Rabu, 20 Maret 2019

MAKALAH ASUHAN KEBIDNAAN PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA DENGAN JEJAS PERSALINAN

KATA PENGANTAR

      Puji  dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada kesulitan apapun.
      Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita  dimana makalah ini membahas tentang “Konsep Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”.
Untuk kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini dimana kami tidak dapat menyebutkannya satu-satu.
      Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunannya atau materi didalamnya. Kritik dan saran dari para pembaca sangatlah kita harapkan untuk penyempurnaan makalah kami berikutnya.



Bandar Lampung,  Maret 2019


Penulis 



Penulis  


Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi selama kelahiran dan persalinan.1 Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapatkan perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap prang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, transfuse intrauteri, pengambilan contoh darah vena kepala atau resusitasi.2

Adapun beberapa rumusan masalah yang saya temukaan di antaranya yaitu:
1.    Apa pengertian dari caput suksedaneum?
2.    Apa penjelasan dari cephalhematoma?
3.    Apa penjelasan dari trauma pada flexus brachlalis?
4.    Apa saja tanda dan gejala yang tampak pada bayi fraktur klavukula dan fraktur humerus ?

Adapun tujuan yang dimaksudkan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.    Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari caput suksedaneum.
2.    Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada flexus brachlalis.
4.    Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula dan fraktur humerus.




Adapun beberapa dari pokok pembahasan mengenai caput suksedaneum di antaranya yaitu:2
1.      Definisi caput suksedaneum
Caput suksedaneum adalah neonatal melibatkan kondisi serosanguinous, subkutan, cairan extraperiosteal koleksi margin didefinisikan dengan buruk yang disebabkan oleh tekanan yang diajukan bagian dari kulit kepala terhadap dilatasi serviks (turniket efek dari leher rahim) selama melahirkan, pembengkakan jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura tengah. Benjolan yang difus di kepala, terletak pada presentasi kepala pada waktu bayi baru lahir. Terjadinya edema dibawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah. Menghilang dalam 2-4 hari setelah persalinan.
      Definisi lain dari caput succedaneum adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang terbentuk dari efusi serum tekanan pada lingkaran cervix menyebabkan obstruksi darah balik sehingga kulit kepala yang terletak di dalam cervix menjadi edematous. Caput terbentuk pada persalinan dan setelah ke tuban pecah. Caput tidak terbentuk apabila janin sudah mati, his baik, atau cervix tidak menempel dengan erat pada kepala.
      Letak caput bermacam-macam tergantung pada posisi kepala pada posisi occipitoanterior caput terbentuk di vertex, yakni di sebelah kanan sutura sagittalis pada occipitoanterior kiri dan disebelah kiri pada occipitoanterior. Pada pemeriksaan vaginal atau rectal pemeriksaan harus hati hati dalam membedakan antara turunnya kepala dengan caput. Caput yang besar dapat dikira penurunan kepala, caput yang menjadi semakin besar merupakan indikasi untuk penilaian kembali situasi caput terlihat pada waktu lahir mulai menghilang sesudahnya dan umumnya akan hilang sama sekali setelah 24 sampai 36 jam.
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difudi dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinanvertexEdema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecendrungan hiperbilirubin.
       Caput suksedaneum merupakan oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinanm letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampaka setelah bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati batas sutura.( Nia )Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala. Sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, caput succedaneum tidak merlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari, kadang-kadang caput sucsadeum disertai molding atau penumpangan tulang parietalis, terapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
2.      Gejala
Caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.
3.      Penanganan
Asuhan atau penanganan pada bayi yang mengalami caput succedaneum terdiri dari pengamatan saja, pemulihan biasanya akan terjadinya dengan cepat. Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur normal harus kembali. Bayi akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin memerlukan analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke minumanan untuk beberapa hari pertama.
4.      Faktor predisposisi
Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan, sekunder dari sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina.

5.      Penatalaksanaan
Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal, observasi keadaan umum bayi, pemberian ASI adekuat, cegah terjadinya infeksi.
6.      Komplikasi
Kaput hemorargik, infeksi, ikhterus, anemia.
7.      Contoh asuhan pada bayi dengan caputsuksedaneum
a.       Data subjektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn X (27 th) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB lahir secara spontan dengan vacuum forcep dan jenis kelamin perempuan dengan kedua orang tua beragama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal dicimaung Rt 06 Rw 02, Purwakarta. anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh bidan, ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1-2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah.
      Sedangkan pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak pertama 37 minggu 5 hari, dengan golongan darah ibu A dan ayah golongan darah A, ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alcohol, ibu mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
b.      Data objektif
Pemeriksaan fisik bayi KU baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x/ menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun-ubun besar dan ada kelainan terdapat pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah ditandai dengan cairan yang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, ada caput suksedaneum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung. Telinga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris, bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refles putting susu ada refleks sucking ada, refles menelan ada.
      Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru-paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penenjolan dan cekungan.
      Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetalia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletak pada ujung penis, kulit tidak ada tanda-tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari, pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12 cm pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitaman konsistensi cair bau has, sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.
c.       Assement
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnose caputsuksedaneum. Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan caputsuksedaneum yaitu adanya kecemasann dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial. Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir 1 hari dengan caputsuksedaneum yaitu dengan memeberikan penkes kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
d.      Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x/ menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjanbg badan 45 cm, dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beri tahu ibu tentang caputsuksedaneum pada bayi baru lahir yaitu terjadi akibat pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah berisi cairan pada kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak tenang, bertahu ibu untuk menggendong bayi karena dapat menyebabkan proses penyumbuhan yang cepat, yang  biasanya ‘hilang pada hari ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memeberikan ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu melaksanakannya, beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada hari ke 2-5 segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu mengulang perkataan bidan.

Adapun beberapa dari pokok pembahasan mengenai cephatlhematoma di antaranya yaitu:
1.      Definisi
Pengertian istilah cehalhematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan pariental. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhir dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum. Perdarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum.
      Perdarahan superficial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas garis tengah. Pembengkakan pada kepala keras adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan batas tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampuai sutura-sutura sekitarnya, tulang tengkorak yang sering kena ialang tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2% dari kelahiran hidup, kelainan dapat terjadi pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan  alat, seperti eksta cunam atau ekstraktor vakum.
      Definisi lain dari cephal hematoma adalah pendarahan yang terjadi di bawah peritosteum satu atau lebih tulang tulang tengkorak kepala hematoma terletak pada satu atau dua kadang-kadang sekali kedua os parietale dan bentuknya menyerupai caput succedaneum cephal hematoma di sebabkan oleh trauma tulang belakang  tekanan pada kepala yang lama terhadap cervix, perineum atau os pubis.
      Terjadi perdarahan cephal hematoma dengan batas jeles pada  satu tulang tengkorak chepal hematoma dapat terjadi pada persalinan normal dan terutama pada persalinan bayi munkin menangis pemecahan darah sehingga terdapat hiperbilirubinemia dan dapat di sertai fraktur tulang tulang tengkorak bila tidak terdapat kelainan tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang selama 2 sampai 12 minggu. Untuk kepastiannya bidan harus berkonsultasi dengan dokter.3

2.      Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi bayi dapat mengalami anemia dan hiperbilirubinnemia. Kadang-kadang cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawanya atau perdarahan intracranial, bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu, pada kelainaan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. Pemberian radiologik (CT-SCAN) pada sefalohematoma hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada sefalohematoma yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.4

3.      Faktor prediposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras, partus dengan tindakan seperti forcep, vacuum ekstrasksi. Komplikasi ikhterus, anemia, infeksi, klasifikasi mungkin bertahan selama › 1 tahun. Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak dibwahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
      Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiprbilirubinemia. Tindakan insisi dan saat lahir dengan warna kehitaman konsistensi cair bau khas, sedangkang BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.3

Jejas pada pleksusu brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi vertex atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala padapresentasi bokong serta adanya penarikan pada bahu. Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenme dan paralisis klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mnegalami trauma, pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan pnempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.5

Fraktur clavikula adalah rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur clavikula mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Tulang ini dapat patah karena kekerasa langsung atau tak langsung seperti jatuh bertekan telapak tangan atau bahu biasanya tulang ini patah di tengah-tengah atau di sepertiga dari tengah .
      Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur clavikula tulang ini sering mengalami fraktur selama kelahiran tulang ini teroma rentan selama masa  persalinan bila ada kesukaran dalam persalinan bahu pada persentasi vertex dan lengan yang terekstensi pada persalinan bokong.6 Fraktur klavikula ternyata sering terjadi  hampir pada 18 dari 1000 kelahiran hidup umumnya dianggap sebagai keadaaan yang tidak dapat diperkirakan dan dicegah. Frakur  humerus lebih jarang terjadi kesulitan yang terjadi saat pengeluaran bahu pada persentasi kepala dan lengan ekstensi pada letal sungsang sering menyebabkan fraktur ini7 Fraktur klavikula umumnya terjadi setelah distosia bahu patah komplit sangat menyekitkan  dan membatasi pergerakan tangan bayi.
      Dapat sembuh dengan sempurna namun seringkali dengan pembentukan kalus yang cukup besar. Fraktur humerus cedera epifisis dapat terjadi selama kelahiran yang sulit keadaan ini dapat sembuh baik, fraktur humerus dislokasi bahu banyak disebabkan oleh cedera atletik atau terjatuh.8
      Dislokasi hampir selalu terjadi di bagian anterior degan caput humerus berada di depan  dan di bawah kavitas glenoid dislokasi posterior.  Jarang di jumpai avulse pada labrum glenoid atau pada tuberotsiyas mayor mungkin menyebabkan dislokasi. Suatu “defek hatchet” yang merupakan depresi konkaf  pada kaput humerus dapat terlihat pada dislokasi berulang ini di sebabkan oleh kolisi kaput humerus dengan glenoid inferior.9
      Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavukula di antaranya yaitu:1
a.    Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas sisi yang terkena.
b.    Krepitasi dan ketidakteraturan tulang.
c.    Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur.
d.   Tidak adanya refleks moro (gerakan pada kaki dan lengan) pada sisi yang terkena.
e.    Adanya spasme otot sternokleidomastoideus (otot yang menyilang dari telinga ke bagian leher) yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
      Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro. Penanganan pada fruktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fruktur.1



Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari  caput suksedaneum merupakan oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala sedangkan pengertian  dari cehal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan pariental. Sedangkan pengertian dari trauma flexus brachiaalis merupakan trauma pada saat pesalinan akibat penarikan pada lateral dipaksakan pada bagian kepala dan leher selama persalinan bahu, dan pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.

Adapun saran yang saya punya adalah sebagai berikut:
1.      Perbanyak lagi pembahasan tentang materi asuhan neonatus dengan jejas persalinan (caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus brachiaaalis, dan fraktur klavikulan dan fraktur humerus).
2.      Perjelas lagi bahasanya supaya mudah dimengerti.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SURAT LAMARAN KERJA BIDAN

  Bandar Lampung, …………….. Hal : Lamaran Pekerjaan   Kepada Yth. …………….. di- Tempat Dengan hormat,         Sehubungan d...