KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Kelainan
Jinak Pada Saluran Genetalia Bawah”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Bandar Lampung, Maret 2019
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Vagina
menghubungkan genetalia eksterna dengan genetalia interna introitus vagina
tertutup pada himen, suatu lipatan selaput setempat. Pada koitus pertama himen
robek di beberapa tempat dan sisanya dinamakan karun kulae mirtiformes. Bentuk
lain yang ditemukan pada himen ialah himen kribriformis (menunjukkan beberapa
lubang) dan himen septus. Kadang-kadang himen tertutup sama sekali (himen
imperforatus). Besarnya lubang himen tidak menentukan apakah wanita tersebut masih
virgo atau tidak. Hal ini baik diketahui oleh kedokteran atau kehakiman. Di
Indonesia keutuhan selaput dara pada seorang gadis masih dihargai sekali, maka
selayaknya dokter memperhatikan hal ini.
Vagina
berukuran di depan 6,5 dan di belakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira-kira
sejajar dengan arah pinggir bawah simpisis ke promontorium. Arah ini penting di
ketahui jika memasukkan jari ke dalam vagina pada pemeriksaan ginekologi.
Pada
pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus
milleri (asal dari endometrium). Sedangkan 2/3 bagian bawahnya dari
lipatan-lipatan ektoderm. Hal ini penting diketahui dalam menghadapi
kelainan-kelainan bawaan.
Epitel
vagina terdiri atas epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak
mengandung kelenjar, akan tetapi dapat mengadakan transudasi pada anak kecil
epitel itu amat tipis, sehingga mudah terkena infeksi.
Mukosa vagina berlipat-lipat
horisontal, lipatan itu dinamakan ruga. Ditengah-tengah bagian depan dan
belakang ada bagian yang lebih mengeras disebut kolumna rugarum. Ruga-ruga
dapat dilihat pada 1/3 bagian distal vagina pada seorang virgo atau nailipara.
Sedang pada wanita multipara lipatan-lipatan ini sebagian besar hilang. Di
bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh
darah. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-otot yang serupa dengan susunan otot
usus.
Sebelah luar otot terdapat
fosia (jaringan ikat) yang akan berkurang elastisitasnya pada wanita yang
lanjut usia. Disebelah depan dinding vagina bagian bawah terdapat ureter
sepanjang 2,5-4 cm. Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kencing.
Dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks posterior yang jauh
lebih luas daripada froniks anterior.
Umumnya dinding depan dan
belakang vagina dekat mendekati. Pada wanita yang telah melahirkan anak, pada
kedua dinding vagina sering ditemukan tempat yang kendor dan agak merosot. Pada
seorang virgo keadaan ini jarang ditemukan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan pemaparan dari
latar belakang diatas penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pemahaman
mengenai kelainan sistem reproduksi
2.
Apa penyebab kelainan
sistem reproduksi
3.
Apa saja macam-macam
kelainan sistem reproduksi
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan saya membuat makalah ini
adalah:
1. Untuk
memahami bagimana pemahaman mengenai pengertian kelainan sistem reproduksi
2. Untuk
Mengetahui penyebab kelainan sistem reproduksi
3. Untuk
mengetahui macam-macam kelainan sistem reproduksi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kelainan Sistem Reproduksi
1.
Kelainan
Sistem Reproduksi Karena Gangguan Hormon
Kelainan sistem reproduksi karena gangguan hormone pada
wanita dapat menyebabkan berbagai masalah karena proses reproduksi wanita
dipengaruhi oleh hormon seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin. Hormon
hormon pada wanita, Estrogen adalah hormon yang berfungsi untuk perkembangan
sifat seksual wanita. Hormon progesteron berfungsi untuk persiapan hamil.
Prolaktin merupakan hormon untuk persiapan menyusui.
Selain ketiga hormon tersebut wanita juga memiliki hormon
yang berperan seperti sifat seksual pria. walaupun kadarnya rendah. yaitu
hormon androgen. Peranan hormon sangat penting bagi proses reproduksi wanita
sehingga jika mengami gangguan pada ketiga hormon tersebut dapat menyebabkan
beberapa gangguan pada fungsi tubuh lainnya.
Terdapat beberapa jenis gangguan yang disebabkan oleh
gangguan hormon, diantaranya adalah gangguan perkembangan sel telur. gangguan
ovulasi, gangguan haid, gangguan reproduksi. keluarnya air susu sebelum
waktunya, dan munculnya sifat kelaki-lakian.
2.
Kelainan Sistem Reproduksi Karena
Ketidaknormalan
Kelainan congenital system
reproduksi dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, nutrisi,penyakit metabolik,
infeksi virus, obat teratogenik, dan lain-lain yang terjadi pada masa kehamilan.
Banyak dari kelainan tersebut tidak melibatkan ovarium atau genitalia eksterna
sehingga gejala tidak nampak sebelum menarche atau menikah. Kelainan kongenital
tersebut juga dapat disebabkan oleh kelainan kromosom khususnya kromosom seks
dan gangguan hormonal.
B.
Penyebab
Kelainan Sistem Reproduksi
Penyebab
Kelainan Sistem Reproduksi Karena Gangguan Hormon
Gangguan hormon dapat terjadi karena berbagai macam sebab di
antaranya adalah karena adanya gangguan atau kerusakan organ reproduksi,
disfungsi ovarium, polip, adenomiosis, kanker, gentik, diet katat dan kegiatan
fisik yang berlebihan, obat-obatan, alat kontrasepsi, dan stres.
Gangguan atau kerusakan organ reproduksi, mungkin terjadi
kerusakan pada indung telur sehingga fungsinyapun akan terganggu dan berpengaruh
pada produksi estrogen don progesteron serta kadar follicle stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH) dalarn tubuh sehingga mempengaruhi indung
telur dan perkembangan sel telur serta ovulasi.Gangguan atau kerusakan ini
dapat berupa adanya kista indung telur, adenomiosis, tumor. dan kanker.
Disfungsi ovarium atau kegagalan fungsi ovarium sehingga
tidak terjasi proses pelepasan telur sehingga dapat menyebabkan ketidak
seimbangan hormon pada wanita sehingga terjadi haid mengalami pendarahan yang
berlebihan, kisa juga bisa menjadi salah satu penyebabnya.
C.
Macam-Macam
Kelainan Sistem Reproduksi Disebabkan Oleh Hormon
1. Menstruasi
Menstruasi adalah pendarahan normal yang terjadi pada
wanita setiap bulannya. Kebanyakan periode menstruasi pada wanita terjadi
sekitar 4 sampai 6 hari. Masalah umum dari menstruasi biasanya adalah telat nya
periode menstruasi dan terjadinya dismenore.
Jika wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak
normal sudah sepantasnya anda untuk berkonsultasi dengan dokter anda untuk
mengetahui bagaimana cara menghilangkan dismenore saat
menstruasi tersebut. Penyebab dari telat terjadinya menstruasi
adalah hamil, stres, dan konsumsi obat. Namun, jika anda negatif saat tes
kehamilan maka bisa jadi anda terkena gangguan hormon tiroid di
mana kelenjar tidroid mengalami kekurangan hormon.
2.
Penyakit radang panggul
Rongga perut perempuan memiliki jalur langsung dari
luar melalui saluran reproduksi wanita. Bakteri dapat
masuk melewati vagina dan rahim dan melintasi tabung rahim yang membuka ke
dalam rongga perut. Radang panggul sering sekali menyebabkan rasa sakit perut
saat sedang bereaksi.
3.
Endometriosis dan Adenomiosis
Endometriosis dan adenomiosis adalah
dua penyakit sistem reproduksi wanita yang disebabkan
olehpertumbuhan endometrium secara tidak normal. Endometrium adalah jaringan yang
melapisi rahim atauuterus. Ketika jaringan ini terbentuk di bagian lain dari
sistem reproduksi seperti di luar rahim, indung telur atau tuba falopi. Jika
pertumbuhan terjadi ke dalam otot yang mengelilingi rahim, hal itu disebut
Adenomiosis. Karena semua jaringan endometrium didorong keluar dari tubuh
dengan selesainya siklus menstruasi, pertumbuhan yang tidak normal apat
menyebabkan nyeri di perut atau panggul.
4.
Vulvovaginitis
Vulvovaginitis adalah istilah yang diberikan pada infeksi jaringan vulva
atau vagina. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan seperti
kebersihan yang buruk, penyakit menular seksual, virus, ragi dan bakteri.
Terjadinya vagina berbau busuk, iritasi dan peradangan di
sekitar vagina, dan kesulitan saat buang air
kecildapat menunjukkan adanya vulvovaginitis.
5.
Kanker ovarium
Kanker ini dimulai dalam ovarium dan dapat menyebarkan
dalam pelvis dan perut. Beberapa tanda-tanda kanker
ovarium seperti sembelit, buang air kecil secara teratur,
nyeri di daerah panggul, kehilangan berat badan dan perut kembung. Kemungkinan
terjadi lebih tinggi pada orang yang memiliki riwayat keluargasindrom Lynch, payudara.
6.
Disfungsi Seksual Wanita
Disfungsi seksual
wanita, adalah salah satu penyakit sistem reproduksi khas wanita, penyakit ini
terjadi ketika seseorang gagal untuk dirangsang selama hubungan seksual. Gejala
lain yang menyertainya mungkin termasuk hasrat seksual berkurang, kesulitan
dalam gairah, anorgasmia dan nyeri selama hubungan seksual.
7.
Infertilitas wanita
Kesulitan untuk mendapatkan kehamilan, yang
disebabkan oleh kurangnya ovulasi. Dan sebab lainnya adalah penyakit sistem
reproduksi wanita lainnya. Gangguan ovulasi seperti penyimpangan dalam produksi
hormon atau masalah dalam akun ovarium untuk 25% dari kasus infertilitas.
Endometriosis, kerusakan pada saluran tuba, tuba uterine atau leher rahim juga
dapat menyebabkan infertilitas.
8.
Sindrom Ovarium
Polikistik
Sindrom ini terjadi ketika
ovarium memproduksi terlalu banyak hormon, yaitu androgen. Peningkatan kadar
hormon ini dapat menghambat proses ovulasi dan menyebabkan kista pada ovarium.
Hal ini juga dapat menyebabkan infertilitas dengan mempengaruhi pelepasan telur
ovarium pada siklus menstruasi. Beberapa gejala adalah rambut rontok, jerawat,
nyeri di daerah panggul, kulit berminyak, dan peningkatan pertumbuhan rambut
wajah atau tubuh.
9.
Menopause
Monopause adalah situasi di mana wanita tidak bisa
lagi hamil secara alami karena tidak ada lagi periode menstruasi. Penyakit ini
biasa di alami jika seorang wanita sudah berusia 50 tahun lebih dan tidak ada
lagi telur di dalam ovarium nya serta menurun nya jumlah hormon esterogen. Jika
seorang wanita sudah memiliki penyakit monopause maka wanita tersebut akan
mengalami disfungsi seksual, dan ini terjadi karena sudah berkurangnya jumlah hormon.
10.
Myoma
Ini adalah tumor
jinak yang tumbuh pada leher rahim dan korpus uterus. Myoma ini merupakan tumor
yang paling umum yang sering terjadi pada wanita. Uterus Leiomioma biasanya
terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi
tingkat yang berlebihan dari estrogen dan hormon pertumbuhan manusia mungkin
memengaruhi pembentukan tumor dan lebih rentan untuk merangsang elemen
fibromuskular. Penyakit myoma ini biasanya akan hilang pada wanita yang sudah
mengalami monopause.
11.
Menorrhagia
Menorrhagia adalah pendarahan berat yang
membutuhkan pembalut atau tampon yang lebih banyak dan sering daripada periode
menstruasi pada umumnya. Kadang-kadang perdarahan mungkin begitu
berat sehingga tidak dapat dikendalikan oleh pembalut atau tampon. Menorrhagia
mungkin berhubungan dengan nyeri menyeret di perut bagian bawah. Menstruasi
juga mungkin tidak teratur, sekitar 1 dari 20 wanita memiliki menorrhagia
teratur. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita menjelang menopause.
12.
Kanker rahim
Kanker rahim adalah sebuah tumor kanker yang
tumbuh di dinding rahim dan ini biasanya terjadi pada wanita yang sudah berusia
55 sampai 65 tahun. Kanker rahim adalah salah satu kanker yang
paling umum dari organ reproduksi wanita di Inggris, dengan sekitar 6.900 kasus
baru di diagnosis pada tahun 2005. kanker rahim paling berkembang di endometrium (lapisan
rahim). Lebih jarang, kanker terjadi pada dinding otot rahim.
13.
Bartholinitis
Yaitu penyakit yang terjadi karena infeksi pada
kelenjar bartholintis yang terletak di sekitar vulva. Kelenjar bartholin adalah
dua kelenjar seukuran kacang dengan saluran yang terbuka ke
vulva. Kelenjar menghasilkan cairan yang melumasi daerah genital selama
hubungan seksual. Dalam bartholinitis, salah satu atau kedua kelenjar
terinfeksi. Dalam beberapa kasus, gangguan ini disebabkan oleh bakteri
dari kotoran memasuki kelenjar sebagai akibat dari kebersihan yang buruk.
14.
Peradangan vagina
Peradangan vagina atau yang sering di kenal
dengan sariawan pada vagina terjadi karena disebabkan oleh
infeksi jamur candida yang dapat terjadi secara alami di dalam
vagina, tumbuh lebih cepat dari biasanya. sariawan vagina tidak serius, tetapi
dapat menyebabkan gatal-gatal pada vulva dan vagina.
15.
Keputihan
Keputihana adalah cairan yang keluar dari vagina pada
wanita. Dan keputihan itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu keputihan
fisiologis dan keputihan patalogis.
Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang menstruasi atau setelah
menstruasi bisa juga semasa subur datang setiap bulan tetapi tidak dalam jangka
waktu lama. Keputihan patalogis biasanya terjadi karena infeksi atau bakteri
yang berada dalam atau sekitar vagina.
D. Macam-Macam
Kelainan Sistem Reproduksi Disebabkan Ketidak Normalan
1.
VULVA
a.
Himen Imperforata
Himen imperforate adalah selaput
dara (hymen) yang tidak mempunyai hiatus himenalis (lubang hymen). Kelainan ini
tidak nampak sebelum menarche. Penderita akan mengeluh molimina menstrualia
tiap bulan, tetapi tidak diikuti menstruasi. Darah akan terkumpul di vagina
dan rongga rahim. Tampak hymen kebiruan karena jendalan darah dan tampak
menonjol. Penanganan dengan melakukan himenektomi dan pemberian
antibiotika. Darah dari vagina dan rongga rahim dilakukan drainase, penderita
tidur posisi Fowler.
b. Atresia
labium minus
Disebabkan karena membran
urogenitalis tidak menghilang. Ostium uretra tetap ada demikian juga dengan
liang vagina. Koitus dapat dilakukan, kehamilan dapat terjadi. Saat persalinan
memerlukan sayatan kecil untuk melahirkan kepala bayi. Pada umumnya bedah
rekonstruksi sederhana dapat menyelesaikan masalah ini.
c. Hipertrofi
labium minus
Kelainan ini tidak berbahaya dan
tidka berpengaruh terhadap fertilitas. Masalah yang timbul adalah masalah
estetika. Tindakan rekonstruksi berupa pengangkatan jaringan yang berlebihan
akan cukup mengatasi masalah tersebut.
d. Duplikasi
vulva
Sangat jarang ditemukan, bila
terjadi biasanya diikuti dengan kelainan congenital yang lain dan seringkali
bersifat lethal.
e. Hipoplasi
vulva
Bila kelainan ini terjadinya,
seringkali disertai dengan tidak berkembangnya organ reproduksi yang lain.
Tanda seksual sekunder juga tidak nampak.
f.
Kelainan perineum
Bila septum urogenitalis tidak
terbentuk, maka bayi tidak memiliki lubang anus atau anus bermuara dalam sinus
urogenital sehingga terdapat lubang untuk keluar feces dan urine secara
bersama-sama.
2. VAGINA
a.
Septum vagina
Septum sagital dapat ditemukan
sehingga membagi vagina seakan menjadi 2 ruangan kanan-kiri. Seringkali
hal ini ditemukan juga dengan kelainan pada uterus karena adanya gangguan fusi
pada duktus mulleri. Kelainan ini biasanya tidak menimbulkan keluhan,
menstruasi dapat terjadi normal. Saat hubungan seksual dapat terjadi
dyspareuni. Masalah dapat terjadi saat persalinan, karena septum tersebut dapat
menghambat penurunan kepala. Tindakan septektomi dapat mengatasi masalah
tersebut.
b. Aplasia
dan atresia vagina
Pada aplasia vagina, terjadi fusi
dari duktus mulleri, tetapi tidak terjadi kanalisasi atau tidak berkembang
sehingga vagina tidak terbentuk. Seringkali terdpat uterus yang rudimenter.
Ovarium juga seringkasi hipoplasi atau hanya berupa jaringan seperti pita atau
polikistik sehingga tidak menghasilkan folikel dan estrogen. Pada aplasia
vagina, hanya terdapat cekungan di introitus vagina. Keadaan ini seringkali
tidak disadari atau baru disadari saat hubungan seksual atau saat konsultasi
karena terjadi infertilitas. Tindakan vaginoplasti dapat mengatasi masalah
seksual, besar dan panjang vagina dapat disesuaikan. Tindakan ini dilakukan
saat penderita akan menikah sehingga vagina yang dibuat dapat “dilatih”
sehingga tidak menyempit lagi.
c. Kista
vagina
Terdapat dua macam kista
kongenital yaitu kista dari sisa epitel duktus mulleri dan kista dari sisa
duktus gardner (kista Gardner) yang terletak pada bagian anterolateral vagina.
TIndakan yang dapat dilakukan adalah ekstirpasi kista.
3. Uterus dan tuba falopi
a.
Gagal pembentukan
Bila satu duktus tidak
terbentuk,akan terjadi uterus unikornis dengan satu tuba, satu ovarium dan satu
ginjal sedangkan vagina san serviks normal.
Bila kedua duktus tidak terbentuk,
maka tidak terdapat uterus, tuba dan vagina 2/3 bagian atas, sengakan vagina
1/3 bagian bawah tetap terbentuk. Ovarium dapat terbentuk sehingga tanda seks
sekunder normal tetapi terjadi amenorea.
Tidak terbentuknya serviks tetapi
uterus terbentuk merupakan kelainan yang amat jarang dijumpai, keadaan ini
disebut ginatresia servikalis. Penderita akan mengalami gejala molimina
mestrualia dan kriptomenorea. Darah menstruasi akan tertimbun dalam rongga
uterus menimbulkan rasa nyeri. Tindakan bedah rekonstruksi dengan memasang
pipet polietilen dari rongga uterus ke vagina dan pemberian antibiotic akan
dapat mengatasi masalah ini. Pipet tersebut diambil setelah ada epitelisasi
sehingga tetap terbentuk “jalan” dari dalam uterus ke vagina.
b. Gangguan
fungsi
1)
Uterus dengan 2 bagian
simetris
a)
Satu uterus dengan 2
ruangan dalam rongga uterus yang dipisahkan oleh sekat menyeluruh (uterus
septus) atau sebagian (uterus subseptus).
b)
Dua uterus yang
masing-masing memiliki rongga uterus atau 1 rongga uterus dengan 2 puncak
uterus.
1) Uterus
bikornis bikollis (uterus didelphys)
Dua uterus terpisah,
disertai dengan 2 vagina atau satu vagina yang terbagi oleh sekat vagina
menjadi 2 bagian.
2) Uterus
bikornis unikolli
Uterus dnegna 1 serviks,
dengan 2 fundus masing-masing dengan rongga uterus, 1 tuba dan 1 ovarium.
3) Uterus
arkuatus
Terdapat sekungan pada
pundus dengan subseptus.
2) Uterus
dengan 2 bagian tidak simetris
Terjadi akibat satu duktus mulleri
berkembanga sedangkan yang satu lagi tidak berkembang, sehingga terjadi
hemiuterus yang berkembang normal sedangkan yang lain rudimenter. Bagian
yang rudimenter seringkali tidak berhubungan dengan rongga uterus yang
terbentuk. Bila endometrium dari bagian yang rudimenter berfungsi maka dapat
terjadi timbunan darah.
Seperempat wanita dengan kelainan
uterus kembar tidak akan mengalami gangguan, dapat hamil dan melahirkan secara
normal. Gangguan yang mungkin timbul adalah dismenorea, menoragia,
metroragia, dispareunia dan infertilitas. Tindakan korektif (operasi) dapat
dilakukan untuk mengatasi kelaian uterus tersebut.
Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan ginekologi yang teliti dan mengguna pemeriksaan
radiologis berupa histerisalfingograf (HSG). Bila terdapat kelainan uterus,
kelainan traktus urinarius harus diteliti. Pielografi intravena dapat dilakukan
untuk mengetahui kelainan pada traktus urinarius.
4. Ovarium
Keadaan tidak adanya ovarium baik
bilateral maupun unilateral dengan oragan reproduksi lainnya normal adalah
keadaan yang sangat jarang ditemui.
5. Sistem Genital Dan Sistem Traktus Urinarius
Dua system ini saat pertumbuhan
embriologi memiliki hubungan yang dekat sehingga dapat terjadi kelainan
bersamaan pada kedua system ini, misalnya kloaka persisten, ekstrofi kandung
kemih sehingga mendorong vagina ke daerah suprapubik dan klitoris yang terbagi
2.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelainan sistem reproduksi karena gangguan hormone pada
wanita dapat menyebabkan berbagai masalah karena proses reproduksi wanita
dipengaruhi oleh hormon seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin. Hormon
hormon pada wanita, Estrogen adalah hormon yang berfungsi untuk perkembangan
sifat seksual wanita. Hormon progesteron berfungsi untuk persiapan hamil.
Prolaktin merupakan hormon untuk persiapan menyusui.
Kelainan
congenital system reproduksi dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
nutrisi,penyakit metabolik, infeksi virus, obat teratogenik, dan lain-lain yang
terjadi pada masa kehamilan. Banyak dari kelainan tersebut tidak melibatkan
ovarium atau genitalia eksterna sehingga gejala tidak nampak sebelum menarche
atau menikah. Kelainan kongenital tersebut juga dapat disebabkan oleh kelainan
kromosom khususnya kromosom seks dan gangguan hormonal.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalh ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
penulis khususnya dan pembaca umumnya mengenai kelainan uterus.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,
Wildan,Dr.1994.Reproduksi dan Embriologi.Bandung.Tarsito
Wibowo,Daniel
S.2005. Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta.PT Grsindo
http://members.tripod.com/layananebook/hotmon.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar