dilakukan untuk konfirmasi apabila hasil test pap smear
abnormal dan juga sebagai penuntun biopsy pada lesi serviks yang dicurigai.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan
didaerah yang abnormal jika sambungan skuamosa – kolumnar (SSK) yang terlihat
seluruhnya dengan menggunakan kalposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam larutan formalin 10%
sehingga tidak merusak epitel.
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah
pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian yang dikeluarkan
berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :
a.
Proses dicurigai
berada di endoserviks
b.
Lesi tidak
tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kalposkopi
c.
Ada kesenjangan
antara hasil sitologik dengan histopatologik
J. Klasifikasi
Histopatologi kanker
serviks dibagi menjadi empat klasifikasi :
1. Displasia
Displasia adalah
pertumbuhan aktif disertai gangguan proses pematangan epitel skuamosa yang
dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan superfisal. Berdasarkan derajat
perubahan sel epitel yang jelas mengalami perubahan. Displasia terbagi dalam
tiga derajat pertumbuhan yaitu :
a.
Displasia ringan
: perubahan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis
b.
Displasia sedang
: bila perubahan terjadi pada separuh epidermis
c.
Displasia berat :
hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma in situ
Waktu yang diperlukan dari
Displasia menjadi Karsinoma in situ
Tingkat Displasia
|
Waktu
Dalam Bulan
|
Sangat
Ringan
|
85
Bulan
|
Ringan
|
58
Bulan
|
Sedang
|
38
Bulan
|
Berat
|
12
Bulan
|
2. Karsinoma In
Situ (KIS)
Perubahan sel epitel
yang terdapat di karsinoma in situ terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma skuamosa namun membrane basalis dalam keadaan utuh.
3. Karsinoma
Mikroinvasif
Lingkup kelainnanya
dari dysplasia hingga neoplasia. Pada karsinoma mikroinvasif terjadinya
perubahan derajat sel meningkatkan sel tumor menembus membrane batalis.
Biasanya tumor asimtomatik dan hanya ditemukan pada penyaringan kanker atau
ditemukan bertepatan dengan pemeriksaan penyakit lain di seviks. Pada
pemeriksaan fisik tidak terlihat perubahan pada porsio, tetapi dengan
pemeriksaan kalposkopi dapat diprediksi adanya prakarsinoma.
4. Karsinoma
Invasif
Derajat pertumbuhan sel
menonjol, besar dan bentuk sel dari sel bervariasi, inti gelap, khromatin
berkelompok tidak merata, dan susunan sel semakin tidak teratur. Sekelompok
atau lebih sel tumor menginvasi membrane basalis dan tumbuhan infiltratif
kedalam stroma. Karsinoma invasif dibagi dalam 3 subtipe yaitu karsinoma sel
skuamosa dengan kreatin, karsinoma sel skuamosa tanpa kreatin dan karsinoma sel
kecil. Pada tahap ini kanker telah menyebar luas sehingga penyembuhan menjadi
sulit.
K. Pencegahan
Kanker Serviks
Pencegahan kanker
didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor – faktor yang menyebabkan
timbulnya kanker pada manusia dan membuat penyebabnya tidak efektif dengan cara
– cara apapun. Pencegahan terhadap terjadinya kanker serviks melalui tiga
bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan
Primer
Pencegahan primer
kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindari diri dari faktor – faktor yang dapat menyebabkan kanker. Masyarakat
yang melakukan pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan,
produktivitas berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan, rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari
pencegahan primer adalah memberikan vaksin Human
Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV akan mengeliminasi infeksi HPV.
2. Pencegahan
Sekunder
Deteksi dini dan
skrining merupakan pencegahan sekunder kanker serviks. Tujuan dari pencegahan
sekunder adalah untuk menemukan kasus – kasus dini sehingga kemungkinan
penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk memperlambat atau
menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder melalui diagnosis
dini displansia dengan berbagai cara baik klinis maupun laboratorium.
Pencegahan sekunder memiliki kelemahan, antara lain :
a.
Pencegahan
sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN)
b.
Tetapi lesi
prakanker yang baru dideteksi pada pencegahan sekunder sering kali menimbulkan
morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien
c.
Pencegahan
sekunder atau akan mengalami hambatan pada sumber daya manusia dan alat yang
berkembang
3. Pencegahan
Tersier
Tujuan dari pencegahan
tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala
klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan. Terdapat dua pengobatan pada
pencegahan tersier yaitu :
a.
Pencegahan pada
Prakanker
1)
Kauterisasi
yaitu membakar serviks secara elektris
2)
Kriosurgeri
yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80 – 180 derajat celcius dengan
menggunakan gas CO2 atau N2O
3)
Konisasi yaitu
memotong sebagian dari serviks yang cukup representative dengan pisau biasa
atau pisau elektris
4)
Operasi
(histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi
5)
Sinar laser yang
digunakan dibawah pengawasan kalposkop, radiasi dengan pemanasan jarum radium
yang digunakan bila penderita yang sudah tua takut dioperasi
b.
Pengobatan pada
Kanker Invasif
Tindakan pengobatan
pada kanker invasive berupa radiasi, operasi atau gabungan antara operasi dan radiasi
Pencegahan
Kanker Serviks
|
a. Skrining
Mencegah kanker serviks
dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini, tujuannya adalah untuk menemukan
lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat ini terdapat beberapa cara
alternatif untuk skrining kanker serviks yaitu :
1)
Kalposkopi
digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering digunakan untuk
pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang abnormal. Namun, kalposkopi
jarang digunakan karena biayanya yang mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsy
2)
Servikografi
merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk membuat foto
pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3 – 5%.
3)
Pap net (dengan
komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk mengidentifikasi sel
yang abnormal dibantu dengan menggunakan komputerisasi.
4)
Tes molecular
HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS dan kanker serviks
mengandung HPV – DNA.
5)
Inspeksi visual
dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining alternative yang mudah untuk
diaplikasikan diberbagai Negara. Pada umumnya metode IVA mudah, praktis, alat
yang digunakan sederhana, dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bukan dokter
dan metode ini sesuai dengan pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk
pemeriksaan serviks dengan IVA, awalnya dengan menggunakan speculum yang sudah
diolesi oleh asam asetat 3 – 5%. Pada lesi pra kanker akan terlihat bercak
berwarna putih yang disebut aceto white
epithelium, maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test
adalah IVA positif sehingga dapat ditindak lanjuti dengan melakukan biopsi.
Tiap – tiap metode
skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya, kepraktisan, kemudahan dan dari
tersedianya sarana. Perbandingan dari kualitas metode skrining dapat dilihat
pada tabe
Perbandingan Metode Skrining Pap
Smear
Metode
Skrining
|
Efektifitas
|
Praktis
Laksana
|
Mampu
Sarana
|
Tersedia
|
Tes
Pap Smear
|
+
|
+/-
|
+/-
|
+/-
|
IVA
|
+
|
+
|
+
|
+
|
IVAB
|
+/-
|
+
|
+
|
+/-
|
Kalposkopi
|
+
|
+/-
|
-
|
+/-
|
Servikografi
|
+/-
|
+
|
-
|
-
|
Pap
Net
|
+/-
|
+
|
-
|
+/-
|
Tes
HPV
|
+/-
|
+
|
-
|
-
|
Dari berbagai metode
alternatif untuk skrining kanker serviks, metode pemeriksaan yang paling utama
dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan papaniculou
smear atau yang dikenal dengan pap smear. Pap smear tidak hanya perlu dilakukan
sekali seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah wanita
berusia 40 tahun. World Health Organization (WHO) menyarankan skrining pap
smear minimal satu kali selama hidup pada umur 35 – 40 tahun. Apabila fasilitas
terbatas, skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun, fasilitas tersedia
mencukupi setiap 5 tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas ideal setiap 3
tahun pada umur 25 – 60 tahun. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan berupa
cost and effectiveness.
Sedangkan the American
cancer society menyarankan pemeriksaan skirining rutin dilakukan pada wanita
yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau lebih, atau kurang dari
20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali berturut
– turut dan bila negatif ,pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun
sampai berusia 65 tahun. Pada wanita resiko tinggi atau pernah mendapat hasil
abnormal harus diperiksa setiap tahun.
Manfaat skrining di
Negara maju terbukti mampu menurunkan angka kematian akibat kanker serviks 50%
sampai 60% dalam kurun waktu 20 tahun. Sayangnya, program skrining di Indonesia
masih belum memasyarakat. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kanker di
arahkan pada peningkatan cakupan dan mutu pelayanan fasilitas kesehatan dan
menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat kanker.
b.
Pap Smear
1)
Perkembangan Pap
Smear
Pada
tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan hormon dengan memeriksa
eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja diamati tingginya sel – sel abnormal
pada sediaan dari pasien dengan kanker serviks. Penemuan ini merupakan awal
dari digunakannya pap smear untuk skrining kanker serviks, penggunaan papsmear
untuk skrining secara masal baru dimulai pada tahun 1949di British Columbia dan
kemudian secara luas digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1950. Sedangkan di
Indonesia, perkembangan pap smear di mulai pada tahun 1970 dan dipopulerkan di
beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta ,Bandung, Jakarta, Medan,
Palembang, Padang, Denpasar, Ujungpandang dan Manado.
2)
Test Pap Smear
Diagnosis
penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas adanya keluhan
pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada pemeriksaan dalam terlihat
perubahan bentuk pada daerah mulut rahim yang berbenjol tidak teratur serta
sangat rapuh sifatnya. Pada stadium dini gambaran semacam ini belum nampak,
sehingga diperlukan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang sederhana, aman namun
memiliki kepekaan yang tinggi adalah dengan pap smear.
Pap
smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan serviks untuk
menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks dan digunakan
dalam penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear merupakan skrining yang
paling sederhana, praktis, akurat, ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat,
tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta mudah diulang jika diperlukan.
Cara untuk pemeriksaan lendir serviks
yang diambil dengan menggunakan spatula (gabungan spatula dan sikat kecil) yang
dinamakan cytobrush
Pemeriksaan
pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel – sel abnormal di leher rahim
sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan pap smear
terbukti dapat menurunkan mortalitas kanker serviks. Adapun prinsip dasar pap
smear antara lain :
a) Epitel permukaan
selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel bawah
b) Epitel permukaan
merupakan gambaran keadaan jaringan di bawahnya juga. Sel yang berasal dari
eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus, sel – sel yang abnormal
dapat terlihat dibawah mikroskop.
Salah satu cara
untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear adalah dengan
melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan pemeriksaan test pap smear.
Adapun anjuran untuk melakukan pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :
a) Setiap tahun untuk
perempuan yang berusia diatas 35 tahun
b) Setiap tahun untuk
perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi
HPV atau kutil kelamin
c) Setiap tahun untuk
perempuan yang memakai pil KB
d) Setiap 2 – 3 tahun
untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut – turut
menunjukkan hasil negatif atau untuk perempuan yang telah menjalani
histerektomi bukan karena kanker
e) Sesering mungkin
jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
f) Sesering mungkin
setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks
3)
Alat – alat yang diperlukan untuk
pengambilan test Pap Smear
Alat yang digunakan
pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
a)
Formulir
konsultasi sitologi
b)
Spatula
ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
c)
Kaca
benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau tabel
d)
Spekulum
cocor bebek (grave’s) kering
e)
Tabung
berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4)
Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemriksaan skrining dengan pap smear sangat aman
karena hanya diambil getah lendir di mulut rahim menggunakan alat (spatula)
yang tidak merusak. Getah lendir dioleskan pada kaca objek dan sudah diwarnai
akan diperiksa dibawah mikroskop. Gambaran sel yang terdapat dalam getah lendir
tersebut dapat menunjukkan apakah sudah terkena penyakit keganasan ini pada
stadium ini. Untuk memastikan diagnosa harus dilakukan biopsi jaringan mukosa
dinding rahim dan selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Untuk pengobatan
sangat tergantung pada stadium penyakit yaitu dapat berupa penyinaran radium
sampai harus dilakukan operasi pengangkatan rahim.
5)
Hasil pemeriksaan test Pap Smear
a)
Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim,
sebagian besar tanpa adanya gejala, namun sebagian dikenali dengan adanya
keluhan berupa keputihan untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang pap smear
6 bulan kemudian untuk melihat dan mengevaluasi apakah radang di mulut rahim
sudah sembuh. Selang infeksi servisitis, hasil pap smear dapat juga
trikomoniasis dan kandidasi yang disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS)
dengan keluhan yang sama yaitu keputihan yang disertai bau dengan rasa gatal.
b)
Atytical Squamous Cells of
Undetermined Significance (ASCUS)
Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim
yang belum jelas, maka diperlukan pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2
tahun untuk memastikan dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV dan DNA. Apabila
ASCUS disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko maka dilakukan kalposkopi
biopsi untuk histopatologi. ASCUS dengan diplansia ringan, dilakukan test HPV.
Apabila HPV negative atau positif diulangi 6 bulan. Apabila HPV positif pada
lesi resiko tinggi maka dilakukan konfirmasi kalposkopi dan histopologis.
c)
Karsinoma Intra Epitelia atau Lesi
Intraepitelial dan Sel bersisik (esqiuamous
intrae pithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel
yangdiperoleh dari pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih
tingkat rendah, ukuran, bentuk, dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan
adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika
perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan
menjadi kanker lebih cepat dilakukan tes diagnostik.
d)
Karsinoma Invasive
Pada tahap ini kanker sudah menyebar lebih luas
sehingga penyembuhannya menjadi sulit.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel
abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak dapat diatur.
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau
ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks dan virus Human Papiloma Virus, kesalahan dalam
sikap seperti merokok, hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (
kurang dari 17 tahun) dan berganti - ganti pasangan seksual, pemakaian DES,
pemakaian pil KB, Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun, dan
lain – lain. Stadium karsinoma kanker serviks dari stadium IA – IVB sampai yang
ganas. Kanker serviks dapat dicegah dengan pengobatan sitologi, kalposkopi,
biopsi, pap smear, konisasi dan skiring.
B. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya
untuk para wanita agar selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain
menjaga para wanita juga bisa mencegah kanker serviks dengan cara pola hidup
sehat, tidak merokok, tidak melakukan hubungan seksual di usia muda, tidak
melahirkan banyak anak, hindari pemakaian DES tanpa resep dokter, melakukan pap
smear ketika sudah memiliki anak. Penulis mengharapkan agar pencegahan
dilakukan oleh setiap wanita supaya angka mortalitas yang diakibatkan oleh
kanker serviks bisa menurun dan juga penyebarannya tidak meluas lebih jauh
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
tentangkanker.com/search/fungsi-leher-rahim/
sehatkufreemagazine.wordpress.com/2012/06/.../kenali-serviks-anda
kesehatan.semaunya.com/?s=fungsi+leher+rahim
nonasehat.info/tag/serviks/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar